Sejarah awal Kampung Batoq Kelo bermula dari sebuah kampung bernama BUSANG BELAWAN (di dalam Sungai Boh), petinggi waktu ini belum ada, kampung masih bersifat kumpulan penduduk Kalteng (Ot Danum, Kahayan, Ot Siang).Tokoh yang memimpin kampung pada waktu itu adalah BO ANTANG. Pada jaman Bo Antang, pernah terjadi “perjanjian damai” (Kesepakatan Damai) antara suku-suku di Mahakam dengan suku Kenyah dari Apo Kayan (Poh Kejin). Perjanjian ini dimaksudkan agar tidak ada lagi pengayauan di antara mereka, khususnya antara suku-suku di Mahakam Hulu dengan suku-suku Kenyah di Apo Kayan dan sebagai gantinya orang-orang Dayak Ngaju ini harus menghalangi pasukan Dayak Iban/Hiban untuk tidak masuk ke Sungai Mahakam
Pada waktu itu Bo Antang mengorbankan 3 orang anggota sukunya; 1 orang bernama Gasing dikorbankan di wilayah Busang Belawan yang hingga sekarang disebut wilayah itu Naha Gasing, sedangkan 2 orang lainnya diberikan kepada suku Kenyah di wilayah Apo Kayan. Perjanjian ini dibuat pada waktu Bo Bang Juk memimpin Kampung Ujoh Bilang. Bo Bang Juk kemungkinan menjadi penghubung ke suku-suku Kenyah di Apo Kayan, karena beliau berasal dari suku Kenyah Lepo Timai (Umaq Timai). Bo Bang Juk adalah seorang tokoh besar di wilayah kecamatan Long Bagun.
Dalam catatan (fakta social, cerita lisan) di wilayah Long Bagun, Bo Bang Juk bersama Ding Lejo (asal Kampung Anah) pernah membawa pasukan dari Mahakam membantu suku Kayan Medalam (Umaq Suling) mengusir suku-suku Taman (suku Turi) dari Sungai Sibau (di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat). Cerita selanjutnya, setelah dari kampung Busang Belawan, orang Batoq Kelo pindah ke KIHAM BURUNG, pada waktu itu kampung masih dipimpin Bo Antang. Kampung ini masih berada di dalam Sungai Boh. Ketika berada di Kiham Burung inilah di SK-kannya kampung Kiham Burung dan Bo Antang dilantik sebagai Pembakal oleh Camat Long Pahangai yang bernama “Ming’gang”/ Migang” (Camat Pertama di Long Pahangai, asal dari Kalteng. Camat kedua juga masih berasal dari Kalteng, bernama “Kavuq”).
Setelah dari Kiham Burung, orang Batoq Kelo pindah lagi ke MUARA NYAN. Kampung Muara Nyan, terletak di luar sungai Boh, atau di pesisir sungai Mahakam. Pada masa ini mulai terjadi perkawinan campur orang-orang Batoq Kelo dengan orang Bahau Busang, Kayan, Pnihing, Punan dan Kenyah. Di kampung Muara Nyan, Bo Antang digantikan oleh BO LIUNG (Pembakal) dan BO WOY (Kepala Adat). Diperkirakan 10 tahun mereka hidup di kampung Muara Nyan.
Kemudian masih terjadi perpindahan, dari kampung Muara Nyan, orang-orang Batoq kelo pindah ke kampung SUNGAI AKAH (di sungai Akah) yang dipimpin oleh: BO AJANG (Pembakal I, menjabat 4 tahun), BO PELU (Pembakal II, sekitar 10 tahun) dan BO KAMIS (Pembakal III, sekitar 5 tahun). Pada masa 3 Pembakal ini BO WOY tetap masih menjabat Kepala Adat. Ketika Bo Woy meninggal, digantikan oleh BO SAVUNG RINJEN. Diperkirakan di Sungai Akah ini, orang-orang Batoq Kelo bertahan hidup sampai 19 tahun.
Selanjutnya, orang-orang Batoq Kelo pindah lagi ke BATOQ KELO (Ulu), dengan pemimpin BO SUAN (Pembakal I, 2 tahun), BO PIJAR (Pembakal II, 5 tahun), BO IMANG (Pembakal III, 15 tahun) dengan Kepala Adat, bernama BO JAANG. Pada tahun 1982 masyarakat pindah ke LONG BAGUN, dengan pembakal masih tetap Bo Imang (sekitar 5 tahun). Kepindahan ini terjadi di masa Camat Long Bagun, Liah Hong Jeng. Tahun 1989, dipimpin BO KUENG LAHAI (Pejabat sementara, 2 tahun) dengan Kepala Adat, BO GUNA. Tahun 1990, kampung dipimpin oleh Pak YOHANES NYURANG (sekitar, 15 tahun). Tahun 2003, kampung dipimpin oleh SAHIDAR TUVAN, dengan Kepala Adat: JIU SENDUK dan Ketua Bapak Yusuf Yudianto. Pada tahun 1989, masyarakat Kampung Batoq Kelo yang berpindah ke Long Bagun mulai membentuk kelompok yang kembali (exodus) wilayah Batoq Kelo, kampung asal, di Sungai Gelong, lalu pada tahun 1993 pindah ke wilayah Bengalan yang sekarang ini.
sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2014/03/06/sejarah-kampung-batuq-kelo-kampung-dayak-ngaju-di-sungai-mahakam/
#SBJ
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...