Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Timur Trenggalek
Sejarah Munjungan - Trenggalek
- 12 Juli 2018

Pariwisata Trenggalek selama ini tak lepas dari keindahan Pantai Prigi. Namun sesungguhnya Trenggalek masih menyimpan banyak pantai di wilayah Kecamatan Munjungan. Sayang sekitar delapan pantai itu belum tersentuh tangan untuk menjadi wisata pantai. Langit berhias warna hitam kemerahan. 
Matahari baru menampakkan ufuknya. Sekitar pukul 05.00 sebuah rombongan memulai perjalanan menuju Desa Masaran, Kecamatan Munjungan. Jaraknya tak jauh, hanya sekitar 52 km dari pusat kota Trenggalek. Namun jalanan beraspal yang terkelupas menjadi tantangan tersendiri selama perjalanan sekitar 90 menit.

Lukisan alam tergambar cantik membalut hamparan bukit yang dipenuhi ribuan pohon kelapa. Dengan medan yang cukup terjal dan jalur sempit, rombongan Potensi diberitahu banyak informasi mengenai Munjungan oleh Kepala Dinas Perhubungan Kominfo Trenggalek, Ulang Setyadi, SH, MSi.

Konon, kata Munjungan berasal dari istilah Jawa, yakni munjung-munjung ing pangan (kelebihan bahan makanan). Penduduk asli Munjungan merupakan pelarian dari pasukan Pangeran Diponegoro dari kejaran pasukan Belanda. Dengan lokasi yang cukup jauh dan sulit dijangkau, pasukan Diponegoro pun aman, karena Belanda tak mampu memasuki wilayah Munjungan.

Sedari awal, warga asli itu akhirnya dapat bertahan hidup dengan becocok tanam dan melaut. Ya, kebanyakan warga Munjungan menjadi petani dan nelayan. Seakan terisolasi di dalamnya, hingga akhirnya pada 1975 saat Trenggalek di bawah kepemimpinan Bupati Sutran, jalur dari kota menuju Munjungan pun mulai dibuka. Bukit-bukit besar pun dikepras untuk dijadikan jalan. Kendati masih sempit, saat itu jalur tersebut menjadi satu-satunya akses keluar masuk menuju Munjungan. Sekitar dua tahun lalu, di masa kepemimpinan Bupati Soeharto, jalur pun mulai dilebarkan. Banyak bukit pun kembali dikepras dan bawahnya mulai dibangunkan plengsengan setinggi satu meter. Kini jalurnya pun menjadi lebih besar, namun separuhnya masih berupa tanah dan batuan yang sulit dilalui kendaraan.

Di tengah-tengah perjalan menjelang masuk wilayah Munjungan, kami menyaksikan pantai yang tampak dari atas bukit. Tak sabar rasanya untuk segera menyaksikan pantai yang sangat eksotis tersebut. Tak lama kemudian, kami pun memasuki wilayah Munjungan. Kami disambut oleh hamparan tanaman padi yang luas dan berbagai komoditi, seperti kelapa, cengkeh, durian, dan pisang yang tersaji di Pasar Munjungan yang kami lintasi. Bahkan, komoditi ekspor berupa kayu sengon laut kini menjadi salah satu aset Munjungan yang mulai mendunia, juga tertanam di banyak lahan warga. Namun satu hal juga tak bakal terlupakan saat baru datang, senyum ramah warga.

Delapan Pantai
Dari Kades Masaran, Didik Budi Wibowo yang rumahnya terletak di pinggir Jalur Lintas Selatan (JLS) banyak diperoleh informasi tentang keindahan delapan pantai itu. Menurut Didik, delapan pantai itu memiliki keunikan masing-masing. Pantai Blado yang lokasinya paling mudah dijangkau bisa disaksikan deburan ombak setinggi satu meter menggulung dari tengah laut menuju bibir pantai. Di sore hari, ombak bisa lebih tinggi hingga mencapai lima meter.

Pantai Blado memang sangat indah dengan dibalut pohon kelapa yang tertanam sepanjang pantai. Di sana juga terdapat penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap jaring pantai yang masih tradisional. Perahuperahu nelayan juga banyak yang bersandar di Blado. Saat banyak tangkapan ikan, warga menyesaki tempat pelelangan ikan (TPI). Untuk pelengkap kegiatan warga, Blado juga menyajikan lahan untuk tempat berkemah bagi pelajar di area cukup luas yang banyak ditumbuhi pohon kelapa dan sangat rindang.

Pantai Ngampiran yang terletak di Desa Tawing menawarkan pantai cantik dengan ombak yang tenang. Untuk menuju Ngampiran, jalur terjal dengan aspal yang terkelupas mengawali tantangan menuju pantai yang banyak terdapat pohon pisang. Pantai serupa di Munjungan juga ada, yakni Pantai Pasir Putih. Selain itu, terdapat pula Pantai Gemawing di Desa Masaran, Pantai Ngadipuro yang juga memiliki TPI seperti Blado, Pantai Selah, dan Pantai Ngulung yang lokasinya berbatasan dengan Kecamatan Panggul.

Di berbagai pantai itu juga terdapat berbagai batu karang besar di tengah laut yang jika terkena air pasang menjadi sebuah pulau, seperti di Tanah Lot, Bali. Eksotisme lain yang tak kalah menariknya, yakni pesona Pantai Kidangan. Dengan pantai Iandai, Kidangan menawarkan keindahan bawah laut yang cantik. Dari bibir pantai hingga sepanjang 500 meter ke tengah laut hanya memiliki kedalaman air satu meter. Di dalamnya, terhampar batuan berukuran keci!, sedang, dan besar yang mengelompok secara alami. Pernah pula batuan berkelompok itu dipisahkan secara sengaja, namun secara alami akan kembali mengelompok dengan sendirinya sesuai ukurannya. Di dalam perairan dangkal itu juga tersaji ikan laut kecil beraneka warna.

Longkangan
Di samping memiliki potensi delapan pantai yang unik, Munjungan juga memiliki upacara adat yang rutin digelar. Adalah labuh Laut Longkangan, upacara adat yang biasa dilakukan masyarakat nelayan di pantai Kecamatan Munjungan setiap hari Jumat Kliwon di bulan Selo penanggalan Jawa. Longkangan dilaksanakan sebagai ungkapan syukur nelayan Munjungan atas melimpahnya tangkapan hasil melaut sekaligus peringatan kepada leluhur yang babat Munjungan utamanya kepada Roro Puthut yang konon oleh Ratu Pantai Selatan dipercaya mengawasi kawasan pantai di Munjungan.

Upacara biasa dimulai jelang sore dengan Kirab Tumpeng Agung dari Pendopo Kecamatan Munjungan sampai di Pantai Blado yang dipimpin langsung oleh Camat Munjungan dan semua Kepala Desa seKecamatan Munjungan dan diiringi oleh dayang-dayang serta rombongan jaranan yang berpakaian adat Jawa.
Tiap Longkangan, masyarakat Munjungan dan sekitarnya selalu berduyung-duyung menyaksikan upacara adat ini di sepanjang jalan yang dilewati rombongan kirab. Upacara pun diakhiri dengan menghanyutkan Tumpeng Agung di tengah lautan Pantai Blado.

Dengan berbagai potensi alam dari delapan pantai eksotis di Munjungan dan ditunjang dengan sejarah unik, serta upacara adat yang rutin digelar tak menutup kemungkinan Munjungan dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas untuk menjadi lokasi pariwisata baru di Trenggalek. Munjungan yang juga dilalui JLS, yang direncanakan selesai pada beberapa tahun mendatang, sangat diharapkan warga bisa mendongkrak potensi wisata pantai.

Untuk bisa mengenalkan wisata pantai di Munjungan agar bisa terkenal seperti Prigi dan berbagai pantai di Bali, warga banyak berharap ada investor yang masuk untuk bisa membuat wisata alalternatif, agar pemerataan perekonomian masyarakat pesisir Trenggalek tak terpusat saja di Prigi. Tentunya, campur tangan Pemkab Trenggalek dan Pemprov Jatim juga telah ditunggu warga Munjungan.

 

Sumber: http://srgemiring.blogspot.com/2015/12/sejarah-munjungan-trenggalek.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline