|
|
|
|
Asal Usul Masyarakat Desa Sangiang Tanggal 12 Jul 2018 oleh Arum Tunjung. |
Tidak banyak yang tau tentang Asal-usul Masyarakat Desa Sangiang, sesungguhnya masyarakat Desa Sangiang adalah asli pendatang dari pulau sangiang. Masyarakat adat yang hidup dan berkembang di pulau Sangiang (Gunung Sangiang Api). Selasa, (01/08/17)
Menurut keterangan saksi Halidah (91) tahun. Pada saat itu masyarakat Pulau Sangiang terpaksa pindah dari kampung halaman (Imigrasi) akibat meletusnya Gunung Sangiang sekitar 70 tahun yang lalu.
"Masyarakat Desa Sangiang berasal dari pulau Sangiang, Kami terpaksa Pindah dari sana karna meletusnya Gunung" tuturnya menceritakan sejarah perpindahan penduduk pulau Sangiang kepada Indikator Bima.
Halidah mengatakan bahwa Perpindahan tersebut dilakukan oleh pemerintah, masyarakat desa sangiang di angkut oleh beberapa kapal besar (sekitar 3 kapal). Awalnya masyarakat pulau sangiang di angkut dan di bawa ke kota bima. Namun karna wilayah/tempat di kota Bima tidak cukup maka di bawalah kembali ke pesisir wera yang sekarang menjadi desa sangiang.
"Dulu kami di angkut menggunakan 3 kapal besar, awalnya kami di bawa ke kota Bima, tapi tidak cukup tempat, akhirnya kami minta untuk di bawa kembali ke Wera" terangnya.
Sebelumnya masyarakat Desa Sangiang hidup dan berkembang dengan cara Berternak, bercocok tanam, bernelayan, dan berburu di pulau sangiang, mereka memiliki lahan pertanian untuk menanam Wijen, padi, ubi, singkong, sayur-sayuran dan lain-lain.
"Dulu kami hidup di pulau Sangiang, kami bertani disana, suami saya mancing ikan. Bahwa penduduk sering berburu Rusa dan menjangan" ujarnya.
Kekayaan alam yang mereka jaga pada saat itu masih tersimpan sampai sekarang. Bahkan benih-benih sejarah tentang kerajaan bima dan perang antara Belanda dan Jepang (Nipo) masih menyisakan bekas, Seperti sumur, mussolah, dan gedung sekolah yang pernah di bangun oleh Belanda, atau kuburan para pendahulu.
Halidah juga menceritakan kepada Indikator Bima tentang situasi dan kondisi peperangan antara Belanda dan Jepang. Ketika perang berkecamuk dirinya dan teman-temannya mulai masuk ke dalam lubang besar yang sudah di galih khusus untuk bersembunyi. Lubang tersebut mampu menampung sekitar 30 orang.
"Dulu kalau Belanda dan Jepang berperang, kami langsung masuk bersembunyi ke dalam lubang besar" katanya.
"Tapi pada saat itu kami tidak pernah di ganggu oleh Belanda dan Jepang, mereka hanya persang sendiri" jelasnya.
Sampai dengan berita ini di tulis, masyarakat Desa Sangiang masih bercocok tanam di pulau sangiang, bahkan berkebun di pulau Sangiang. Namun hanya dilakukan secara musiman. Jadi, dapat kita simpulkan kembali bahwa, Sesungguhnya masyarakat Desa Sangiang adalah Imigrasi dari Pulau Sangiang yang sekarang di kenal sebagai Gunung Sangiang Api.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |