Tradisi Peting Ghan Nalun Weru merupakan tradisi yang dilakukan oleh orang Manggarai Timur yang berlokasi di Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur. ujung Barat Pulau Flores, saya beranjak dari rumah di Kota Waelengga menuju ke Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Peting Ghan Nalun Weru", Ritual Sakral Suku Nggai di Flores", https://travel.kompas.com/read/2018/04/23/064200627/-peting-ghan-nalun-weru-ritual-sakral-suku-nggai-di-flores . Penulis : Kontributor Manggarai, Markus Makur Editor : I Made Asdhiana di ujung Barat Pulau Flores, saya beranjak dari rumah di Kota Waelengga menuju ke Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Peting Ghan Nalun Weru", Ritual Sakral Suku Nggai di Flores", https://travel.kompas.com/read/2018/04/23/064200627/-peting-ghan-nalun-weru-ritual-sakral-suku-nggai-di-flores . Penulis : Kontributor Manggarai, Marku...
Banyak masyarakat dari berbagai suku di Indonesia yang mewujudkan rasa syukur mereka dalam bentuk upacara adat. Rasa syukur ini mereka panjatkan atas karunia yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada mereka seperti panen yang berlimpah, kelahiran anak, rumah baru, dan lain sebagainya. Masyarakat Desa Goloni di kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur juga punya satu tradisi pengucapan rasa syukur, yaitu ritual penti. Ritual penti di flores merupakan pesta upacara sebagai wujud syukur atas hasil panen yang berlimpah. Hasil panen masyarakat Desa Goloni di Flores berupa kopi, vanili, cengkeh, dan juga padi. Ritual penti pada masyarakat Goloni di Flores NTT diselenggarakan setiap tahun. Ritual penti terus dipertahankan sampai sekarang. Masyarakat di Flores percaya jika mereka lalai menyelenggarakan penti, mereka akan terkena suatu musibah atau nasib buruk. Ritual penti pada masyarakat Desa Goloni di Flores NTT juga digelar sebaga...
Dibalik keanehan binatang Komodo yang hidup di bumi Congka Sae, sebutan untuk bumi Mangggarai Raya, tersimpan berbagai keunikan tradisi dan budaya masyarakat yang secara turun temurun diwariskan. Selain Tari Caci yang sudah terkenal di kalangan masyarakat Manggarai Raya, ada tradisi-tradisi yang terus diupacarakan di rumah-rumah adat di seluruh Manggarai Raya. Salah satu tradisi itu adalah Tradisi “Kapu Agu Naka”. Salah satu suku di Kampung Paang Lembor, Desa Wae Bangka, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat menggelar ritual “Kapu Agu Naka”. Kapu artinya pangku dan Naka artinya, riang. Kapu agu Naka diartikan memangku seseorang dengan penuh riang atas berbagai keberhasilan, baik memberikan keturunan yang berkembang banyak maupun kesuksesan dalam menggarap sawah, kebun dan sekolah. Warisan leluhur ini harus dilaksanakan oleh keturunan dalam kehidupan masyarakat Manggarai Raya. Uniknya, ritual ini digelar untuk menghormati leluhur yang telah b...
PERJALANAN menuju perkampungan di perbatasan antara Kabupaten Manggarai Timur dan Kabupaten Manggarai di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) di Kampung Bumbu Pupung, Desa Rondo Woing tak mudah seperti yang diungkapkan dalam kata-kata lisan. Walaupun tergolong kampung yang berada di lembah dan terpencil juga tak mudah dijangkau kendaraan bermotor. Ratusan pengunjung dari kampung tetangga, seperti Kampung Ntaur, Torok Golo, Teber, Colol, Rengkam, Sita, bahkan kabupaten tetangga hadir ke kampung itu. Mereka yang semuanya dalam hubungan kekeluargaan datang dengan maksud sama: menghadiri ritual “Poka Kaba Congko Lokap” rumah Gendang Bumbu. Ritual ini wajib dilaksanakan dan selalu diupacarakan ketika pembangunan rumah adat gendang selesai dibangun oleh para pewarisnya. Bumbu adalah salah satu anak kampung di Desa Rondowoing, Kecamatan Ranamese, Kabupaten Manggarai Timur. Daerah dengan kampung induk bernama Pupung, Bumbu adalah kampung yang berada di lembah yang d...
Upacara adat Racang Skap adalah kegiatan menyiapkan peralatan kerja agar dalam proses pembangunan terhindar dari segala jenis kendala dan bahaya. upacara ini dilakukan di Kampung Tanggar, Desa Compang Laho, Kecamatan Poco Ranaka, Kabupaten manggarai TImur, NTT. Pembangunan rumah adat Kampung Tanggar dilakukan karena yang lama sudah dibongkar, kondisinya sudah tidak layak digunakan. Sebelum proses pembangunan yang pertama dilakukan upacara adat tosi atau pemberitahuan secara resmi kepada leluhur untuk sementara mereka tinggal di tempat lain. Hal itu sambil menunggu proses pembangunan hingga upacara adat congko lokap (upacara memasuki rumah baru). Selanjutnya dibuat ritual adat racang skap sebagai simbol mulainya pengerjaan rumah adat Kampung Tanggar. Ritual itu dibuat agar seluruh peralatan kerja tidak membahayakan para tukang. Ritual itu juga dibuat agar terhindar dari bahaya dalam proses pengerjaan rumah adat itu. Nikolaus menambahkan, seluruh...
Salah satu tradisi lisan yang masih dijaga dan dirawat oleh masyarakat di Leffo Kisu ‘Alor Kecil’ kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur adalah ritual sunna hada ‘sunat adat’. Tradisi sunna hada ‘sunat adat’adalah tradisi sunat yang dilaksanakan secara adat (masal) pada waktu tertentu oleh suku Baorae dari Leffo Kisu ‘Alor Kecil’, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Anak-anak yang disunat dalam tradisi sunnna hada adalah anak laki-laki dan juga anak perempuan yang berusia antara 4-10 tahun. Pelaksanan ritual sunna hada ini melibatkan beberapa suku yang terdapat Alor di Leffo Kisu, seperti suku Baorae, Dulolong, Manglolong, Mudiloang, Gaelai, dan Klon dari Petumbang. Adapun suku Baorae sebagai pelaksana ritual sunna hada juga masih dapat dipecah lagi atas beberapa klan (sub-suku) seperti klan Antoni, Arkiang, Kiribunga, Kossah, dan Panara. Masing-masing klan ini sangat berperan penting dalam ritual sunna hada ini. U...
Upacara ini diselenggarakan untuk mensyukuri rezeki dan kegagalan yang diterima dari Yang Maha.Panen banyak atau sedikit, pesta kacang wajib dilaksanakan setiap tahun. Hanya sebutannya saja makan kacang, karena pada waktu makan di rumah adat kacang panjang yang menjadi menu utama yang dicampur beras merah dengan lauk ikan putih. Upacara ini dilaksanakan pada ketentuan budaya yang sudah dilakukan turun- temurun dari leluhur. Upacara ini dilaksanakan pada minggu ketiga atau minggu keempat bulan September atau pada minggu pertama dan kedua bulan Oktober. Penetapan jadwal pesta kacang, berdasarkan kalender musim yang dihitung pada saat bulan kabisat atau dalam bahasa daerahnya`wulan lein tou’. Dasar penghitungan ini menjadi kalender penanggalan pesta kacang yang berlaku terhadap suku-suku di Lewohala. Di dalamnya tergabung suku Wungu Belen meliputi suku Gesi Making, Do Gesi Making, Laba Making, dan suku Beni Maki...
Halaik menganut animisme. Para pengikutnya mempercayai kekuatan alam dan menyembah pohon-pohon besar, bintang, bulan, dan matahari. Selama hidupnya, pengikut Halaik hanya mengenakan pakaian dari hasil tenun alami dan rambut lelaki diwajibkan gondrong. Di setiap rumah pengikut Halaik, dibuat sebuah tiang khusus sebagai tempat menyembah berhala. Tiang itu setiap harinya disembah dengan cara diberi makan berupa nasi dan daging. Halaik pantang dengan binatang-binatang laut. Penganut Halaik memiliki seorang raja atau pimpinan yang biasa disebut 'Deo Rai'. Uniknya, di saat meninggal, jasad raja ini dilarang dilihat oleh keluarga dekat, termasuk isteri anak raja. Hanya lima pengawalnya yang berhak memberi penghormatan terakhir pada sang raja. Mereka yang bertanggung jawab menguburkan Raja secara rahasia, bahkan warga yang melayat keluarga yang berduka tidak boleh tahu di mana sang raja dikuburkan. Usai dikuburkan, lanjut Ina, warga melakukan upacara adat selama satu m...
Di Sumba Barat, persiapan upacara tarik batu dilakukan lebih rumit dan memerlukan persiapan matang karena obyek yang ditarik adalah batu kubur yang berukuran besar dan sangat berat. Di lokasi asal batu, beberapa tukang kayu yang dalam istilah lokal disebut monipelu membuat kuda-kuda ( tenan ) berupa dua gelondong kayu bulat utuh yang ukurannya disesuaikan dengan batu yang akan ditarik. Kedua ujung kayu disatukan dan dibentuk menyerupai kepala kuda. Walaupun tenan berbentuk kepala kuda, namun secara simbolis tenan melambangkan perahu sebagai kendaraan yang akan membawa kubur batu. Bahan kayu yang digunakan terbuat dari kayu kameti yang bersifat lentur dan tidak mudah patah. Di atas tenan diberi kerangka kayu berbentuk empat persegi panjang mengelilingi batu, sebagai tempat pegangan paaung watu dan untuk meletakkan paji dan bendera. Paji adalah bentangan kain berwarna putih, sedangkan bendera (regi khobu) berupa kain-kain tenun motif asli Sumba yang merupakan s...