×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Sulawesi Barat

Si Cantik Samba Pari dari Tanah Mandar

Tanggal 20 Jan 2021 oleh Sri sumarni. Revisi 2 oleh Sri sumarni pada 20 Jan 2021.

Pada zaman dahulu di pesisir Mandar, berdiri sebuah kerajaan yang kaya raya karena hasil bumi yang melimpah. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang zalim dan sewenang-wenang. Sehingga kekayaan alam tersebut hanya melimpah kepadanya serta kerabat sang raja. Sementara masyarakatnya makin hari semakin terpuruk karena hidup miskin. Mereka tak bisa menikmati hasil buminya lantaran didera pajak yang tinggi oleh sang raja.

Kebengisan sang raja semakin lengkap sebab dia juga dikenal suka mengambil paksa perempuan muda untuk dijadikan sebagai permaisuri. Padahal dia telah memiliki tiga belas permaisuri. Akibatnya gadis-gadis lebih banyak mengurung diri di dalam rumah, takut suatu saat diculik oleh sang raja.

Rakyat yang jenuh dengan kezaliman raja berusaha melakukan perlawanan. Namun, semua itu sia-sia. Sang raja dikenal sakti. Ia juga dikelilingi prajurit-prajurit yang tangkas dan langsung berhasil menggulung setiap upaya pemberontakan. Akhirnya banyak masyarakat yang lari menggunakan perahu dari kerajaan tersebut.

Hobi sang raja yang zalim itu adalah berburu. Pada setiap waktu senggangnya, raja berburu diiringi beberapa anjing pemburu yang terlatih dan pasukan pengawal.

Suatu malam sang raja bermimpi menemukan bunga yang harum semerbak di hutan beantara. Setelah terbangun sang raja tidak dapat mengingat letak hutan tersebut. Karena penasaran, dia memanggil peramal keesokan harinya.

“Apakah isyarat mimpiku, Paman?” kata sang raja. “Itu artinya Paduka Raja akan mendapatkan permaisuri yang cantik baru di rimba belantara,” kata sang peramal. Sang raja lantas semakin penasaran. Namun si peramal mengingatkan adanya mara bahaya bila mempersunting gadis tersebut. “Ia mengandung tuba yang berguna sebagai senjata yang akan selalu melindungi dirinya.” Mendengar hal tersebut sang raja hanya menjawab, “Ah, bicaramu bertele-tele!” Sejak saat itu sang raja makin rajin berburu.


Nun jauh di tengah hutan, sebuah rumah panggung berdiri di antara semak belukar. Keberadaan rumah tersebut hampir tak terlihat lantaran tertutupi pepohonan yang lebat. Tanaman peria juga menjalari tiang, tangga, dan atap rumah sehingga sekilas seperti pepohonan.

Dua kakak beradik yang telah yatim piatu tinggal di rumah panggung itu. Yang sulung adalah seorang gadis berusia enam belas tahun, namanya Samba. Ia kerap dipanggil Samba Paria. Sedangkan si adik adalah seorang laki-laki berusia sepuluh tahun.

Mereka terkucilkan dari peradaban karena orang tuanya adalah salah satu warga yang pernah berusaha melawan sang raja yang zalim tersebut. Namun kedua orang tuanya itu terbunuh oleh prajurit sang raja. Harta mereka pun habis dirampas.

Suatu siang Samba Paria bersama adiknya sedang asyik menyantap makanan yang terbuat dari ubi talas di rumah panggungnya. Namun sang adik tak sengaja menjatuhkan ubi talas tersebut di sela-sela lantai rumah panggungnya. Hingga akhirnya terjatuh ke tanah.

Rupanya ubi talas itu ditemukan oleh anjing pemburu sang raja zalim. Kebetulan rombongan raja sedang berburu di hutan itu. Anjing tersebut kemudian membawa ubi tersebut ke raja. Sehingga memerintahkan prajuritnya untuk mencari asal ubi talas tersebut.

Dengan dituntun anjing, rombongan sang raja akhirnya menemukan rumah Samba Paria. Saat tuan rumah membuka pintu, betapa kagetnya sang raja melihat wajah Samba Paria yang cantik jelita. Ia langsung menaruh hati kepadanya. “Jangan-jangan gadis ini yang dibilang sang peramal sebagai calon permaisuriku?” gumam sang raja di dalam hati. “Apa pun caranya, aku harus mendapatkannya!” katanya berbisik sambil memikirkan siasat untuk menculik sang gadis.

Sementara Samba Paria gugup lantaran berhadapan dengan sang raja. Apalagi dia tak punya apapun yang bakal dihidangkan. Bahkan air pun baru saja habis. Tanpa pikir panjang dia lantas menyuruh sang adik untuk mengambil air di sungai. Akal bulus sang raja zalim pun muncul, dengan cekatan dia melubangi tempayan yang bakal digunakan si adik menampung air. Sehingga mendapat kesempatan lebih banyak untuk menculik Samba.

Setelah sang adik pergi, sang raja langsung menjalankan aksinya. “Ampun, Paduka! Jangan bawa hamba! Kasihan adik hamba sendiri di sini,” kata Samba Paria mengiba. “Ah, biar saja dia dimakan binatang buas di sini!” jawab sang raja dengan culas.

Samba Paria adalah gadis yang cerdas, ia pun mengajukan permintaan kepada sang raja untuk membawa beberapa helai daun peria. “Hamba sangat suka makan sayur daun peria,” kata Samba. Raja pun memenuhi permintaan tersebut. Namun, diam-diam, Samba menjatuhkan helai demi helai daun paria tersebut di perjalanan menuju ke Istana. Hingga menimbulkan jejak yang nantinya bisa diikuti sang adik.

Benar saja, sang adik yang tidak menemukan Samba di rumah langsung ke istana dengan modal helai daun pare tersebut. Ia pun menemui sang raja dan memohon dipertemukan dengan Samba. Namun sang raja menolak dan memilih meyekap Samba di kamar istana.

Dengan kecewa si adik pun berpamitan untuk pulang. Namun dia menitipkan sebatang pohon kelor untuk di tanam di halaman Istana. “Bilang ke Samba, jika batang kelor ini layu berarti saya sedang sakit keras. Jika mati, berarti saya juga sudah mati,” katanya lalu bergegas pergi.

Walaupun tanah di halaman istana subur, pohon kelor yang ditanam adik Samba semakin hari semakin layu. Samba yang melihat hal itu menduga sang adik menderita sakit. Ia segera mencari cara agar bisa melarikan diri untuk menemui sang adik.

Kesempatan tersebut datang setelah sang raja pergi berburu. Saat mandi bersama dayang-dayang di sungai yang tidak jauh dari istana, ia menjatuhkan cincin pemberian sang raja ke dalam air. Samba akhirnya berhasil kabur saat para dayang-dayang sibuk mencari cincin tersebut.

Sesampai di rumahnya, benar saja Samba Paria mendapati adiknya tergolek lemas. “Adik kira setelah jadi permaisuri raja, Kakak melupakanku,” kata si Adik terbata-bata. “Jangan pernah berpikir begitu, Adikku,” kata Samba Paria sambil memeluk adiknya penuh sayang. “Saya tidak sudi jadi permaisurinya!”

Akhirnya, sang adik pun perlahan-lahan pulih. Namun kebahagiaan tak sepenuhnya dirasakan Samba, sebab dia yakin sang raja yang zalim bakal menyusulnya. Ia pun berpikir keras mencari cara melawan sang raja. Samba lalu ke dapur mengumpulkan biji cabai rawit, merica, dan daun kelor sebanyak-banyaknya. Lalu dicampur dengan air dan abu dapur. Racikan tersebut lantas di simpan di ruang tamu.

Beberapa hari kemudian, sang raja yang bengis itu benar-benar datang mencari Samba. Tanpa banyak bicara, dia langsung mendobrak pintu rumah. Samba yang sudah bersiap di dalam rumah langsung menyiram sang raja dengan racikan cabainya tersebut. Racikan itu tepat mengenai mata sang raja.

Raja pun langsung menjerit menahan rasa perih sambil mengusap-usap kedua matanya. Tanpa disadari tiba-tiba kakinya terpeleset dan akhirnya dia jatuh terjungkal ke tanah. Raja yang zalim itu pun tewas seketika karena tulang lehernya patah terpental batu besar yang berada di bawah tangga rumah Samba Paria.

Kabar kematian sang raja yang zalim itu dengan cepat menyebar ke seluruh negeri. Hampir semua orang mengelu-elukan Samba sebagai pahlawan yang membebaskan mereka dari raja yang zalim. Mereka juga kagum lantaran akhirnya ada yang berhasil membunuh sang raja setelah banyak jawara yang tewas lantaran gagal membunuhnya.

Sehingga akhirnya muncul keinginan masyarakat untuk mengangkat Samba Paria menjadi ratu, menggantikan posisi si raja zalim. Namun Samba ternyata tidak tertarik memimpin kerajaan. “Gemerlap istana tidak akan pernah menyilaukan hatiku. Aku hanya ingin hidup damai bersama adikku di rumah warisan orang tua kami.” Sumber : http://sulbarkita.com/cerita_rakyat_si_cantik_samba_paria_dari_tanah_mandar_berita1037.html

DISKUSI


TERBARU


Ogoh-Ogoh, Dari...

Oleh Dodik0707 | 28 Feb 2024.
tradisi

Ogoh-Ogoh, Dari Filosofi Hingga Eksistensinya Malang - Jelang Hari Raya Nyepi, warga Dusun Jengglong, Desa Sukodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Mal...

Na Nialhotan (D...

Oleh Batakologi | 06 Feb 2024.
Makanan

Dali Nihorbo atau di Pulau Samosir disebut dengan Na Nialhotan. Dibuat dari susu kerbau yang dimasak dengan garam dan bahan pengental. Ada 3 pilihan...

Pulurpulur

Oleh Batakologi | 06 Feb 2024.
Makanan

Pulurpulur Resep khas Simalungun yang bentuknya seperti bola dan disiram saus. Isinya terbuat dari cincang jantung pisang, daun bawang, bawang Batak,...

Itak Sipitu Bar...

Oleh Batakologi | 06 Feb 2024.
Makanan

Menurut Narasumber kami, Ibu Hotni br. Simbolon pada acara MERAYAKAN GASTRONOMI INDONESIA di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, tanggal 03 Februari 2024,...

Dengke Na Nisor...

Oleh Batakologi | 06 Feb 2024.
Makanan

Dari sumber yang kami dapat melalui Abang Sepwan Sinaga sebagai Pegiat Budaya Batak Toba, Dengke Na Nisorbuk memiliki citarasa yang dominan pedas. Du...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...