Seorang ayah di Mahakam sedang bersedih. Istrinya meninggal dunia. Kedua anaknya menjadi tidak terurus. Tak lama, sang Ayah menikah dengan seorang gadis cantik. Awalnya, kehidupan mereka bahagia. Namun, lama-kelamaan sifat asli sang ibu tiri muncul.
"Pergilah kalian mencari kayu bakar. Jangan pulang sebelum kalian mendapat kayu tiga kali lipat dari biasanya," kata ibu tirinya.
Mereka segera pergi ke hutan. Saat siang, keduanya kelaparan dan tergeletak di tanah.
"Kalian pergilah ke sana. Banyak buah-buahan yang bisa membuat lapar kalian hilang," kata seorang kakek. Segera saja dua kakak beradik itu bergegas menuju ke tempat yang ditunjukkan sang kakek.
Setelah kenyang, kedua kakak beradik melanjutkan mencari kayu bakar. Jumlah kayu yang terkumpul sudah sesuai dengan keinginan ibu tirinya. Mereka segera membawa pulang kayu itu. Namun, orang tua mereka tidak ada. Tidak hanya itu, rumah itu bahkan sudah bersih dari harta dan perabotan.
"Kakek, apakah pernah melihat bapak dan ibu kami?" tanya mereka pada seorani kakek.
"Kemarin aku berjumpa dengan dengan pasangan suami istri yang membawa harta banyak ke seberang sungai," jawab kakek tersebut.
Kedua anak ini meminjam perahu kakek untuk menyeberangi sungai. Mereka menemukan gubuk reyot. Di dalamnya ada banyak benda bawaan orangtuanya. Di dapur ada periuk berisi bubur yang masih panas. Karena lapar, Si kakak segera memakan bubur itu dengan lahap. Si adik segera merebut periuk tersebut, kemudian memakan semuanya, termasuk periuknya.
Karena bubur itu panas, tubuh mereka juga menjadi panas. Mereka berlarian menuju sungai. Mereka memeluk pohon pisang untuk mendinginkan tubuh. Namun, pohon pisang itu malah layu.
"Tolong! Tolong!" teriak mereka berdua, lalu terjun ke sungai.
Seseorang melihat ada dua ikan yang memiliki kepala mirip manusia dan sesekali menyemburkan air Segera saja ia memanggil penduduk desa. Oleh penduduk sekitar, ikan itu kemudian diberi nama pasut atau pesut.
sumber: Dongeng Cerita Rakyat (https://dongengceritarakyat.com/dongeng-cerita-legenda-jaman-dulu-dari-kalimantan/)
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang