Mengapa di Toraja tidak ada buaya? Semasa kecil, pertanyaan ini sering menjadi bahan cerita di antara kami. Ketika mandi di Sungai Sa’dan, topik ini kadang kami obrolkan sambil menggosoki daki yang menempel di badan dengan batu-batu sungai. Sesekali, puarang (biawak) – yang secara fisik mirip dengan buaya – melintas di seberang sungai. Kami kemudian berlari ketakutan, pulang ke rumah masing-masing. Takut karena meyakini baru saja melihat buaya, juga karena omelan dan (kadang) jeweran yang sudah menanti di rumah. (Mandi di sungai tidak pernah disarankan oleh orangtua kepada kami). Lalu, kisah ini dilisankan kepada kami. Kisah tentang seorang lelaki yang menempuh perjalanan panjang dari bumi hingga ke langit demi mendapatkan kembali anak lelakinya. Sebuah petualangan yang menjelaskan banyak hal, termasuk mengapa di Toraja tidak ada buaya, juga mengapa orang Toraja tidak boleh mengonsumsi daging tedong bulan (kerbau putih). Tersebutlah sebuah nama: Polopadang. Seorang lelaki pemil...
Siapa sih yang asing sama jajanan khas satu ini? Cemilan atau jajanan yang sering kita temui di daerah Jawa Barat itu patut kita coba loh! Cireng atau nama aslinya aci goreng adalah makanan dengan bahan utama pembuatannya berupa tepung kanji dengan digoreng sebagai metode pemasakannya. Dalam proses pembuatan adonan cireng sendiri, tepung kanji biasanya dicampur dengan terigu, garam, merica bubuk, bawang putih, daun bawang, kedelai, air, dan dimasak dengan minyak goreng. Oh iya, kamu juga bisa membuat bermacam-macam bentuk dengan adonan cireng atau mengisinya dengan topping yang kamu sukai. Soal rasa, tidak perlu diragukan lagi bahwa cirenglah juaranya! Cireng dengan rasa original terasa gurih. Namun, akibat berbagai kreasi dan inovasi yang terjadi, banyak isian atau topping yang membuat kita merasa penasaran dengan perkembangan cireng sendiri. Contohnya seperti daging, keju, sosis, kornet, pedas, dan lain-lain. Kamu juga tak akan jarang menemui berbagai inovasi bentuk cireng sepe...
Situs Rumah Adat Cikodang terletak di Kampun Cikodang, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Rumah Adat Cikondang berada di ketinggian 1022 mdpl dengan luas lahan 3 hektar dan luar bangunan 60 meter. Rumah Adat Cikondang adalah satusatunya rumah yang tersisa dari peristiwa kebakaran besar pada perkampungan adat pada tahun 1942. Usia Rumah Adat Cikondang diperkirakan sekitar 205 tahun, pemilik Rumah Adat Cikondang adalah Anom Samsa. Asal usul kata Cikondang sendiri menurut kuncen di sekitar rumah adat adalah ketika di daerah tersebut ada mata air yang ditumbuhi pohon besar, kemudian dikenal dengan pohon cikondang. Oleh karena pohon kondang tersebut dekat dengan mata air atau dalam bahasa sunda disebut sebagai "ci", maka perpanduan nama mata air dan pohon kondang yang kelak menjadi kampung, yaitu kampung Cikondang. Kegiatan-kegiatan saat ini yang dilaksanakan di Rumah Adat Cikondang salah satunya adalah ritual utama di rumah adat yang di...
Goong Renteng merupakan salah satu jenis gamelan khas masyarakat Sunda yang sudah cukup tua. Paling tidak, goong renteng sudah dikenal sejak abad ke-16, dan tersebar di berbagai wilayah Jawa Barat. Istilah " goong renteng ” merupakan perpaduan dari kata “ goong ” dan “ renteng ”. Kata ‘goong’ merupakan istilah kuno Sunda yang berarti gamelan, sedangkan kata ‘renteng’ berkaitan dengan penempatan pencon-pencon kolenang (bonang) yang diletakkan secara berderet/berjejer, atau ngarenteng dalam bahasa Sunda. Jadi, secara harfiah goong renteng adalah goong (pencon) yang diletakkan/disusun secara berderet (ngarenteng). Goong renteng memiliki dua macam laras; ada yang berlaras salendro dan ada yang berlaras pelog. Peralatannya terdiri dari kongkoang, cempres, paneteg, dan goong. Kongkoang (alat musik berpencon), cempres (alat musik bilah), dan goong diklasifikasikan sebagai idiofon; sementara paneteg (semacam kendang) diklasifikasikan sebagai membranofon. Ditinjau dari cara memainkannya...
Sunda Wiwitan merupakan salah satu dari banyaknya kepercayaan lokal yang ada di Indonesia. Dilihat dari namanya, dapat ditebak jika Sunda Wiwitan berasal dari daerah Jawa Barat. Suku Baduy adalah suku yang menganut kepercayaan ini. Wiwitan sendiri mengandung makna asal, pokok, pemula atau pertama. Sunda Wiwitan juga biasa disebut sebagai kepercayaan Jati Sunda atau Sunda asal atau Sunda asli. Menurut penuturan masyarakat Suku Baduy, leluhur mereka mempunyai hubungan langsung dengan Adam (manusia pertama). Sunda Wiwitan juga diyakini sebagai asal usul atau pangkal dari semua agama yang ada di dunia ini. Dasar etis agama Sunda Wiwitan, tercermin pada pandangan masyarakat Baduy dalam memelihara keseimbangan hubungan antara manusia dengan sesamanya, dengan lingkungan dan dengan Tuhan. (Indrawardana, 2014). Lebih lanjut, Indrawardana menjelaskan jika dasar religi masyarakat Baduy dalam ajaran Sunda Wiwitan adalah kepercayaan yang bersifat monoteistis, penghormatan kepada roh nenek moyang...
Kesenian Seni Benjang Kesenian Benjang merupakan kesenian asli Tatar Sunda yang diketahui, kesenian ini sudah ada sejak abad ke-17. Kesenian ini terkenal dari daerah Ujungberung, Bandung Provinsi Jawabarat. Kesenian ini sangat identik dengan olahraga tradisional yang diiringi dengan alat musik. Akan tetapi, kesenian ini terdapat dua jenis benjang yang berbeda yaitu benjang gulat dan halerang. Perbedaan diantara keduanya terletak pada cara penyajiannya. Benjang gulat sedikit mirip dengan olahraga tradisional jepang, yakni Sumo. Namun keunikan benjang gulat terletak pada ibingan atau tarian yang dilakukan sebelum memulai bergulat. Sedangkan benjang helaran ini menampilkan arak- arakan bangbarongan , kuda lumping, jampana. Tidak hanya itu, benjang helaran juga tak jarang dipadupadakan dengan kesenian kuda renggong untuk memeriahkan arak- arakan. Alat musik yang digunakan tidak berbeda jauh dengan alat musik benjang gulat. Hal yang lebih menarik dari benjang helaran yaitu ketika beber...
Angklung merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Angklung sendiri terbuat dari bambu yang dimodifikasi sedemekian rupa agar bisa menjadi alat musik. Angklung sudaj diakui UNESCO sebagai alat musik tradisional indonesia. Tapi, belakangan ini tidak banyak orang - orang yang masih memainkan angklung dan lebih memilih memainkan alat musik modern. Walau begitu, di kota Bandung memiliki museum angklung yang. ernama ' saung ujo '. Disinilah diadakannya acara angklung's day setiap tahun yang dihadiri orang dari berbagai wilayah yang masih aktif memainkan angklung dan ingin melestarikannya. Acara ini dihadiri oleh berbagai usia, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa.
Tekwan adalah makanan khas Palembang yang berupa hidangan berkuah dengan bahan utama terbuat dari ikan gabus dan tepung tapioka seperti halnya pempek tetapi berbeda pengolahannya. Tekwan berbentuk bulat dengan ukuran kecil-kecil yang menyerupai pentol bakso dan disajikan dengan kuah. Sebagai pelengkap kuah tekwan biasanya ditambahkan irisan bengkoang, jamur kuping, udang dan daun bawang pada kuahnya, sedangkan pada bagian atas tekwan ditaburi soun, ebi bubuk, daun seledri dan bawang goreng (Anugrah, 2014). Prinsip pengolahan tekwan terdiri dari penggilingan daging ikan, pencampuran bahan (ikan gabus, tapung tapioka, air dan garam), pembentukan dan pemasakan. Pemasakan tekwan dilakukan dengan cara perebusan yaitu memasukkan tekwan ke dalam panci yang berisi air mendidih selama 5 menit. Tekwan yang telah matang akan mengapung pada permukaan air rebusan dan jika ditekan dengan tangan akan terasa lembut dan kenyal sampai bagian dalamnya (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Palemb...
Pada zaman dahulu di pinggiran Sungai Musi terdapat sebuah kerajaan bernama Kerajaan Palembang. Kerajaan tersebut sangat subur, makmur dan tentram dengan penduduk yang cukup banyak. Kerajaan tersebut diperintah oleh Pangeran Riyo yang tidak hanya tampan tetapi juga gagah. Ia merupakan putra sulung Sultan Palembang. Sayangnya, hingga kini Pangeran Riyo belum memiliki permaisuri. Oleh karena itu, ia belum diberi gelar sultan hingga kedua orang tuanya mangkat. Sesungguhnya, sudah banyak gadis rupawan yang dikenalkan namun belum ada satu wanita yang berhasil memikat hati pangeran Riyo. Pangeran Riyo sendiri menginginkan calon permaisuri yang tidak hanya cantik tetapi juga memiliki budi pekerti yang baik pula. Ia berharap pendampingnya kelak mampu memberikan warna baru pada kerajaan sehingga derajat rakyatnya semakin meningkat dan disegani oleh kerajaan tetangga. Lalu, pada suatu siang yang cerah datanglah dua orang punakawan (prajurit) menghadap. “Ampun, Tuanku, kami berdua ingin me...