Batu Gantung adalah sebuah cerita rakyat yang berkembang pada masyarakat sekitar Danau Toba. Batu Gantung adalah sebuah batu yang letaknya menjorok ke Danau Toba. Batu gantung dapat dicapai dengan menggunakan speedboat kira -kira 10 menit dari Hotel Danau Toba. Apa yg menarik dari batu gantung ini? Bila kita memandang dengan seksama,maka akan terlihat bentuk batu itu seperti wanita yg sedang terjun ke danau dan diiringi oleh seekor anjing disampingnya. Tempat ini dianggap keramat oleh masyarakat setempat,tidak boleh berbicara kotor,atau menghina keberadaan batu gantung tersebut. Akan timbul kecelakaan bagi yang melakukannya,seperti tidak dapat kembali dan tenggelam kedalam danau. Pada jaman dahulu kala adalah seorang gadis cantik dijodohkan ke anak namborunya. Calon suaminya ini seorang yg kuran cerdas, tetapi orangtuanya tergolong yg kaya raya. Pada jaman itu ada ketentuan bahwa si gadis harus nikah dengan anak namborunya. Sepertinya peraturan ini harus dilaksanakan, tidak boleh d...
Di gunung Pelajau Sambas, dahulu kala hidup sebuah keluarga dengan seorang anak dan menantunya serta satu orang cucunya. Nek Jaga nama kepala keluarga sedangkan pekerjaan mereka adalah berburu di hutan. Pada suatu hari Nek Jage berburu di hutan langkahnya terhenti ketika melihat cahaya bersinar begitu terang. Kemudian dengan cepatnya cahaya aneh itu lalu menempel di kening Nek Jage. Dengan cahaya itu Nek Jage dengan mudah berjalan di dalam hutan dan memperoleh hewan buruan. Setelah cukup Nek Jage pulang tetapi rumahnya sepi, tiba-tiba Nek Jage mendengar suara cucunya dari dalam lumbung padi tetapi karena rapat dilubangi dindingnya supaya bisa melihat cucunya namun secepat kilat cahaya keningnya mengenai tubuh cucunya dan langsung meninggal. Nek Jage sangat marah dengan cahaya dikeningnya, kemudian ia mengamuk rumah dan lumbung padinya roboh. Tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya dan terjadilah banjir. Setelah bencana itu usai yang terlihat hanya bongkahan batu dan Nek Jage ikut men...
ada sebuah keluarga yang kaya raya didaerah Sambas, kemudian juga hidup seorang janda miskin dengan seorang anak perempuannya. Orang kaya tersebut mengadakan hajatan perkawinan semua penduduk kampung diundang kecuali janda miskin dan anaknya, meskipun tidak diundang tapi si anak tetap nekat kesana. Tetapi si anak malah diusir dan diperlakukan dengan kasar. Ibunya sangat sedih maka dicari akal untuk membalas, diambillah kucing yang dihiasi mukanya dengan arang kemudian diberi baju dan diperlakukan seolah-olah seperti manusia sehingga yang melihatnya menjadi tertawa semua. Melihat situasi tersebut janda miskin itu mohon kepada Tuhan agar orang-orang yang kejam kepadanya itu dikutuk menjadi batu, tidak lama kemudian terdengar bunyi yang sangat keras menyambar orang-orang tadi, mereka semua tertimbun tarub dan menjadi batu. Atas peristiwa itu, maka batu yang sekarang terletak di tepi sungai itu dinamakan Batu Betarub. Sampai sekarang orang-orang sering melihat batu itu kalau air sungai...
Pada zaman dahulu di pesisir Mandar, berdiri sebuah kerajaan yang kaya raya karena hasil bumi yang melimpah. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang zalim dan sewenang-wenang. Sehingga kekayaan alam tersebut hanya melimpah kepadanya serta kerabat sang raja. Sementara masyarakatnya makin hari semakin terpuruk karena hidup miskin. Mereka tak bisa menikmati hasil buminya lantaran didera pajak yang tinggi oleh sang raja. Kebengisan sang raja semakin lengkap sebab dia juga dikenal suka mengambil paksa perempuan muda untuk dijadikan sebagai permaisuri. Padahal dia telah memiliki tiga belas permaisuri. Akibatnya gadis-gadis lebih banyak mengurung diri di dalam rumah, takut suatu saat diculik oleh sang raja. Rakyat yang jenuh dengan kezaliman raja berusaha melakukan perlawanan. Namun, semua itu sia-sia. Sang raja dikenal sakti. Ia juga dikelilingi prajurit-prajurit yang tangkas dan langsung berhasil menggulung setiap upaya pemberontakan. Akhirnya banyak masyarakat yang lari menggunak...
PADA zaman dahulu di daerah Tinambung Mandar, Sulawesi Barat, hidup seorang kakek sebatang kara di sebuah rumah sederhana di tengah-tengah kebunnya. Saban hari si kakek menghabiskan waktu untuk menanam sayur-sayuran, umbi-umbian, jagung, tebu, dan kelapa. Karena keuletan dan ketelitian dalam merawat tanamannya, sehingga hasilnya pun cukup melimpah. Kakek itu memiliki hobby yang aneh. Hampir tiap hari dia minum air tebu tanpa lebih dulu memerasnya. Ia memilih langsung mengigiti batang tebu yang telah dikupas kulitnya. Kemudian mengunyahnya hingga tinggal ampas. Kemudian ampas tebu tersebut ia kumpulkan di ruang tengah rumahnya. Sehingga menggunung di dalam rumahnya. Akibat kebiasaan tersebut, orang kampung memanggilnya Kanne Paummisang, yang artinya dalam bahasa Mandar, Sulbar, kakek yang suka menumpuk ampas tebu di rumahnya. Di mata penduduk, Kanne Paummisang dikenal sebagai orang yang ramah, baik hati, dan dermawan. Hasil kebunnya yang melimpah tak pernah dinikmati sendiri, mel...
DI BUKIT Napo, Sulawesi Barat berdiri sebuah kerajaan yang sangat makmur. Namanya Kerajaan Balanipa. Kerajaan Balanipa ini berada di daerah yang subur. Hasil kekayaan alamnya melimpah dan dapat menambah penghasilan rakyatnya. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang yang yang sangat bijaksana dan adil. Kekayaan alam yang diperoleh dibagikan dengan rata, sehingga rakyat pun hidup makmur. Namun di balik sisi baik tersebut, sang raja memiliki nafsu berkuasa yang sangat besar. Sudah tiga puluh tahun lamanya Raja Balanipa menjalankan roda pemerintahannya. Selama itu pula dua tidak pernah mau turun dari tahtanya. Bahkan, ia menolak mewariskan jabatan raja kepada anak laki-lakinya. Padahal dia punya dua anak laki-laki. Bukan, Raja Balanipa memerintahkan patihnya untuk membuang kedua buah hatinya tersebut ke negeri seberang. Sebab dia cemas, kalau saja sang anak belakangan merebut kekuasaannya. Peristiwa itu membuat permaisuri takut bila hamil lagi. Namun apa hendak dikata, beberapa bulan s...
DAHULU kala Kerajaan Balanipa, Mandar, Sulawesi Barat tengah dilanda petaka. Kerajaan ini diserang oleh Kerajaan Gowa dengan jumlah pasukan yang besar. Sementara Balanipa hanya memiliki sedikit pasukan. Kala itu Balanipa hanyalah kerajaan kecil yang selama ini hidup dengan damai. Raja (Mara’dia) Balanipa lantas memutuskan melakukan sayembara agar para pemuda bersedia menjadi prajurit. Kelak jika menang, mereka akan mendapatkan hadiah. Pengumuman segera disebarkan ke seluruh pelosok negeri. Membuat semua pemuda tertarik untuk ikut ambil bagian. Termasuk di kalangan pemuda di suatu kampung, di lereng gunung. Di sana tinggal seorang laki-laki setengah baya yang cacat kakinya bernama I Karake’lette, yang dalam bahasa Mandar artinya si kaki rusak. Dia juga ingin mengikuti sayembara. Para pemuda di sekitarnya lantas tertawa mengejek karena tidak mungkin lelaki tua yang cacat mengikuti sayembara. Para peserta sayembara adalah pemuda yang juga to barani (sebutan bagi pemberani di Mandar...
Polewali Mandar, Sulbarkita.com--Nama bahasa ini sekilas terdengar menarik: koneq-koneqe. Walau banyak dipakai warga di sekitar Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar, sejatinya bahasa ini bukan asli Mandar. Melainkan, dipengaruhi oleh Suku Bugis yang banyak tinggal di wilayah itu, dan ini berkaitan dengan sejarah panjang masa lalu di masa Kerajaan. Seperti apa kisahnya? Ahli sejarah Mandar, Darmawan Mas’ud, seperti dikutip dari kompadansamandar.or.id menjelaskan, dulunya ada kampung bernama Cempalagi, yang kebanyakan penduduknya adalah orang Bugis. Cempalagi adalah nama gunung di pesisir teluk Bone, Sulawesi Selatan. Tepatnya di Desa Mallari, Kecamatan Awangpone, sekitar 14 km. Suatu hari, terjadi perebutan kekuasaan antara kakak-beradik yang mengincar tahta raja. Sang kakak yang dikenal tinggi hati, konon tak terima karena warga cenderung mendukung si adik yang dikenal baik hatinya. Ia bahkan berniat membunuh adik kandungnya sendiri. Tensi menegang, hingga akhirnya s...
Ritual adat Tumpe di Luwuk, Sulawesi Tengah, punya banyak cerita untuk dibagikan. Salah satunya kisah bernuansa mistis terjadinya Ritual Tumpe. Tumpe yang artinya adalah telur pertama merupakan ritual tahunan bagi masyarakat Batui dan Banggai. detikTravel mendapat kesempatan untuk melihat langsung acara ritual Tumpe atas undangan Donggi-Senoro LNG, Jumat (2/12/2016) lalu. detikTravel pun berkunjung ke salah satu tetua adat yang disebut Monsuhangi Kabasaran atau Penjaga Kantir untuk mendapatkan cerita latar belakang terjadinya ritual adat Tumpe. Latar belakang ritual ini ternyata bernuansa mistis. Dimulai dari perjalanan Adisoko dari tanah Jawa ke Sulawesi Tengah, menjadikannya raja pertama di Banggai. Sebutannya adalah Mumbu Doi Jawa yang artinya Tuan dari Jawa. Adisoko pun menikah dengan perempuan gaib yang memberikannya anak ajaib yaitu Abu Kasim. Saat Abu Kasim di dalam kandungan, Adisoko memutuskan untuk kembali ke tanah Jawa. Selama 10 tahun, rakyat Banggai hidup tanpa ad...