Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Legenda Kalimantan Tengah Pulau Nusa
Asal Mula Pulau Nusa
- 13 November 2018

Alkisah, pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang laki-laki bernama Nusa. Ia tinggal bersama istri dan adik ipar laki-lakinya di sebuah kampung yang berada di pinggir Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah. Pekerjaan sehari-hari Nusa dan adik iparnya adalah bercocok tanam dan menangkap ikan di Sungai Kahayan.
Pada suatu waktu, kemarau panjang melanda daerah tempat tinggal mereka. Kelaparan terjadi di mana-mana. Semua tanaman penduduk tidak dapat tumbuh dengan baik. Tanaman padi menjadi layu, buah pisang menjadi kerdil. Air Sungai Kahayan surut dan ikan-ikannya pun semakin berkurang. Melihat kondisi itu, Nusa bersama istri dan adik iparnya memutuskan untuk pindah ke sebuah udik (dusun) dengan harapan akan mendapatkan sumber penghidupan yang lebih baik. Kalaupun tanaman singkong penduduk kampung itu tidak ada, setidaknya tetumbuhan hutan masih dapat membantu mereka untuk bertahan hidup.

Setelah mempersiapkan bekal seadanya, berangkatlah mereka menuju udik dengan menggunakan perahu. Setelah tiga hari menyusuri Sungai Rungan (anak Sungai Kahayan), sampailah mereka di persimpangan sungai. Namun, mereka tidak dapat melanjutkan perjalanan, karena ada sebatang pohon besar yang tumbang dan melintang di tengah sungai. Untuk melintasi sungai itu, mereka harus memotong pohon itu. Akhirnya Nusa dan adik iparnya secara bergantian memotong pohon itu dengan menggunakan kapak. Hingga sore, pohon itu belum juga terputus. Perut mereka pun sudah mulai keroncongan.
Sementara bekal yang mereka bawa sudah habis. Akhirnya, Nusa memutuskan untuk pergi mencari makanan ke hutan di sekitar sungai itu.
“Aku akan pergi mencari makanan di tengah hutan itu. Kamu selesaikan saja pekerjaan itu,” kata Nusa kepada adik iparnya yang sedang memotong pohon itu.
“Baik, Bang!” jawab adik iparnya.
Setelah berpamitan kepada istrinya, berangkatlah Nusa ke tengah hutan. Tidak lama kemudian, Nusa sudah kembali membawa sebutir telur yang besarnya dua kali telur angsa.
“Hei, lihatlah! Aku membawa makanan enak untuk makan malam kita. Dik, tolong rebus telur ini!” pinta Nusa kepada istrinya.
“Maaf, Bang! Adik tidak mau, karena Adik tahu telur binatang apa yang Abang bawa itu,” jawab istri Nusa menolak.
“Ah, Abang tidak peduli ini telur binatang apa. Yang penting Abang bisa kenyang. Abang sudah tidak kuat lagi menahan lapar,” kata Nusa dengan nada ketus.
Akhirnya, telur itu dimasak sendiri oleh Nusa. Hampir tengah malam telur itu baru matang. Ia pun membangunkan istri dan adik iparnya yang sudah terlelap tidur. Namun keduanya tidak mau memakan telur itu. Akhirnya, telur itu dimakan sendiri oleh Nusa sampai habis. Sementara istri dan adik iparnya kembali melanjutkan tidurnya.
Keesokan harinya, alangkah terkejutnya Nusa saat terbangun dari tidurnya. Tubuhnya dipenuhi dengan bintil-bintil berwarna merah dan terasa sangat gatal. Ia pun mulai panik dan kemudian menyuruh istri dan adik iparnya untuk membantu menggaruk tubuhnya. Namun anehnya, semakin digaruk, tubuhnya semakin terasa gatal dan perih. Melihat kondisinya seperti itu, Nusa segera menyuruh adik iparnya untuk pergi mencari bantuan. Sementara istrinya terus membantu menggaruk tubuhnya.
(Baca juga: Cerita Rakyat Kalimantan Tengah – Legenda Asal Mula Sumber Garam Sepang)
Menjelang siang, keadaan Nusa semakin mengerikan. Bintil-bintil merah itu berubah menjadi sisik sebesar uang logam memenuhi sebagian tubuhnya. Beberapa saat kemudian, tubuhnya bertambah besar dan memanjang hingga mencapai sekitar lima depa.[Depa adalah ukuran sepanjang kedua belah tangan, memanjang dari ujung jari tengah tangan kiri sampai ke ujung jari tengah tangan kanan (empat hasta, enam kaki). Dari kaki sampai ke ketiaknya telah berubah menjadi naga, sedangkan tangan, leher, dan kepalanya masih berwujud manusia.
“Maafkan Abang, Dik! Rupanya telur yang Abang makan tadi malam adalah telur naga. Lihat tubuh dan kaki Abang! Sebentar lagi Abang akan menjadi seekor naga. Tapi, Adik tidak usah sedih, karena ini sudah takdir Tuhan,” ujar Nusa kepada istrinya.
Istrinya hanya terdiam dan bersedih melihat nasib malang yang menimpa suaminya. Air matanya pun tidak terbendung lagi. Tidak lama kemudian, adik iparnya kembali bersama dua puluh orang warga yang siap untuk membantunya. Namun saat melihat tubuh Nusa, mereka tidak dapat berbuat apa-apa, karena mereka belum pernah melihat kejadian aneh seperti itu. Akhirnya, hampir sehari semalam mereka hanya duduk mengelilingi tubuh Nusa yang tergeletak tidak berdaya di atas pasir sambil memerhatikan perkembangan selanjutnya.
Keesokan harinya, Nusa benar-benar sudah berubah menjadi seekor ular naga. Tubuhnya semakin panjang dan besar. Panjangnya sudah mencapai sekitar duapuluh lima depa, dan besarnya tiga kali pohon kelapa. Menjelang siang, Nusa meminta kepada seluruh warga agar menggulingkan tubuhnya ke sungai.
“Tolong bantu gulingkan tubuhku ke dalam sungai itu! Aku sudah tidak kuat lagi menahan terik matahari,” keluh Nusa.
Warga pun beramai-ramai mendorong tubuhnya ke dalam sungai. Namun, baru beberapa saat berada di dalam air, tiba-tiba Nusa merasa sangat lapar.
“Aduh…, aku lapar sekali. Tolong carikan aku ikan!” seru Nusa sambil menahan rasa lapar.
Warga pun segera berpencar mencari ikan di danau atau telaga yang berada di sekitar hutan. Beberapa lama kemudian, warga kembali dengan membawa ikan yang banyak. Dalam sekejap, ikan-ikan itu pun habis dilahapnya. Menjelang senja, Nusa berpesan kepada istrinya.
“Dik! Nanti malam akan turun hujan lebat diiringi guntur dan petir. Air sungai ini akan meluap. Sampaikan hal ini kepada warga, agar segera meninggalkan tempat ini.
Saat sungai banjir, Abang akan menuju ke Sungai Kahayan dan terus ke muara. Abang akan tinggal beberapa waktu di sana, dan kemudian meneruskan perjalanan ke laut. Di sanalah Abang akan tinggal untuk selamanya,” ucap Nusa sambil meneteskan air mata.
Istrinya pun tidak kuat menahan tangis. Ia benar-benar akan kehilangan suaminya.
“Bang, jangan tinggalkan Adik! Adik tidak mau kehilangan Abang,” istri Nusa mengiba sambil menangis tersedu-sedu.
“Sudahlah, Dik! Ini sudah takdir Tuhan. Setelah Abang pergi, pulanglah bersama warga itu!” ujar Nusa kepada istrinya.
Ketika malam sudah larut, apa yang diramalkan Nusa benar-benar terjadi. Suara guntur bergemuruh diiringi oleh petir yang menyambar-nyambar. Kilat memancar sambung-menyambung. Tidak lama kemudian, hujan pun turun dengan lebat. Istri Nusa dan semua warga segera menjauh dari sungai.
Mereka dirundung perasaan cemas dan diselimuti perasaan takut. Beberapa saat kemudian, air Sungai Rungan pun meluap. Tubuh Nusa terbawa arus banjir menuju Sungai Kahayan. Mereka yang menyaksikan peristiwa itu hanya diam terpaku. Mereka sudah tidak dapat lagi menolong Nusa. Setelah air Sungai Rungan surut, para warga kembali ke perkampungan mereka. Istri dan adik ipar Nusa pun mengikuti rombongan itu.
Sementara itu, Nusa sudah tiba di muara Sungai Kahayan. Ia menetap sementara di sebuah teluk yang agak dalam. Ia sangat senang, karena terdapat banyak jenis ikan yang hidup di sana. Namun kehadirannya menjadi ancaman bagi kehidupan ikan-ikan tersebut. Oleh karena itu, ikan-ikan tersebut berusaha mencari cara untuk mengusirnya. Mereka pun berkumpul di suatu tempat yang tersembunyi.
“Apa yang harus kita lakukan untuk mengusir naga itu”“ tanya Ikan Jelawat bingung.
“Aku punya akal. Aku akan bercerita kepada naga itu bahwa di lautan sana ada seekor naga besar yang ingin mengadu kekuatan dengannya,” kata Ikan Saluang (sejenis ikan teri).
“Lalu, apa rencanamu selanjutnya”“ tanya Ikan Jelawat bertambah bingung.
“Tenang, saudara-saudara! Serahkan semua persoalan ini kepadaku. Aku akan meminta bantuan kalian jika aku memerlukannya. Bersiap-siap saja menunggu komando dariku,” ujar Ikan Saluang.
Akhirnya, semua ikan yang ada di situ setuju dengan keputusan Ikan Saluang. Keesokan harinya, Ikan Saluang mulai menjalankan rencananya. Ia diam termenung seorang diri di suatu tempat yang tidak jauh dari naga itu berada. Ia berpikir, naga itu tidak mungkin memangsa tubuhnya yang kecil itu, karena tentu tidak akan mengenyangkannya. Tidak lama kemudian, naga itu pun datang menghampirinya.
“Hei, Ikan Saluang! Kenapa kamu bersedih”“ tanya Naga Nusa.
“Iya, Tuan Naga! Ada sesuatu yang membuat Hamba bersedih,” jawab Ikan Saluang.
“Apakah itu, Ikan Saluang” Katakanlah!” desak Naga Nusa.
“Begini, Tuan. Kemarin Hamba bertemu seekor naga besar di lautan sana,” kata Ikan Saluang.
“Apa katamu” Naga ? Apakah dia lebih besar dari pada aku”“ tanya Naga Nusa itu mulai gusar.
“Besarnya hampir sama seperti Tuan. Rupanya dia sudah mengetahui keberadaan Tuan di sini. Bahkan, dia menantang Tuan untuk mengadu kekuatan,” jawab Ikan Saluang.
Mendengar cerita Ikan Saluang itu, Naga Nusa pun naik pitam.
“Berani sekali naga itu menantangku. Katakan padanya bahwa aku menerima tantangannya! Besok suruh dia datang ke tempat ini, aku akan menunggunya!” seru Naga Nusa.
“Baik, Tuan Naga!” jawab Ikan Saluang lalu pergi.
Keesokan harinya, Naga Nusa pun datang menunggu di tempat itu. Sementara Ikan Saluang, bukannya pergi memanggil naga yang ada di lautan sana, melainkan bersembunyi di balik bebatuan bersama teman-temannya sambil memerhatikan gerak-gerik Naga Nusa yang sedang mondar-mandir menunggu kedatangan musuhnya. Namun, musuh yang ditunggu-tunggunya tak kunjung datang, karena naga yang dimaksudkan Ikan Saluang itu memang tidak ada. Akhirnya ia pun kelelahan dan tertidur di tempat itu.
Ikan Saluang pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Pelan-pelan ia mendekati ekor Naga Nusa, lalu berteriak dengan keras.
“Tuanku! Musuh datang!”
Mendengar teriakan itu, Naga Nusa menjadi panik. Dengan secepat kilat, ia memutar kepalanya ke arah ekornya, sehingga air sungai itu mendesau. Ia mengira suara air yang mendesau itu adalah musuhnya. Tanpa berpikir panjang, ia pun menyerang dan menggigitnya. Namun, tanpa disadari, ia menggigit ekornya sendiri hingga terputus.
“Aduuhhh….!” terdengar suara jeritan Naga Nusa menahan rasa sakit.
Pada saat itulah, Ikan Saluang segera memerintahkan semua teman-temannya untuk menggerogoti luka Naga Nusa. Naga Nusa pun semakin menjerit dan mengamuk. Tempat itu bergetar seolah-olah terjadi gempa bumi. Namun, kejadian itu tidak berlangsung lama. Tenaga Naga Nusa semakin lemah, karena kehabisan darah. Beberapa saat kemudian, Naga Nusa akhirnya mati.
Semua ikan yang ada di dasar Sungai Kahayan berdatangan memakan daging Naga Nusa hingga habis. Hanya kerangkanya yang tersisa. Lama kelamaan, kerangka tersebut tertimbun tanah dan ditumbuhi pepohonan. Tumpukan pepohonan itu kemudian membentuk sebuah pulau yang kini dikenal dengan nama Pulau Nusa.

Sumber:

https://www.reinha.com/2018/10/cerita-rakyat-kalimantan-tengah-legenda-asal-mula-pulau-nusa/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya