Nugal berarti menanam padi. Nugal merupakan budaya unik peninggalan nenek moyang Suku Dayak Tunjung karena memiliki makna filosofi kebersamaan dan kekeluargaan. Kegiatan yang dilakukan adalah menanam padi di ladang secara gotong royong oleh masyarakat sekampung termasuk tetangga maupun keluarga setelah pembukaan ladang selesai. Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama baik laki-laki maupun perempuan yang berasal dari berbagai kalangan usia. Umumnya, laki-laki bertugas melubangi lahan untuk benih padi dengan menggunakan tongkat kayu (biasanya ulin dan bengkirai) yang ditajamkan ujungnya, sedangakan perempuan bertugas memasukkan benih padi ke lubang yang telah disiapkan. Lubang tugal tidak ditutup, dibiarkan terbuka, namun seiring berjalannya waktu lubang tersebut akan tertutup oleh tanah akibat aliran air hujan pada permukaan tanah. Anak-anak biasanya hanya turut meramaikan saja sambil bermain di area sekitar lahan. Nugal diawali dengan menyiapkan dan membersih...
Berbicara tentang mitologi, pernahkah anda mendengar tentang kisah ‘Naga Erau’ dan ‘Puteri Karang Melenu’? Cerita tersebut tentu terdengar asing di telinga-telinga masyarakat modern. Akan tetapi, tidak ada salahnya jika saya ingin menceritakannya kembali bukan? Baiklah mari kita mulai dari awal… Dahulu kala, di Pulau Kalimantan, khusunya bagian timur dan di kampung terpencil yang bernama Melanti, daerah Hulu Dusun. Terdapat sepasang suami istri. Sang suami adalah petingginya, sedangkan sang istri bernama Babu Jaruma. Usia mereka sudah tergolong tua dan semenjak mereka menikah, sampai saat ini mereka belum juga dikaruniai keturunan. Maka dari hal tersebut, mereka selalu memohon kepada Dewata—dewa dengan kedudukan yang lebih rendah daripada dewa-dewa utama—agar dikaruniai seorang anak sebagai penerusnya. Suatu hari, keadaan alam menjadi buruk. Hujan turun deras selama tujuh hari dan tujuh malam. Petir menyambar silih bergant...
Upacara adat naik ayunan merupakan peninggalan kenang-kenangan dari Imam Mempawa (Sayyid Ahmad Khairuddin), yang merupakan seorang ulama penyiar Islam di Kerajaan Sadurengas/Kesulthanan Paser. Upacara ini dilakukan sebagai permulaan seorang bayi naik buaian atau ayunan. Dalam upacara tersebut dinyanyikan "Nyanyian Fatimah", yang syairnya sebagai berikut: Bismillahi Rahmanir Rahim Huu Allah, Allah wal awwal, Allahu huu wal akhir Allah huu, Allah Allahu wal bathin, Allahu wadh-dhahir Allah huu, Allah maidamdam ilham Allah huu, Allahu, air zamzam karamdllaut bahaarullah Upacara adat naik ayunan dilakukan dengan cara sebagai berikut: Ayunan atau buaian khas dari batang kayu nibung dihiasi anyaman daun lontar dan janur kuning (tergantung dengan ikatan pada kedua ujungnya). Pada tengah-tengah kayu ayunan, digantung sepotong kayu yang telah dipotong dengan bentuk tertentu (kurang lebih 40 cm) dengan ikatan pada kedua ujungnya. Pada sepotong kayu tersebut...
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar yang terletak di Asia Tenggara. Sebanding dengan banyaknya pulaunya, Indonesia juga memiliki lebih dari 300 suku etnik atau tepatnya sekitar 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS pada tahun 2010. Dengan banyaknya suku bangsa di Indonesia, tidak mengherankan apabila Indonesia memiliki berjuta - juta budaya yang mungkin bahkan tidak diketahui oleh masyarakat awam. Salah satunya adalah lagu daerah yang berjudul Indung - Indung. Lagu Indung -Indung merupakan salah satu lagu daerah yang berasal dari Kalimantan Timur. Lagu ini biasa dinyanyikan oleh orang tua kepada anaknya yang berisi petuah petuah dalam menjalankan kehidupan ini. Berikut adalah lirik lagu Indung - Indung ; Indung Indung Kepala Lindung Hujan Di Udik Di Sini Mendung Anak Siapa Pakai Kerudung Mata Melirik Kaki Kesandung La Haula Wala Kuwwatta Mata Melihat Seperti Buta Tiada Daya Tiada Upaya Melainkan Tuhan Yang Maha Es...
Di Kota samarinda terdapat beberapa kepercayaan saat hari raya Cap Go Meh. Tidak hanya warga yang beretnis Tiong Hua saja yang memercayai kepercayaan berikut tapi hampir semua masyarakat di Samarinda memercayainya dan ikut merayakan hari raya ini. Biasanya masyarakat berkumpul di kelenteng dan merayakan hari raya ini, bahkan biasanya yang ikut merayakan hari raya ini tidak hanya mereka yang beragama buddha, bahkan mereka yang beragama katholik dan muslim banyak yang ikut serta dalam perayaan Cap Go Meh di kelenteng tersebut. banyak orang tua yang membawa anak-anak mereka untuk melihat pertunjukan barongsai dan arak-arakan naga. terdapat juga pembagian ang pao yang dipercaya jika tidak dibuka dan disimpan didalam dompet anda maka akan memperlancar rejeki anda. Pada perarakan naga juga terdapat sebuah kebiasaan untuk mencabut jenggot dari naga tersebut yang dipercaya akan dapat membawa keberuntungan kepada mereka yang memilikinya. Dan kepercayaan yang paling terkenal apa lagi di kalan...
Seorang ayah di Mahakam sedang bersedih. Istrinya meninggal dunia. Kedua anaknya menjadi tidak terurus. Tak lama, sang Ayah menikah dengan seorang gadis cantik. Awalnya, kehidupan mereka bahagia. Namun, lama-kelamaan sifat asli sang ibu tiri muncul. "Pergilah kalian mencari kayu bakar. Jangan pulang sebelum kalian mendapat kayu tiga kali lipat dari biasanya," kata ibu tirinya. Mereka segera pergi ke hutan. Saat siang, keduanya kelaparan dan tergeletak di tanah. "Kalian pergilah ke sana. Banyak buah-buahan yang bisa membuat lapar kalian hilang," kata seorang kakek. Segera saja dua kakak beradik itu bergegas menuju ke tempat yang ditunjukkan sang kakek. Setelah kenyang, kedua kakak beradik melanjutkan mencari kayu bakar. Jumlah kayu yang terkumpul sudah sesuai dengan keinginan ibu tirinya. Mereka segera membawa pulang kayu itu. Namun, orang tua mereka tidak ada. Tidak hanya itu, rumah itu bahkan sudah bersih dari harta dan perabotan. "Kakek, apakah pernah melihat b...
Alkisah, di lereng sebuah gunung daerah Kalimantan Timur terdapat sebuah dusun bernama Jaitan Layar. Di dusun itu tinggal seorang Petinggi bersama istrinya. Meski sudah menikah puluhan tahun, mereka belum di karuniai seorang anak pun. Namun demikian, suami istri itu tak pernah putus asa. Mereka senantiasa pergi bertapa, menjauhi kerabat dan rakyatnya untuk memohon pada Dewa agar diberi keturunan. Pada suatu malam, ketika mereka sedang tertidur nyenyak, tiba-tiba dikejutkan oleh suara gemuruh di halaman rumahnya. Malam yang semula gelap gulita tiba-tiba berubah menjadi terang benderang, kejadian itu membuat mereka sangat heran. "Pak coba lihat apa yang terjadi di luar," kata sang istri. Dengan memberanikan diri, Petinggi Dusun Jaitan Layar itu keluar dari rumahnya. Ia sangat terkejut melihat sebuah batu raga mas berada di halaman rumahnya. Di dalamnya terbaring seorang bayi laki-laki yang masih merah berselimutkan kain berwarna emas. Tangan kanan bayi itu menggenggam se...
Salah satu Sub Suku Dayak yang sudah dianggap punah adalah Dayak Abal. Suku Dayak ini berada di Kalimantan Selatan menurut data sensus pada tahun 1990 masih terdapat 21.948 jiwa yang tersebar di tiga desa yaitu Desa Aong, Desa Suput & Desa Halong. Secara tradisi Dayak Abal ini mirip dengan Dayak Ngaju, sebab mengenal Dohong dan upacara seperti Tiwah tetapi ada juga yang mengaitkan Dayak Abal ini dengan rumpun Dayak Paser yaitu paser Abba. Sampai sekarang belum penulis ketahui pasti bagaiamana bahasa Dayak Abal. Ini mengingatkan penulis mengenai tulisan perjalanan Kapten Beeckman 1714 yang melakukan pelayaran pada tanggal 12 Oktober 1713 dengan kapal East India Company “Eagle Galle” dengan tujuan melakukan misi perdagangan ke kalimantan bagian tenggara (Banjarmasin) – menurut catatan Kapten Daniel penduduk pribumi di Banjarmasin ini ada dua kelompok, yang pertama ialah kelompok yang menetap di area dermaga (umumnya terdiri dari orang banjar) dan kelompok l...
Tari Kode Bura menggambarkan seekor kera putih yang mencoba melindungi habitat burung Tukuk yang selalu diburu oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab terhadap kelestarian satwa yang dimiliki masyarakat suku Paser. Pada suatu hari sekelompok burung Tukuk sedang bermain, tanpa mereka sadari bahaya sedang mengintai dan kegembiraan mereka tidaklah berlangsung lama karena salah satu dari mereka tiba-tiba roboh dan mati ditembus anak sumpit seorang pemburu. Datanglah seekor kera putih yang marah terhadap pemburu dan perkelahian pun terjadi antara pemburu dengan kode bura dan pada akhirnya sang pemburu kalah. Seluruh penghuni hutan pun bergembira karena sang pemburu telah tewas. Tarian ini mengingatkan pada kita agar selalu mencintai dan menyayangi hutan dan satwa yang ada agar terhindar dari kepunahan. Sumber: https://lysideimos.wordpress.com/2014/07/08/tarian-khas-kabupaten-paser/