×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Sulawesi Barat

Kisah di balik bahasa koneq-koneqe, pengaruh Bugis di tanah mandar

Tanggal 20 Jan 2021 oleh Sri sumarni.

Polewali Mandar, Sulbarkita.com--Nama bahasa ini sekilas terdengar menarik: koneq-koneqe. Walau banyak dipakai warga di sekitar Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar, sejatinya bahasa ini bukan asli Mandar. Melainkan, dipengaruhi oleh Suku Bugis yang banyak tinggal di wilayah itu, dan ini berkaitan dengan sejarah panjang masa lalu di masa Kerajaan. Seperti apa kisahnya?

Ahli sejarah Mandar, Darmawan Mas’ud, seperti dikutip dari kompadansamandar.or.id menjelaskan, dulunya ada kampung bernama Cempalagi, yang kebanyakan penduduknya adalah orang Bugis. Cempalagi adalah nama gunung di pesisir teluk Bone, Sulawesi Selatan. Tepatnya di Desa Mallari, Kecamatan Awangpone, sekitar 14 km.

Suatu hari, terjadi perebutan kekuasaan antara kakak-beradik yang mengincar tahta raja. Sang kakak yang dikenal tinggi hati, konon tak terima karena warga cenderung mendukung si adik yang dikenal baik hatinya. Ia bahkan berniat membunuh adik kandungnya sendiri.

Tensi menegang, hingga akhirnya si adik memilih membelot. Dia kabur dari Cempalagi, menuju kawasan perbatasan Kerajaan Tie-tie yang ketika itu dibatasi Jembatan Mapili. Si adik berkeyakinan, kakaknya yang sedang kalap tak akan berani masuk ke wilayah kerajaan lain.

Betul dugaannya. Di sana, si adik dan pengikutnya disambut baik oleh Raja Tie-tie. Bahkan Raja Tie-tie kemudian memberikan sebidang tanahnya untuk sang tamu, yang kemudian didiami putra mahkota Cempalagi. Wilayah itu kemudian dinamai Tomadio, sebelum diubah menjadi Campalagian. Adapun secara harfiah, Tomadio berarti “orang yang sejak dulu menetap dan beranak-pinak” di negara itu. Sebutan itu sendiri diberikan oleh mara’dia Tie-tie.

Pada waktu itu, Raja Tie-tie memberi syarat pada tamunya, untuk patuh pada mereka dan tidak diam-diam menghimpun kekuatan perang. Sang adik setuju dan akhirnya mereka ppun tinggal di wilayah itu. Saat ini, sayangnya, tak begitu banyak orang yang paham dan fasih bicara bahasa koneq-koneqe. Di antara sedikit penutur bahasa itu, ada yang tinggal di Desa Bonde (kampung Masigi), Desa Parappeq atau Banua Baru, Desa Passairang, Desa Katumbangan Lemo, Desa Buku, dan Desa Panyampa.

Walau ada di tanah Mandar, tapi karakteristik bahasa koneq-koneqe cenderung berbeda jauh dari bahasa Mandar. Penelitian sendiri menyebut bahwa koneq-koneqe adalah dialek ketujuh bahasa Bugis yang merupakan produk asimilasi dengan warga lokal alias Mandar. Menimbang sejarah panjang itu, tak mengherankan kiranya kalau warga Campalagian punya bahasa sendiri yang berbeda dengan tutur dan lisan di Mandar.

Muhammad Rahmat, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Bahasa Koneq-Koneq’e Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia pada Masyarakat Bonde Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar” menyatakan, bahasa koneq-koneqe masih hidup dan lestari di kalangan warga Bonde. Walau, menariknya, telah terjadi sedikit peleburan di kalangan anak muda setempat.

Menurut Rahmat, anak muda di sana mulai memadukan bahasa tutur koneq-koneqe yang mereka pelajari dari orang tuanya, dengan bahasa Indonesia. Sehingga ketika berkomunikasi dengan kawan sebaya, mereka menggunakan bahasa campuran, Indonesia dan lokal. Ada kalanya yang dominan adalah bahasa Indonesianya, tapi kadang koneq-koneqenya yang muncul lebih kental.

Sumber : http://sulbarkita.com/kisah_di_balik_bahasa_koneqkoneqe_pengaruh_bugis_di_tanah_mandar_berita1058.html

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...