Kwan Sing Bio di Jalan RE Martadinata, Kabupaten Tuban, mulai bersolek. Klenteng tertua ini siap menyambut datangnya tahun baru Imlek 2566. Bangunan berlantai empat yang ada di bagian belakang merupakan bangunan terbesar yang ada di klenteng ini, dari lantai atas kita dapat melihat sebagian besar area klenteng. Selain dapat melihat keindahan dan kemegahan klenteng, kita juga dapat melihat laut lepas yang ada di sebelah utara. Kelenteng Kwan Sing Bio menganut ajaran Tri Dharma yaitu Budha, Tao dan Konghucu dengan pemujaan pada dewa utamanya yaitu Dewa Kwan Kong. Selaras dengan arti nama Kwan Sing Bio yang berarti kelenteng untuk memuja dan menghormati Dewa Kwan Kong. Kelenteng Kwan Sing Bio ini adalah satu-satunya kelenteng di Indonesia yang menghadap ke laut. Jika di kelenteng-kelenteng lain yang menjadi simbol di pintu masuknya adalah naga, maka simbol di pintu masuk Kelenteng Kwan Sing Bio ini tidak menggunakan simbol...
Dalam Babad, Legenda, Cerita Rakyat maupun sejarah tidak pernah ada yang menyinggung asal usul nama Trenggalek. Cerita Rakyat yang berkembang selama ini hanya mengisahkan Kepahlawan dari Bupati Trenggalek Menaksopal dan Ketampanan Putra Bupati Trenggalek sehingga Suminten anak dari Warok Surogentho sampai tergila-gila. Ada salah satu pendapat yang menjabarkan arti Trenggalek sebagai Terang Ing Galih (Terang di Hati), namun menurut penulis pendapat ini tidak mempunyai sisi Historis apapun dilihat dari sudut pandang Tata Bahasa, Sosiologi maupun Geografi dari wilayah Trenggalek itu sendiri. Selama ini hanya ada satu pedoman untuk menyingkap asal usul nama Trenggalek yaitu makam mantan Bupati/Tokoh yang bernama Setono Galek. Namun tidak ada Catatan atau Cerita darimana Tokoh ini berasal dan mengapa bernama Setono Galek pun orang Trenggalek sendiri sepertinya tidak ada yang tahu arti nama i...
Kabupaten Trenggalek termasuk kabupaten kecil di Jawa Timur yang ha-nya mempunyai sedikit sejarah. Dalam sebuah sumber Sejarah dari sedikit yang ada di Kabupaten Trenggalek disebutkan bahwa sebenarnya sejak jaman Raja Air-langga, sudah ada penduduk atau pedagang – pedagang Islam di Jawa. Namun pe-nyebaran Agama Islam lebih intensif sejak jaman para wali, yang didukung oleh Kerajaan / Kesultanan Demak. Agama Islam yang disebar secara halus dan hati – hati ini nampak jelas pada penyebaran Agama Islam di Trenggalek. Sayangnya, sampai saat ini tidak ada dokumen tertulis yang menyebutkan tentang penyebaran Agama Islam di Trenggalek. Yang sudah ditemukan hanya cerita rakyat yang sa- ngat terkenal di Daerah Trenggalek, yang diceritakan secara lisan dan turun temu-run. Yaitu tentang cerita dari seorang tokoh terkenal di Kabupaten Trenggalek yang bernama Menak Sopal.(-,-:111) Sedangkan untuk menyusu...
Cerita ini berkembang di masyarakat desa Sugihan Kecamatan kampak Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Diceritakan zaman dulu ada seorang sakti yang memiliki peliharaan berupa Gajah. Hewan tersebut sangat sisayangi oleh tuannya. Setiap hari gajah itu dirawat dengan baik dan diberi makan agar tumbuh besar. Dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun gajah itu bertambah besar. Si pemilik tentunya sangat senang melihat gajahnya yang tumbuh besar dan sehat. Suatu hari si pemilik gajah ini pergi untuk mengembara beberapa hari. Gajah peliharaannya lalu dilepaskan dikawasan hutan agar mencari makan sendiri. Si pemilik gajah tadi pun tak lupa mengikatkan tali ketubuh gajah agar gajah tersebut tidak liar kesana - kemari. Pada awalnya gajah itu sangat tenang. Ia mencari makan dikawasan hutan itu tanpa mengganggu ladang warga. Sekitar satu minggu si pemilik gajah belum juga pulang dari pengembaraannya. Makanan dikawasan hutan yang menjadi t...
Gunung Kumbokarno Trenggalek secara geografis terletak di teluk Prigi kabupaten Trenggalek tepatnya di sebelah barat Pantai Cengkrong . Secara administratif gunung ini berada di wilayah desa Karanggandu, kecamatan Watulimo, kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Gunung ini lebih tepat disebut sebagai gunung kecil atau bukit lantaran memiliki ketinggian yang cukup rendah. Pada tahun 90-an gunung ini pernah mengalami musibah kebakaran dan akibat setelahnya adalah pada bagian kaki gunung berubah menjadi ladang pertanian yang dikelola oleh warga. Gunung Kumbokarno ini terkenal sebagai gunung yang angker dan hingga banyak berkembang cerita pengalaman mistis mengenai gunung tersebut. Banyak kejadian-kejadian aneh yang terjadi ketika seseorang memasuki hutan Gunung Kumbokarno untuk mendaki gunung hingga berburu hewan liar. Beberapa orang yang berani masuk ke dalam hutan tersebut harus berani menanggung akibatnya seperti terserang binatang buas, ket...
Guo Lowo terletak di desa Watuagung kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek, kurang lebih 30 km dari kota Trenggalek, juga 30 km dari kota Tulungagung atau kurang lebih 180 km dari Kota Surabaya kearah pantai selatan, tepatnya kearah pantai Prigi Kecamatan Watulimo. Berikut ini adalah cerita penemuan Guo Lowo dan Watulimo : Seorang bernama Lomedjo bertempat tinggal di Desa Watuagung waktu masih kecil sering kali mendengar cerita ayah maupun kakeknya bahwa prajurit kerajaan Mataramlah yang berhasil membuka hutan dan membuka wilayah Prigi, yang pada saat itu masih merupakan hutan belantara yang belum terjamah manusia. Ksatria mataram tersebut adalah Raden Tumenggung Yudho Negoro yang nama aslinya Raden Kromodiko. Karena jasa-jasanya terhadap mataram maka mendapat anugerah nama kehormatan Raden Tumenggung Yudho Negoro tersebut. Ketika itu tidak mudah untuk membuka suatu lahan membentuk wilayah baru. Berbagai hambatan dijumpai Raden Tumenggung Yudho Negoro beserta rombongan, ba...
Pariwisata Trenggalek selama ini tak lepas dari keindahan Pantai Prigi. Namun sesungguhnya Trenggalek masih menyimpan banyak pantai di wilayah Kecamatan Munjungan. Sayang sekitar delapan pantai itu belum tersentuh tangan untuk menjadi wisata pantai. Langit berhias warna hitam kemerahan. Matahari baru menampakkan ufuknya. Sekitar pukul 05.00 sebuah rombongan memulai perjalanan menuju Desa Masaran, Kecamatan Munjungan. Jaraknya tak jauh, hanya sekitar 52 km dari pusat kota Trenggalek. Namun jalanan beraspal yang terkelupas menjadi tantangan tersendiri selama perjalanan sekitar 90 menit. Lukisan alam tergambar cantik membalut hamparan bukit yang dipenuhi ribuan pohon kelapa. Dengan medan yang cukup terjal dan jalur sempit, rombongan Potensi diberitahu banyak informasi mengenai Munjungan oleh Kepala Dinas Perhubungan Kominfo Trenggalek, Ulang Setyadi, SH, MSi. Konon, kata Munjungan berasal dari istilah Jawa, yakni munjung-munjung ing pangan (kelebihan bahan maka...
Ratusan warga Trenggalek, Jawa Timur, Jumat, menyaksikan ritual larung atau penenggelaman kepala kerbau ke dasar sungai di Dam Bagong, yaitu upacara adat menghormati leluhur daerah setempat, Raden Menak Sopal. Upacara sejak pagi hingga siang itu menarik perhatian warga dan sebagian saling berebut potongan kepala, kulit beserta beberapa bagian tubuh kerbau yang ditenggelamkan di dasar pusaran Dam Bagong yang berkedalaman sekitar dua hingga tiga meter. "Ini sudah menjadi tradisi turun temurun karena dengan dibangunnya Dam Bagong ini masyarakat Trenggalek, terutama para petani bisa mengairi sawah dengan mudah," kata Jafar, pemuda peserta rebutan sesaji. Rangkaian upacara adat di Dam Bagong sekaligus menjadi bagian acara hari jadi Kabupaten Trenggalek yang jatuh pada 30 Agustus. Selain melarung sesaji berupa kepala kerbau, ritual adat juga diwarnai kegiatan "nyekar" di makam Raden Menak Sopal yang dalam sejarahnya dikenal sebagai Bupati (Adipati) pertama di Trenggalek. Ritual itu merupa...
Konon di pulau Madura, tepatnya di kadipaten Sumenep berdiamlah sebuah keluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan dua orang anak kembarnya. Kedua anak tersebut bernama Nuron dan Rokip. Mereka sama-sama belajar ilmu agama Islam di sebuah mandala pimpinan Kyai Marur. Nuron adalah anak yang cerdas dan pandai. Ia sangat bangga dengan kecerdasan dan kepandaian yang dimilikinya. Sedangkan Rokip mempunyai kemampuan yang biasa-biasa saja seperti anak-anak pada umumnya, namun dia berperangai yang lebih sopan dan santun kepada sesama. Pada suatu hari setelah selesai pengajian keduanya dipanggil Kyai Marur. “Kalian dipanggil kesini berkaitan dengan neng-cenneng, kamu tahu kan apa itu? Nak, neng-cenneng itu sebagai tanda pelajaran akan dimulai atau tanda pelajaran sudah usai dan itu sudah lumrah digunakan di tanah Jawa ini.” “Apakah itu berarti Kyai akan memilih diantara kami untuk bertugas membunyikan neng-cenneng itu Kyai?&r...