Alkisah, pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang laki-laki bernama Nusa. Ia tinggal bersama istri dan adik ipar laki-lakinya di sebuah kampung yang berada di pinggir Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah. Pekerjaan sehari-hari Nusa dan adik iparnya adalah bercocok tanam dan menangkap ikan di Sungai Kahayan. Pada suatu waktu, kemarau panjang melanda daerah tempat tinggal mereka. Kelaparan terjadi di mana-mana. Semua tanaman penduduk tidak dapat tumbuh dengan baik. Tanaman padi menjadi layu, buah pisang menjadi kerdil. Air Sungai Kahayan surut dan ikan-ikannya pun semakin berkurang. Melihat kondisi itu, Nusa bersama istri dan adik iparnya memutuskan untuk pindah ke sebuah udik (dusun) dengan harapan akan mendapatkan sumber penghidupan yang lebih baik. Kalaupun tanaman singkong penduduk kampung itu tidak ada, setidaknya tetumbuhan hutan masih dapat membantu mereka untuk bertahan hidup. Setelah mempersiapkan bekal seadanya, berangkatlah mereka menuju udik dengan menggunakan perahu. S...
Syahdan di daerah aliran Sungai Mahoroi hiduplah seorang lelaki bernama Sangi. Ia dikenal sebagai pemburu tangguh. Piawai ia menyumpit. Sangat jarang sumpitannya meleset dari sasaran yang dibidiknya. Pada suatu hari ia kembali berburu di hutan. Ketika itu Sangi merasakan keanehan yang sangat mengherankannya. Sama sekali ia tidak melihat seekor hewan buruan. Tidak juga hewan-hewan besar maupun hewan-hewan kecil. Karena tidak juga menemukan hewan buruan setelah berusaha keras mencari, Sangi pun berniat pulang kembali ke rumahnya. Hatinya kesal berbaur sedih. Serasa untuk pertama kali dalam perburuannya, Sangi pulang dengan tangan hampa. Dalam perjalanan pulangnya, Sangi melewati pinggir sungai. Terbelalak ia ketika melihat kondisi pinggir sungai itu yang terlihat keruh. Sangi mengerti, itu pertanda ada babi hutan yang baru saja minum air dari sungai itu. Dengan hati-hati Sangi meneliti. Benar dugaannya. Ia menemukan jejak-jejak kaki babi hutan di tanah di dekat sungai itu. Sangi p...
Sejarah awal Kampung Batoq Kelo bermula dari sebuah kampung bernama BUSANG BELAWAN (di dalam Sungai Boh), petinggi waktu ini belum ada, kampung masih bersifat kumpulan penduduk Kalteng (Ot Danum, Kahayan, Ot Siang).Tokoh yang memimpin kampung pada waktu itu adalah BO ANTANG . Pada jaman Bo Antang, pernah terjadi “perjanjian damai” (Kesepakatan Damai) antara suku-suku di Mahakam dengan suku Kenyah dari Apo Kayan (Poh Kejin). Perjanjian ini dimaksudkan agar tidak ada lagi pengayauan di antara mereka, khususnya antara suku-suku di Mahakam Hulu dengan suku-suku Kenyah di Apo Kayan dan sebagai gantinya orang-orang Dayak Ngaju ini harus menghalangi pasukan Dayak Iban/Hiban untuk tidak masuk ke Sungai Mahakam Pada waktu itu Bo Antang mengorbankan 3 orang anggota sukunya; 1 orang bernama Gasing dikorbankan di wilayah Busang Belawan yang hingga sekarang disebut wilayah itu Naha Gasing, sedangkan 2 orang lainnya diberikan kepada suku Kenyah di wilayah Apo Kayan. Perjanj...
Pada mulanya langit dan bumi belum berbentuk, bumi hanya sebesar sulau dan langit sebesar picis. Maka Tuhan Allah Ta’alla mulai membentuk langit dan bumi dengan menyerukan Ketiga EntitasNya yaitu AYAN TAMUN TUNRAN , TUNTUT TAMUN AUN , dan BEYEY TAMUN TUYO . Ketiga Pribadi Illahi ini kemudian bersepakat mengumpulkan bahan-bahan untuk menambah langit dan bumi, Tuntut Tamun Aun bertugas menjadi Tukang angkut keseluruhan bahan-bahan yang telah dikumpulkan oleh Ayan Tamun Tunran dan Beyey Tamun Tuyo. Bahan-bahan yang diambil adalah Lampung Kuit, Lampung Kudau, Lampung Sendru, Lampung Sendrak Setelah semua bahan terkumpulkan maka Yang Maha Kuasa Allah Ta’Alla memberikan wahyu kepada salah satu MalaikatNya SENGKEREANG SENGKEREPANG untuk mengolah dan menjadikan bahan itu, maka langsung dikerjakan oleh Sengkereang Sengkerepang dan menempa benda yang berupa tanah, namun berkali-kali ditempa ternyata tanah itu tidak dapat bersatu. Maka diperintahkan oleh Allah Ta&r...
Di suatu daerah di Kalimantan Tengah hiduplah dua orang bersaudara yang tertua bernama TARANTANG SAWANG dan adiknya bernama TARANTANG TALALI – mereka berdua ini anak yatim piatu. Suatu ketika mereka berdua hendak pergi berladang di sawah yang berada jauh di belakang kampung dan bisa membutuh waktu seharian perjalanan kaki. Pagi-pagi hari mereka berdua berangkatlah ke Sawah itu. Sore hari mereka tibalah di pondok sawah mereka itu. Lalu mereka berdua naik ke pondok dan melatakan segala perbekalan dan membersihkan pondok itu. Ketika mereka berdua hendak memasak nasi dan sayuran, mereka berdua mencoba mencari korek api yang ternyata tertinggal di rumah dikampung sehingga mereka tidak bisa memasak dan menyalakan pelita. Sang kakak Tarantang Sawang berkata kepada adiknya Tarantang Talali “Oi.. Adikku Tarantang Talali, sepertinya aku harus kembali pulang ke kampung untuk mengambil korek api kita, sebab kita tidak bisa memasak seperti ini kalau aku tidak pulang. Sebaikn...
Jika di Jepang ada hantu yang bernama hantu Kappa, dimana makhluk ini didalam legenda Jepang, suka tinggal di air dan memiliki bentuk kepala yang aneh, ternyata Suku Dayak juga mengenal hantu yang mirip dengan Kappa ini, disebut dengan Hantu PUJUT. Hantu PUJUT ini memiliki ciri fisik; badannya kurus, kulitnya keriput, wajahnya sangat buruk seperti orang berusia seratus tahun , kepala dan kupinya lancip, arah mulut vertikal tidak seperti arah mulut manusia, matanya bulat hitam, tangan dan kakinya memiliki selaput seperti kodok atau itik, badannya putih dan memiliki bau amis – mirip ciri fisik alien “the grey” . Yang menjadi makananya adalah ikan makanya hantu PUJUT sering mengganggu manusia yang sedang mencari ikan, biasanya dengan mengeluarkan suara “juut.. juuut” . Ukuran tubuhnya bisa berubah, dari hanya sebesar batang korek-api, sehingga bisa masuk lubang kunci, sampai setinggi pohon kelapa, dan biasanya menyesuaikan ukurannya dengan ket...
Hampir semua sub suku Dayak mengenal prosesi secondary burial , jadi tidak hanya cukup dikuburkan tetapi beberapa tahun setelah penguburan akan dilakukan semacam ritual tertentu untuk membantu mengantarkan orang yang mati ke Surga atau dalam agama Kaharingan disebut LEWU TATAU HABARAS, BULAU HABUSUNG HINTAN, HAKARANG LAMIANG. Setiap sub suku Dayak memiliki nama dan beberapa variasi didalam acara secondary burial ini, misal Dayak Ngaju menyebutnya TIWAH, Dayak Benuaq menyebutnya KWANGKAY, Dayak Tingalan menyebutnya ANULANG, Dayak Maanyan menyebutnya IJAMBE dsb. Ada yang tulang belulang ini dibakar ada juga yang tidak. Kali ini penulis tidak akan membahas secara detail mengenail acara secondary burial ini. Tetapi kali ini penulis akan membagikan beberapa macam bentuk sandung yang dikenal suku Dayak. Sandung merupakan bangunan seperti rumah yang kecil dan bertiang panjang tempat menaruh tulang belulang leluhur yang di TIWAHkan. sumber: https://folksofdayak.wordpress.co...
Tamiang Layang adalah sebuah kelurahan di kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah, Indonesia dan merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Barito Timur. Ejaan Belanda untuk Tamiang Layang adalah Tameang Laijang . Penduduk asli daerah ini adalah Dayak Ma’anyan. Menarik untuk mencermati mengenai asal-usul nama Tamiang Layang ini. Berikut beberapa versi dari hasil diskusi di group Folks Of Dayak: 1. TAMIANG LAYANG BERASAL DARI NAMA DAMANG TAMIANG Konon asal usul nama TAMIANGLAYANG berasal dari nama Damang yang tersesat. Nama Damang ini Tamiang. Menurut beberapa kisah ia tersesat dalam usahanya mencari daerah Sangarasi, untuk melamar Puteri Mayang Sari atau dalam bahasa Maanyannya LAYANG = tersesat, walaupun pada akhirnya ia berhasil sampai di Sangarasi namun ternyata Puteri Mayang Sari telah lebih dahulu wafat. Sehingga kota ini dikenal menjadi kota TAMIANG LAYANG atau Damang Tamiang yang layang / tersesat. 2. TAMIANG LAYANG DIAMBIL DARI...
Dalam perjalanan ke Barito Timur, penulis sempat melihat satu rumah yang cukup tua didekat kawasan Makam Suta Ono, namun menyedihkan kondisi rumah sudah mau rubuh belum ada upaya untuk menjaga kelestarian rumah ini. Rumah ini menurut pemiliknya dibangun sekitar tahun 1930an. Banyak rumah-rumah tua, betang atau huma hai yang sudah berusia ratusan tahun di Kalimantan tidak dirawat dan dijaga kelestariannya ini yang harusnya jadi perhatian kita bersama folks. Penulis juga teringat ketika melakukan ekspedisi ke Sepang Kota – disana juga terdapat sebuah Huma Hai yang juga dalam kondisi terbengkalai, silahkan baca artikel: SEJARAH SEPANG KOTA Kalau mencotoh negara-negara lain, bagaimana mereka merawat setiap peninggalan gedung / bangunan tua bersejarah. Bukan bangunan peninggalan kolonial saja yang mesti dijaga tetapi bangunan peninggalan penduduk tempatanlah yang juga mesti dijaga dan dikaji secara ilmiah sebagai bahan arsitektur lokal. sumber: https://folksofdaya...