Tamiang Layang adalah sebuah kelurahan di kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah, Indonesia dan merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Barito Timur. Ejaan Belanda untuk Tamiang Layang adalah Tameang Laijang. Penduduk asli daerah ini adalah Dayak Ma’anyan.
Menarik untuk mencermati mengenai asal-usul nama Tamiang Layang ini. Berikut beberapa versi dari hasil diskusi di group Folks Of Dayak:
1. TAMIANG LAYANG BERASAL DARI NAMA DAMANG TAMIANG
Konon asal usul nama TAMIANGLAYANG berasal dari nama Damang yang tersesat. Nama Damang ini Tamiang. Menurut beberapa kisah ia tersesat dalam usahanya mencari daerah Sangarasi, untuk melamar Puteri Mayang Sari atau dalam bahasa Maanyannya LAYANG = tersesat, walaupun pada akhirnya ia berhasil sampai di Sangarasi namun ternyata Puteri Mayang Sari telah lebih dahulu wafat. Sehingga kota ini dikenal menjadi kota TAMIANG LAYANG atau Damang Tamiang yang layang / tersesat.
2. TAMIANG LAYANG DIAMBIL DARI GELAR DAMBUNG SANEN DARI BATU NYIWUH
Menurut kisah Tamiang layang diambil dari Gelar DAMBUNG SANEN yang berasal dari BATU NYIWUH (Sekarang berada Kec. Tewah, Gunung Mas) yang mengembara mencari kediaman baru sampai ke MURUNG KALIWAN / HARINGEN dengan mudik menyusuri sungai pataai yang mana tempat itu dipimpin oleh PATINGGI JUMMUyang memberikan ijin kepada DAMBUNG SANEN.
Berdasarkan petunjuk PATINGGI JUMMU, DAMBUNG SANEN diperkenankan membuat pemukiman berjrak sejauh sehari perjalanan berkayuh mudik dari MURUNG KALIWEN. Setelah menjelang senja DAMBUNG SANEN menyuruh anak buahnya berhenti di pinggir lubuk mamiring yang didaratnya banyak di tumbuhi bambu beruas panjang dan alot yakni BAMBU TAMIANG. Dalam persinggahan itu DAMBUNG SANEN bertapa dan didatangi orang berjubah putih dengan memperkenalkan dirinya : “Jiwata ma miring sinranum pampang ummu, bantangan rahu patis kereng lamuara, ka ani hi bintang irarinak ka huli hi jaya mapar lengan, rium hilum mangatiga hapat wulan mangawahat” yang artinya dalam bahasa maanyan adalah “Jari janang kalalawah” – Menjadi Jaya Selamanya yang sekarang menjadi motto Barito Timur saat ini. DAMBUNG SANEN diijinkan membuat pemukiman di tempat itu yakni tidak boleh jauh dari lubuk mamiring itu. Saat DAMBUNG SANEN bertapa itu dikira anak buahnya ia tersesat/layang dipadang bambu tamiang disekitar lubuk mamiring.
Karena mendirikan perkampungan di hutan bambu itulah maka DAMBUNG SANEN di beri gelar DAMBUNG TAMIANG yang kini tetap dikenang menjadi nama kota Tamiang layang, yaitu padang bambu tempat dikira tersesat/layang-nya DAMBUNG SANEN oleh anak buahnya padahal dia lagi menghilang dalam petapaan.
3. TAMIANG LAYANG BERASAL DARI SENJATA YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMBUNUH NANYU MONOLONG
Seperti yang dijelaskan di poin ke-2 bahwa TAMIANG merupakan nama pohon bambu/buluh kecil yang terkenal keampuhannya sebagai senjata orang Dayak Maanyan. Bambu tamianglah yang di pakai AMANG MAHAI dalam perkalahian untuk membunuh NANYU MONOLON – seorang makhluk ilahi dengan tikaman dibagian lehernya. Mahkluk ilahi ini dibunuh karena memporakporandakan sebuah kampung bernama Ete’en dan Gapijar. Kata LAYANG adalah sebagai tanda pemberitahuan bahwa illah NANYU MONOLON meninggal dunia karena tewas di bunuh oleh Amang Mahai. Tempat kejadian dimana terjadi peristiwa pembunuhan Nanyu Manolon, yang ditewaskan oleh Amang Mahai adalah termasuk wilayah Hadiwalang atau Bagok
Karena itulah penduduk Maanyan mengambil Tamiang menjadi senjata ampuh dari bambu dan Layang sebagai pemberitahuan kepada penduduk tentang kematian Nanyu Manolong. Sehingga penduduk menganggap sebagai peristiwa bersejarah dan akhirnya mereka menamakan daerah tersebut menjadi TAMIANG LAYANG.
Tabe
Bekasi 29/April/2014
Nara Sumber:
Raedy Andrang, Sinta Rariang Dayakland, Goens Senopati Boesay, David Su
sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2014/04/29/asal-usul-nama-tamiang-layang/
#SBJ
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja