|
|
|
|
Tebang Bango Dait Tegodek-Godek Tanggal 27 Dec 2018 oleh Admin Budaya . |
Seekor burung bangau sedang terbang kesana kemari, dengan maksud untuk mencari tempat tinggal sahabatnya, seekor kera. Setelah beberapa lama ia terbang, pada suatu tempat, dijumpainya kera duduk-duduk dengan asyiknya. Seolah-olah tak ada suatu masalah yang menimpa dirinya. Begitu asyiknya ia memendang alam sekitar, sehingga tidak disadarinya bangau sudah berada di dekatnya.
"Hai, sahabataku kera," tegur di dekatnya. "O, kamu bangau! Kapan kau datang dan apa keperluanmu, sehingga kau datang ke tempat ini?"
"O, kera. Rupanya kau belum mengetahui, bahwa pada saat sekarang inilah paling tepat waktunya untuk kita berangkat ke suatu tempat. Suatu telaga yang sekarang ini sudah bukan main banyak isinya. Ataukah kamu tidak memerlukan makan enak lagi? Justru kamu ku anggap sebagai sahabat karibku, sehingga aku perlu datang kemari untuk menjemputmu terlebih dahulu."
"Terima kasih sahabatku. Sekarang katakanlah dimana tempat telaga itu? Tidakkah terlalu jauh dari sini?"
"O, tidak. Tidak seberapa jauh dari sini. Mari kita berangkat segera. Aku sudah tak tahan lagi menahan keinginanku untuk makan ikan yang segar. Lagi pula sudah lama juga akau tidak tidak pernah berpesta pora dengan segala macam jenis ikan."
"Baik," kata kera. "Mari kita berangkat sekarang juga. Aku pun sangat berhasrat akan ikan-ikan yang masih segar itu." Setelah mufakat, maka keduanya pun berangkat ke tempat yang dimaksudkan oleh sang bangau.
Tak berapa lama antaranya, sampailah mereka di tepi sebuah telaga yang lumayan juga luasnya. Keduanya berdiri ditepi telaga itu, sambil memperhatikan betapa banyak isi telaga itu.
Benar juga seperti yang diceritakan oleh sang bangau. Di dalam telaga itu penuh dengan segala macam ikan. Banyak ikan yang besar-besar dan tak terbilang pula banyaknya ikan yang kecil-kecil.
"Bagaimana kita sekarang?" kata bangau. Air telaga ini cukup banyak dan telaga ini pun dapat dikatakan luas juga. Kalau kita keringkan dengan begitu saja, saya kira tiga atau empat hari belum tentu bisa kering. Bagaimana pendapatmu kera?"
"Ah, gampang," kata kera. "Begini caranya, Pertama-tama kita bagi dulu telaga ini menjadi dua bahagian. Kita sekat dengan pematang yang kuta. Sudah itu, yang kita keringkan, hanya sebahagian saja. Saya pikir, dalam waktu yang tidak lama, sebagian dari telaga ini pasti kering. Bagaimana?"
"Tepat sekali, " kata bangau sambil tersenyum kegirangan. "Suatu akal yang bagus dan pasti membawa sukses. Mari kita mulai bekerja, supaya kita cepat....kata bangau.
Setelah pematangnya siap dikerjakan, maka mulailah bangau dan kera bersiap-siap untuk mengeringkan separuh dari telaga itu. Sang bangau yang lebih dahulu bekerja. Sayapnya direntangkan lebar-lebar. Sekarang mulailah ia.
"Grwak,.....grwak..... grwak....suara air yang pindah dari dari tempat yang satu ketempat yang lain. Setelah beberapa lama bangau bekerja, terasa badannya sudah mulai penat.Katanya.
"Ayo, kera! Sekarang giliranmu. Ayo, ganti aku." "Baik," kata kera, seraya ia turun untuk melanjutkan pekerjaan si bangau.
"Cekoceh, cekoceh, cekoceh.....cekoceh....cekoceh...."Oh, tidak seberapa air yang dapat dipindahkan oleh tangan si kera yang besarnya lebih kecil dari sendok teh. Namun demikian, sang kera bekerja dengan giatnya. Tak seberapa lama, kera pun minta diganti. Katanya.
"Hai bangau, serasa akan putus pinggangku sudah. Tak tahan aku lebih lama lagi. Ayo, ganti aku...."
Sang bangau kembali lagi bekerja dengan giatnya. Dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, sudah mulai kelihatan hasil pekerjaannya.
Ia terus bekerja dengan giatnya. "Grwak....grwak,.....grwak,"
Tak lama kemudian, keringlah sebahagian dari telaga itu. Isinya sudah mulai tampak dengan jelas. Bukan main banyaknya. Tak ada alasan untuk tidak bergirang hati melihat hal yang demikian itu. Jerih payah sudah menampakkan hasil. Keduanya lalu memandang isi telaga itu dari atas.
Sekarang apa akal selanjutnya, hai kera? Tadi kita tidak menyiapkan tempat. Bagaimana mungkin kita dapat membawa ikan sebanyak ini?"
"Benar juga katamu itu, hai bangau. Kalau demikian sekarang aku masuk ke hutan kembali untuk mengusahakan sesuatu tempat. Dengan itu nanti kita membawa ikan-ikan ini pulang. Kau menunggu di tempat ini."
Seketika itu juga lari masuk hutan. Setalah payah mencari-cari kesana - kemari, barulah ia mendapatkan barang yang dicarinya. Dengan tangkasnya ia memotong dan mengumpulkannya. Akan halnya bangau yang ditugaskan menunggu ditepi telaga, begitu kera meninggalakan tempat itu, mulai pula ia memakan ikan yang menggelepar-gelepar di dasar telaga itu. Dia makan sepuas-puasnya, sehingga ikan-ikan di dalam telaga itu lama kelamaan habis. Tak seekor yang tinggal. Semua isi telaga itu sudah dipindahkan ke dalam temboloknya. Setelah bersih dan tak seekor pun ikan yang tinggal, maka dirusaknyalah pematang yang dibuatnya tadi.
Ketika itu pula ia mulai berteriak-teriak memanggil sang kera, yang pada waktu itu masih berada di dalam hutan.
"Hai, kera.... hai, kera....,cepat kembali.Lihatlah apa yang terjadi!"
Dengan sangat tergesa-gesa karena terkejut, kera datang menghampiri bangau. Dengan nafas yang masih terputus-putus kera bertanya.
"Apa yang terjadi, hai bangau?"
"Lihatlah sendiri," kata bangau pura-pura terharu.
"Pekerjaan kita tadi, sekarang menjadi sia-sia. Pematang itu rupanya kurang kuat, sehingga jebol. Dan sekarang air sudah kembali mengalir ke tempatnya semula. pa yang harus kita kerjakan untuk selanjutnya? Sanggupkah kita untuk mengulangi kembali pekerjaan kita ini?"
"Wah, tidak mungkin kita mengulang pekerjaan ini. Dengan ini saja seluruh tenagaku sudah hampir habus terkuras. Lebih baik kita pulang saja."
"Aku hanya menurut apa katamu saja," kata bangau. "Baik, mari kita pulang saja. tetapi bagaimana kalau kali ini kita pulang menyusur pantai saja?"
Keduanya lalu pulang melalui pantai. Di tengah perjalanan mereka menjumpai sebuah sampan kecil sedang ditambat.
Tak seorang pun tampak disekitar tempat itu. maka berkatalah bangau.
"Hai kera, bagaimana kalau kita pergi main-main ke tengah launt?'
"Saya sangat gembira mendengar ajakanmu itu, hai sahabat, kata kera. "Saya sudah lama sekali mempunyai keinginan untuk pesiar ke tengah laut."
"Kalau begitu, coba buka dahulu ikatan sampan ini. Sudah itu kamu naik dan kita dapat bersenang-senang ketengah laut."
Dengan dibawa oleh ombak disertai dengan angin yang bertiup sepoi-sepoi, meluncurlah sampan mereka ke tengah laut. Makin lama makin ke tengah juga. Bangau makin senang saja, sedang kera ada merasakan kekuatiran. Tetapi selalu dapat ditutupinya.
"Teruslah sampan,....melaju ke tengah laut," kata bangau. "Kembalillah sampan,.... dan bawalah aku ke tepi," kata kera.
Karena kerasnya angin dan panasnya sinar matahari, bulu sayap bangau yang sudah basah akibat bekerja di telaga tadi, sekarang sudah kering kembali.
Ia merasa sudah dapat terbang kembali dengan leluasa sekarang. Berdasarkan kemampuan ini, ketika itu juga ia terbang meninggalkan kera sendiri di dalam sampan itu. Bangau terbang dan ia meninggalkan tempatnya dengan tidak memberi tahu. Tinggallah kera sendiri sekarang di tengah laut. Betapa kecewanya ia, melihat tingkah laku bangau seperti itu, tak dapat dilukiskan disini.
Oh, bagaimana akan jadinya nasibku sekarang. Memang kurang ajar bangau ini. Sudah berapa kali ia mengibuli diriku. Tetapi aku sabar, suatu waktu akan tiba juga gilirannya, menerima pembalasanku. Tetapi sekarang bagaimana aku dapat ke tepi? Siapa yang dapat menolong aku?"
Barulah kini ia teringat akan seorang sahabatnya lagi, yaitu seekor penyu. Baiklah aku panggil saja dia sekarang. Dan menurut pikiranku, hanya dialah yang dapat membawa aku ke tepi pantai. Maka mulailah ia memanggil.
"Hai sahabatku penyu,.... cepat datang kemari." Ketika itu juga datanglah seekor ikan duyung.
"Hai siapa yang datang ini?" ku Duyung." menjawab iakn duyung itu. "
"O kalau begitu bukan kamu yang ku panggil. Tetapi dapat cepat tinggalkan tempat ini."
Ikan duyung itu segera meninggalkan tempat itu, karena ia tidak mungkin dapat menolong kera.
Kera memanggil lagi. "Hai sahabatku penyu,....cepat datang kemari!" Datang lagi binatangblaut lainnya. Begitu juga, ia segera pergi karena kedatangannya tidak diterima oleh kera.
"Hai sahabatku penyu,.... cepat datang kemari...."Sekarang ikan yu yang datang. Kedebarrrrr..... "Hai siapa yang datang ini?" tanya kera. "Aku ikan Yu." jawab ikan Yu itu.
Lo, mengapa kamu yang datang? Aku tidak pernah memanggil kamu. Dapatkah kamu membawa aku ke pantai? Kalau tidak dapat, segera saja meninggalkan tempat ini."
Ikan Yu itupun berlalu pula dari tempat itu. "Hai sahabatku penyu,.... cepat datang kemari! Aku membutuhkan pertolonganmu,"
"Hai.... hai....jawab penyu. Dan segera ia muncul di dekat sampan sang kera.
Begitu ia melihat bahwa yang datang itu benar-benar penyu, berkatalah kera dengankata-kata yang manis.
Oh, saudaraku ... lama nian kunantikan kedatanganmu. Telah sekian lama kita berpisah dan tak pernah berjumpa. Sekarang... baru aku dapat memandang wajahmu kembali. Memang benar, kau adalah sahabatku sejati. Telah berapa banyak ikan yang telah datang kemari terlebih dahulu, namun tak seekor pun yang dapat membawa aku ke tepi. Rupanya hanya kaulah satu-satunya sahabatku yang paling setia dan kira-kira akan dapat membawa aku ke tepi. Bukankah begitu, hai sahabatku? Rupanya tidak sia-sia akau memandang sahabat padamu semenjak dahulu. Bagaimana, hai sahabatku yang baik. Bersdiakah kamu mengantarkan aku ke tepi sekarang?"
"Kalau hanya itu yang menjadi kesulitanmu, mengapa kamu sampai befgitu bingung? Aku sebagai salah seorang dari sekian sahabatmu, tentu mau mengantarmu ke tepi. Mari kita berangkat dan naiklah ke punggungku."
Kera dengan cekatan sekali, melompat ke atas punggung sang penyu. Bukan main girang hatinya mendapat pertolongan itu. Dan tak lama kemudian, sampailah penyu itu bersama sang kera di pantai.
"Hai, kera," kata sang penyu. "Sekarang kita sudah sampai di pantai. Sampai disini saja aku akan mengantarmu. Aku tak dapat naik ke darat, karena itu sangat melelahkan diriku."
"Aku kira tak baik demikian." kata kera. "Baru saja kita berjumpa, masakan kita terus berpisah. Dan entah kapan lagi kita dapat berjumpa lagi. Aku kira baik kalau kita berbicara barang sebentar, untuk melepaskan rindu."
Tertarik oleh kata-kata kera yang manis itu, maka penyu pun mau naik ke darat dengan dibantu oleh kera. Setelah beberapa lama berbicara di tempat itu, berkatalah kera itu.
"Hai sahabatku penyu, di tempat ini lama-lama kurasakan agak panas juga. Bagaimana kalau kita pindah saja ke bawah pohon ketapang itu? Kukira tempat itu cukup aman dan enak untuk kita beristirahat, setelah kita menempuh perjalanan yang cukup jauh. Supaya kita dapat melanjutkan pembicaraan kita ini."
"Bagaimana mungkin aku akan ke sana. Tempat itu cukup jauh bagiku."
"Jangan kuatir sahabatku. Aku adalah sahabatmu yang siap untuk membantumu. Mari kita kesana."
Dan penyu itu dengan dibantu oleh kera, berpindah tempat ke bawah pohon ketapang di tepi pantai. Setelah mereka sampai di tempat itu, berkatalah kera itu.
"Begini sebenarnya, hai sahabatku. Aku sangat kagum akan kekuatanmu. Itulah sebabnya aku ingin sekali untuk dapat melihat, bagaimana rupa dadamu, yang menyebabkan kau begitu kuat. Barangkali dengan maksduku yang sederhana ini, aku yakin bahwa permintaanku yang satu ini dapat dipenuhi, demi persahabatan yang telah kita bina selama ini. Yakinlah sahabatku, aku tidak ada maksud lain, kecuali hanya ingin melihat dadamu saja. Lebih dari itu tidak ada."
"Permintaanmu yang satu ini pun dapat penuhi, demi persahabatan kita. Ayo sekarang, baiklah aku, biar kamu dapat melihat dadaku yang kuat itu."
Ketika itu juga dibaliklah penyu itu oleh kera. Setelah terbalik, maka penyu itu tidak dapat lagi berkutik. Kini dia sudah dapat ditipu oleh kera, dengan senjata kata-kata manis dan dalih persahabatan.
"Wah pantas," teriak sang kera, begitu penyu sudah terbali.
"Begini hebat rupa dadamu. Tak seorang pun lain dari pada kamu yang mempunyai dada berbentuk seperti ini. Sebenarnya begini hai sahabatku. Telah lama sekali aku ingin memakan daging. Ya daging yang banyak. Dengan lain kata aku ingin berpesta sekali. Bukankah begitu hai sahabatku, bahwa sekali- sekali dalam hidup kita ini, kita perlu bersenang-senang."
"Apa maksudmu sekarang, hai kera?"
"Begini, sahabatku penyu yang paling kuhormati. Sekarang juga aku ingin membunuhmu, terpaksa, karena dagingmu akan kumakan sampai habis."
Dengan sangat terkejut, penyu menjawab, "Dengan beginikah kamu membalas budi baikku, hai sahabatku yang curang. Aku sudah berpayah-payah menolongmu dari tengah laut. Sekarang kamu mau membunuh aku?"
"Betul sahabatku. Aku sangat berterima kasih atas budi baikmu itu. Tetapi sekarang penghargaan saya yang terakhir, supaya kamu rela, kau ikhlaskan dirimu untuk kubunhu. Kan lebih baik aku yang membunuhmu dari pada orang lain."
"Hai kera, memang sekarang aku sudah tak berdaya lagi, untuk menolak permintaanmu. Aku telah kau tipu. Terkutuklah kamu hai kera. Sekarang aku pasrahkan dirku. Terserah kamu. Kamu mau apakan saja aku. Hanya permintaanku yang terakhir, kalau kamu betul-betul berhasrat untuk membunuh aku, bunuhlah dengan cara yang wajar dan aku tidak terlalu lama menanggung sakit."
"Nah, kalau begitu bagus. Kau memang sahabatku yang rela mengorbankan segala galnya. Sekali lagi terima kasih. Dan tentang permintaanmu yang terakhir itu, aku akan penuhi .Pokoknya kamu tidak akan merasa sakit sedikit pun." Lalu sang kera pergi mengambil sebuah batu yang besar. Diangkatnya batu itu tinggi-tinggi, lalu dihempaskannya dengan sekuat tenaganya ke kepala penyu itu. Seketika itu juga, tamatlah riwayat sang penyu. Setelah penyu itu mati terkapar dihadapannya, menjadi bingung pula kini sang kera. Akan diapakannya bangkai sang 8888888888penyu itu. Ia sama sekali tak berpengalaman bagaimana mengolah daging penyu. Lama ia berpikr, teringatlah ia akan sahabatnya seekor rusa , yang sudah terbilang berpengalaman dalam hal mengolah dagong penyu. Kera lalu memanggil sang rusa, "hai.....rusa sahabatku,.... cepat kau datang kemari...."
Datang seekor sapi. "Lo...."kata kera, "kenapa kamu yang datang? Staukah kamu ini rusa yang berbentuk sapi?"
"Tidak" kata sapi. "Kalau begitu pergi cepat dari sini."
"Hai....rusa sahabatku..... cepat kau datang kemari..! Sekarang yang datang seekor babi.
"Sialan benar, yang saya panggil rusa, malah babi yang datang. Mengapa kamu datang kemari? Aku tidak pernah memanggil kamu. Pergi cepat dari sini!"
Maka pergi pulalah babi dengan seketika. "Hai....rusa sahabatku... cepat kamu datang kemari..."
Binatang-binatang yang lain pun datang. Tetapi semuanya disuruh pergi oleh kera. Setelah beberapa kali memanggil, barulah sang rusa datang.
"Nah, sekarang baru kita berjumpa dalam keadaan yang sangat mengasyikkan saudaraku. Lihatlah di hadapan kita terkapar seekor penyu yang besar. Sekarang bersiaplah saudaraku, untuk menghadapi pesta besar ini. Ah, acara yang sangat menyenangkan."
Segera pula sang rusa bekerja memisahkan kulit, isi dan tulang penyunitu. Daging yang diambil, hanyalah daging yang baik-baik saja. Yang kualitet rendah, dibuangnya saja. Daging-daging itu dicincangnya, lalu dibuatnya sate. Setelah siap semuanya, mulailah ia membakar sate itu.
Dikumpulkannya kayu api yang cukup banyak. Semuanya ini dikerjakan oleh rusa sendiri. Kera hanya tinggal menonton saja. Pada waktu rusa sedang membakar sate, begitu masak diambil oleh kera. Tiga yang masak, tiga-tiganyadibawa oleh kera ke atas pohon ketapang. Lama kelamaan habis sudah semua sate itu berada di atas pohon. Kera lalu duduk dengan asyiknya pada dahan pohon ketapang itu, sambil memakan sate penyu.
"Hai kera, mana bagianku. Akupun ingin sekali makan sate." "Ah, sebentar dahulu sahabat. Harap sahabat bersabar dahulu. Karena belum karuan rasanya ini. Sabar dahulu ya?" kata kera sambil makan sate penyu dengan lahapnya.
"Ayo kera, jatuhkan untuk saya barang satu atau dua saja".
"Baiknya sekarang begini saja, hai rusa. Hantam dahuku pohon ketapang ini dengan kepalamu yang kuat itu. Barang kali pohon ini bisa bergoyang. Dengan begitu sudah pasti akan tambah asyik aku di atas pohon ini. Nanti aku jatuhkan kamu sate dua atau tiga."
Rusa memenuhi permintaan sang kera. Ia pergi jauh-jauh mengambil ancang-ancang. Sudah itu ia berlari sekuat tenaganya, dan menabrak pohon ketapang itu.
"Aduh hebat, makin asyik dan enak rasanya," kata kera, "coba sekali lagi." katanya pula.
Rusa memenuhi permintaan sang kera. Ditabraknya pohon itu sehingga bergoyang.
"Memang hebat kau sahabatku," kata kera, "coba sekali lagi."
Kali ini pun rusa memenuhi permintaan sang kera. Tetapi kali ini setelah ia menabrak pohon ketapang itu dengan kerasnya, ia berpura-pura mati.
"Ha, sahabat yang bodoh... benar-benar tolol kau. Sekarang rasakan. Sampai di sini saja, sudah tamat riwayatmu. Berarti tambah rezeki aku hari ini. Habis makan sate penyu, menyusul nanti sate rusa. Ah betapa sedapnya." Sambil berkata demikian, kera turun dari atas pohon. Dihampirinya rusa yang sudah terkapar dan sudah tak bergerak lagi itu. Berkata kera selanjutbya, sambil mengelus-elus calon mangsanya.
"Sebentar lagi aku menjadi orang kaya. Ini tanduknya yang ondah, akan kubuat jadi kaitan baju nanti di rumah. Pasti banyak yang ingin. Akan ku pasang pada dinding. Sudah itu, daun telinganya akan ku buat jadi kipas. Aduh.... asyiknya."
Terus ia pegang ke bawah. Pertama-tama perutnya, sudah itu pahanya, terus ke betisnya. Sampai di pergelangan kakinya. "Ini nanti menjadi ikatan sapu lidi," katanya. Berbarengan dengan itu, rusa menyepak dengan sekuat tenaganya. Dada kera kena, sehingga ia terpelanting kira-kira tiga atau empat meter ke belakang. Kepalanya mengenai sebatang pohon, dan....matilah kera itu ditempat itu juga.
Selesailah sampai di sini cerita "BANGAU DENGAN KERA." Bila terdapat kelebihan atau kekurangan, kami mohon maaf.
sumber:
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |