|
|
|
|
Burung Maleo, Anak Ajaib dan Kisah Mistis dari Ritual Tumpe Tanggal 20 Jan 2021 oleh Sri sumarni. |
Ritual adat Tumpe di Luwuk, Sulawesi Tengah, punya banyak cerita untuk dibagikan. Salah satunya kisah bernuansa mistis terjadinya Ritual Tumpe.
Tumpe yang artinya adalah telur pertama merupakan ritual tahunan bagi masyarakat Batui dan Banggai. detikTravel mendapat kesempatan untuk melihat langsung acara ritual Tumpe atas undangan Donggi-Senoro LNG, Jumat (2/12/2016) lalu.
detikTravel pun berkunjung ke salah satu tetua adat yang disebut Monsuhangi Kabasaran atau Penjaga Kantir untuk mendapatkan cerita latar belakang terjadinya ritual adat Tumpe. Latar belakang ritual ini ternyata bernuansa mistis.
Dimulai dari perjalanan Adisoko dari tanah Jawa ke Sulawesi Tengah, menjadikannya raja pertama di Banggai. Sebutannya adalah Mumbu Doi Jawa yang artinya Tuan dari Jawa. Adisoko pun menikah dengan perempuan gaib yang memberikannya anak ajaib yaitu Abu Kasim.
Saat Abu Kasim di dalam kandungan, Adisoko memutuskan untuk kembali ke tanah Jawa. Selama 10 tahun, rakyat Banggai hidup tanpa adanya kepala pemerintahan. Sehingga masyarakat menjadi resah dan menginginkan sosok pemimpin untuk Keraton Banggai.
Pada saat itu muncul lah seorang nenek ajaib yang mengatakan kepada masyarakat bahwa mereka bisa mendapatkan kembali raja mereka dengan cara menangkap seorang anak ajaib yang memiliki tali gasing dari emas. Anak itu adalah Abu Kasim.
"Mereka diminta untuk mencari seorang anak dengan tali gasing emas dan tidak pernah kalah dalam permainan gasing. Itu adalah Abu kasim "kata samawsia yahta monsuhangi kasabaran atau penjanga kantir
Ditangkap di tengah hutan, Abu Kasim diminta untuk menjemput kembali Adisoko ke tanah Jawa. Abu kasim pun memiliki syarat dalam penjemputan itu, ia meminta 40 anak bayi laki-laki beserta gendongan kayunya untuk menemaninya berlayar menjemput Adisoko.
Sesampainya di kawasan bernama Kibit, tiba-tiba sebuah kilat menyambar dari langit. Dengan kekuatan ajaib Abu Kasim dan kilat tersebut anak-anak bayi yang berada di dalam kapal berubah menjadi pemuda.
Abu Kasim akhirnya tiba di tanah Jawa menemui ayahnya. Ketika itu Adisoko sudah tidak ingin kembali ke Banggai. Namun Abu Kasim merasa belum sanggup untuk memerintah rakyat Banggai.
Akhirnya Abu Kasim diminta untuk menjemput kakak tirinya yang bernama Mandapar di Ternate. Bersamaan dengan itu, Adisoko menyerahkan sepasang burung maleo miliknya kepada Abu Kasim
Setelah itu Mandapar akhirnya memerintah di Keraton Banggai bersama Abu Kasim. Lama berselang burung maleo pemberian Adisoko tidak menghasilkan telur karena di Banggai tidak ada pasir.
Burung maleo akhirnya dikirim ke Batui supaya bisa bertelur. Namun dengan satu syarat, telur pertamanya harus diberikan kepadanya di Keraton Banggai. Setelah itu baru masyarakat Batui boleh menikmati telurnya.
"Perintah inilah yang jadi amanah ritual Tumpe sampai saat ini," ungkap Samawia.
Inilah latar belakang terjadinya ritual ada tumpe di Banggai. Masyarakat Batui sangat menjaga ritual ini selama ratusan tahun
"Ritual ini tidak boleh diadakan terlambat atau tidak dilaksanakan. Nanti masyarakat akan kena bala atau suatu musibah," jelas Samawia.
Bagi traveler yang ingin ikut serta mengambil gambar atau video dari ritual ini juga harus memberikan sesajen berupa kemenyan. Jika terlambat atau tidak memberikan sesajen, diyakini gambar yang diambil akan hilang atau traveler sendiri yang akan terkena musibah
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |