Di sebelah Selatan pulau Kei Besar pada pesisir bagian Timurnya terletak sebuah negeri/desa yang bernama "UWAT." Pada bagian Utara negeri/desa itu dekat pesisir pantai terdapat tiga buah patung yang tingginya kira-kira 50 cm. Ketiga patung itu merupakan lembang dari tiga orang bersaudara yang pernah hidup di sana. Ketiga orang bersaudara itu, yang sulung bernama ‘Sades’, yang kedua/tengah bernama ’Barnav’ dan yang ketiga bernama 'Far-Far.' Ketiga lelaki bersaudara ini masih memiliki seorang adik perempuan yang bernama "Bokel." Keempat saudara bersaudara ini hidup dalam satu suasana kekeluargaan yang rukun, aman, damai serta seia-sekata, pendek kata mereka menghadapi semua persoalan hidupnya sesuai dengan kata pepatah "berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing." Itulah sebabnya untuk menghadapi segala persoalan hidup mereka sehari-hari mengadakan pembagian tugas sebagai berikut : Sades sebagai kakak yang sulung tiap hari bertugas untuk membu...
Maluku Tenggara umumnya serta Kepulauan Tanimbar khususnya masih tetap berpegang teguh pada adat istiadat mereka termasuk di dalamnya pembagian kelas di dalam masyarakat atau pembagian kasta. Sekali peristiwa ada seorang ibu keturunan bangsawan (Mela) yang mempunyai kedudukan besar di bagian Barat pulau Yamdena bertolak menuju ke arah Timur yaitu ke arah matahari terbit bersama-sama dengan seorang hamba perempuannya. Kedua perempuan itu bertolak dari tempat kediaman mereka dengan hanya berpedomankan arah dari mana matahari mulai terbit, tanpa memperdulikan hutan rimba yang demikian padatnya yang harus mereka lalui. Namun tidak beberapa lama kemudian kedua mereka berjalan tibalah mereka di tepi sebuah sungai yang bernama "Keus Barwey", dan berhentilah mereka berdua beberapa waktu di tepi sungai itu untuk melepaskan lelah mereka di sana. Setelah ibu dan budak tadi selesai melepaskan lelah mereka di tepi sungai Keus Barwey tadi, maka mereka berdua pun bergerak meninggalk...
Negeri atau desa Suli terletak di tepi pantai teluk Baguala yang terdapat di pulau Ambon. Negeri ini tidak begitu besar, namun sangat terkenal keindahan alam ditepi pantai negeri tersebut. Pantai Natsepa adalah satu tempat pemandangan di tepi laut yang sangat indah dengan pasir putihnya yang halus sangat ramai di kunjungi oleh orang terutama pada hari minggu dan hari-hari libur lainnya. Bilamana kita datang ke pantai itu pada hari Minggu, di sana sudah banyak sekali orang, ada yang mandi-mandi, ada sebagian yang duduk saja sambil berceritera ada pula yang bermain bola di tepi pantai dan sebagainya. Pantai yang indah itu menjadi sasaran banyak oarang yang ingin melepaskan lelahnya di hari lihur dan itulah pantai "petuanan" (wilayah) negeri Suli. Di lain pihak bila kita mempelajari dengan seksama akan sejarah negeri-negeri khususnya di daerah Kabupaten Maluku Tengah, akan jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya negeri-negeri yang ada sekarang adalah negeri yang baru. Negeri tua...
Secara administratip pemerintahan pulau ini dibagi menjadi dua kecamatan yakni Kecamatan Buru Utara dengan Ibu kotan Namlea dan Kecamatan Buru Selatan dengan ibu kota Leksula. Sebelum lahir kota Leksula sebagai pelabuhan dan ibu kota dari 54 desa dalam Kecamatan Buru Selatan ini, maka desa Tifu dipilih oleh penjajah Belanda sebagai pelabuhan dan ibu kota Onderafdeling. Tempat ini dipilih oleh Belanda justru karena letaknya sangat terlindung dalam sebuah teluk kecik yang indah dan tenang. Namun pada satu saat timbullah pikiran bahwa latar belakang kedudukan Tifu tidak begitu baik karena terletak dalam sebuah teluk yang indah yang mengambil bentuk seperti kolam sehingga menutupi pemandangan laut lepas yang indah. Akibatnya kota ini dialihkan ke sebuah dusun kecil dan kemudian dinamakan Leksuka yang hingga kini berperan sebagai kota dan kota pelabuhan Kecamatan Buru Selatan. Walaupun kota/desa Tifu telah dilupakan oleh beberapa generasi sebagai ibu kota dan kota pelabuhan yang...
Seekor burung bangau sedang terbang kesana kemari, dengan maksud untuk mencari tempat tinggal sahabatnya, seekor kera. Setelah beberapa lama ia terbang, pada suatu tempat, dijumpainya kera duduk-duduk dengan asyiknya. Seolah-olah tak ada suatu masalah yang menimpa dirinya. Begitu asyiknya ia memendang alam sekitar, sehingga tidak disadarinya bangau sudah berada di dekatnya. "Hai, sahabataku kera," tegur di dekatnya. "O, kamu bangau! Kapan kau datang dan apa keperluanmu, sehingga kau datang ke tempat ini?" "O, kera. Rupanya kau belum mengetahui, bahwa pada saat sekarang inilah paling tepat waktunya untuk kita berangkat ke suatu tempat. Suatu telaga yang sekarang ini sudah bukan main banyak isinya. Ataukah kamu tidak memerlukan makan enak lagi? Justru kamu ku anggap sebagai sahabat karibku, sehingga aku perlu datang kemari untuk menjemputmu terlebih dahulu." "Terima kasih sahabatku. Sekarang katakanlah dimana tempat telaga itu? Tidakkah terlalu jauh dari sini?" "O, tid...
Nah, sekarang saya akan bercerita, dengarkan semua ya. Menceritakan cerita tentang buaya. Diceritakan di Song Gigi terdapat seekor Raja buaya yang bernama Yaja Sengara, mempunyai permaisuri brnama I Ratna si Anti. Diceritakan bahwa I Sri Anti Jaya Sengara mempunyai seekor putri yang sangat cantik bernama Dyah Song Gigi. Karena sudah lama dewasa, demikian diceritakan, ia dilamar oleh raja buaya dari Akar-akar yang bernama Demung Akar-akar. Karena yang melamar sudah tepat, maka lamaran diterima, Ni Dyah Song Gigi diserahkan kepada Demung Akar-akar. Tetapi masih harus menanti hari baik untuk mengambilnya. Sedang hari baik itu masih lama. Itulah sebabnya pernikahan belum dilaksanakan. Nah, biarkan dulu cerita itu. Diceritakan keadaan di Dodokan, dengan rajanya yang bernama I Demung Dodokan. Dialah yang menguasai seluruh buaya sampai ke Menanga Kelikit, Cemara tebel. Celuk Waru. Semua dikuasai oleh Demung Dodokan. Pada suatu malam. I Demung Dodokan tidur. kemudian bermimpi. Ia me...
Adalah sebuah cerita, murah berharga satu, mahal berharga dua. Yang diberitakan adalah tentang sepasang burung tuhu-tuhu.Mereka tinggal pada sebatang pohon yang tinggi dan rimbun ditepi sebuah hutan. Nasibnya selalu sial. Setiap si isteri bertelur, telurnya tak pernah selamat. Ada saja yang memakannya. Kadang-kadang sarangnya diobrak-abrik oleh pengacau. Kalau tidak oleh manusia, ular yang memakan telurnya. Oleh karena tahu, bahwa mereka tak mampu melawan manusia ataupun ular, maka ditinggalkannya telurnya di saat musuh mengorbrak-abrik sarangnya akan mancari telur. Sedih benar hatinya melihat telurnya diambil oleh manusia atau dimakan oleh ular. Tetapi apa hendak dikata. Nasib mereka memang sial diciptakan menjadi burung. Ingat pada diri sendiri, maka tak ada lain yang dijalankan selain dari menjalankan Dharma. Karena sudah sempurna benar dalam menjalankan Dharma, akhirnya mereka dianugerahi kemampuan yang disebut dibyacaksu. Mereka tahu apa yang sudah lewat, sekarang ...
Adalah sebuah cerita. Cerita ini bernama Tipuq- ipuq. Yang bernama Tipuq- Ipuq itu adalah seorang anak kecil. Anak ini dilahirkan oleh keluarga yang sangat miskin. Pekerjaan orang tuanya hanyalah pergi ke hutan. Diceritakan sebelum anak ini dilahirkan orang tuanya sengsara. Kadang-kadang dapat makan, kadang-kadang tidak. Sdih kita menyaksikan kisah orang tuanya itu. Ayahnya setiap hari pergi ke hutan mencari kayu. Kalau berhasil menual kayu, barulah ia dapat makan. Bila si ayah tidak pergi dan tidak menjual kayu keluarga itu tidak dapat makan. Nah, pada suatu ketika keluarga itu dikaruniai oleh Tuhan. Si ibu hamil. Setelah hamil, kian lama masa hamail cukup sembilan bulan, lahirlah anak itu. Setelah lahir, lama kelamaan besarlah ia. Ketika si anak sudah bisa duduk, belum juga diberi nama karena memang demikian tradisi lama. Pada zaman itu anak-anak sampai dewasa masih saja dipanggil dengan sebutan nuna. Diceritakan, setelah anak itu bisa duduk, ke dapur saja perginya, senang sek...
Ada sebuah cerita. Tegodek-Godek dan Tetuntel-Tuntel. Mereka bersahabat. Tetuntel- Tuntel bertempat tinggal di tepi sungai. Maklulmlah katak. Seekor katak. Dan Tegodek-Godek bertempat tinggal diatas sungai itu. Tempat tinggalnya di tepi hutan. Persahabatan mereka, antara Tegodek-godek dangan Tetuntel-Tuntel, baik sekali. Baik sekali jalan persahabatan mereka. Ada makanan sedikit, sama-sama sedikit. Banyak sama -sama banyak. Pada suatu hari turunlah hujan lebat. Oleh masyarakat Sasak dinamai belabur dasa. Na, jadi cerita tentang belabur dasa itu, hujan tak henti-hentinya. Hujan lebat benar. Datanglah banjir besar. Na, bertemu dengan banjir besar Tetuntel-Tuntel sangat senang, karena menjumpai hujan. Tegodek-Godek susah sekali. Nah, berundinglah kedua sahabat itu, Tegodek-Godek dengan Tetuntel- Tuntel. "Kalau demikian Tegodek- Godek, bagaiman cara kita sekarang?" "O, sekarang begini Tetuntel- Tuntel. Karena sekarang musim hujan marilah kita pergi mencari pohon pisang. Kita...