Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Timur Trenggalek
Asal Usul Nama Trenggalek
- 12 Juli 2018

Dalam Babad, Legenda, Cerita Rakyat maupun sejarah tidak pernah ada yang menyinggung asal usul nama Trenggalek. Cerita Rakyat yang berkembang selama ini hanya mengisahkan Kepahlawan dari Bupati Trenggalek Menaksopal dan Ketampanan Putra Bupati Trenggalek sehingga Suminten anak dari Warok Surogentho sampai tergila-gila. Ada salah satu pendapat yang menjabarkan arti Trenggalek sebagai Terang Ing Galih (Terang di Hati), namun menurut penulis pendapat ini tidak mempunyai sisi Historis apapun dilihat dari sudut pandang Tata Bahasa, Sosiologi maupun Geografi dari wilayah Trenggalek itu sendiri. Selama ini hanya ada satu pedoman untuk menyingkap asal usul nama Trenggalek yaitu makam mantan Bupati/Tokoh yang bernama Setono Galek. Namun tidak ada Catatan atau Cerita darimana Tokoh ini berasal dan mengapa bernama Setono Galek pun orang Trenggalek sendiri sepertinya tidak ada yang tahu arti nama itu. Dengan pengetahuan yang terbatas, penulis mencoba mencari tahu sebagaimana dalam tulisan Sejarah Kampak yang pernah saya tulis. Yang Pertama dari sudut Tata Bahasa yang penulis cari, kata Trenggalek adalah gabungan dari 2 (dua) kata. Yang Pertama adalah
Trengga/Treng adalah kependekan dari kata Trenggana dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuno yang berarti  Bintang/Terang dan Galek/Lek adalah dari kata Galekan/Galek juga dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuno yang berarti Hilang/Lenyap. Untuk kata Galek/Galekan itu sendiri tidak banyak orang yang tahu karena kata ini sudah lama tidak terpakai dalam khasanah Tata Bahasa Jawa sehingga sepintas seperti kata yang asing. Arti kata ini penulis dapatkan dari seorang yang mengerti kebudayaan Jawa Kuno karena dalam Kamus Sansekerta yang dikarang bapak Purwadi tidak penulis ketemukan. Arti kata dari gabungan 2 (dua) kata ini menjadi Bintang/Terang yang Hilang/Lenyap. Atau lebih mudahnya berarti Bintangnya/Terangnya Hilang/Lenyap. Dari arti kata ini penulis berjalan ke belakang dalam Historis atau Sejarah terbentuknya Kabupaten Trenggalek. Sejarah telah tertulis, awal terpecahnya Kerajaan Mataram Islam adalah ketika terjadi Pemberontakan sehingga
Ibukota Kerajaan di Kartasura luluh lantak sehingga Pakubuwono II menyingkir ke wilayah Ponorogo dan sekitarnya termasuk Trenggalek. Kemudian atas bantuan Ulama Besar Ponorogo beserta santrinya dan warga Ponorogo,Trenggalek dan Tulungagung Kerajaan dapat direbut kembali. Karena Ibukota sudah hancur maka Ibukota dipindahkan ke Surakarta atau Solo. Atas rasa terimakasih terhadap warga Trenggalek, maka dibentuk Pemerintahan tersendiri di Trenggalek dengan Putra dari Pakubuwono II sendiri sebagai Bupati Pertama. Inilah awal kehancuran Kerajaan Mataram karena saudara-saudara Pakubuwono II termasuk pamannya sendiri menyatakan ketidakpuasannya karena ternyata Pakubuwono II semakin dekat dengan Pemerintah Hindia Belanda, sebagai pihak yang selama ini menjadi musuh sejak jaman Sultan Agung. Akhirnya Kerajaan Mataram pecah menjadi 4 (empat) Kerajaan kecila yaitu Surakarta,Ngayogyakarta,Pakualaman dan Mangkunegaran. Uraian Sejarah tadi jika dihubungkan kata Trenggalek dan kedatangan Raja Jawa ke tanah Trenggalek mempunyai kaitan yang erat. Kata Trenggalek atau daerah Trenggalek itu adalah Tempat Terangnya Hilang atau Lenyapnya Bintang Raja Jawa sebagai awal Pembentukan Kadipaten Trenggalek. Penjabaran lebih mudahnya arti Trenggalek adalah Wahyu Kraton/Wahyu Raja-raja Jawa Hilang/Lenyap. Jadi di Trenggalek-lah Lenyapnya/Hilangnya Wahyu Kraton Tanah Jawa. Dan dimana Hilangnya Wahyu Kraton itu sebagaimana Siklus Sejarah, di situ jugalah Muncul/Asal Wahyu Kraton Raja-raja Tanah Jawa. Sekarang kita menuju Jaman Awal Kemerdekaan Indonesia dimana Presiden Sukarno menunjuk Pahlawan Peta Supriyadi sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Indonesia yang Pertama. Semua orang tahu Supriyadi sudah lenyap antara hidup dan mati. Tetapi mengapa Sukarno tetap menunjuk Supriyadi menjadi Panglima walau orangnya tidak muncul. Tentu Sukarno mempunyai alasan yang kuat dan mungkin hanya Sukarno yang tahu alasannya. Karena sebenarnya banyak Pejuang/Tentara didikan Belanda yang lebih berpengalaman maupun didikan Jepang yang lebih mumpuni. Ternyata menurut penulis alasan Sukarno adalah Supriyadi kelahiran Trenggalek sebagaimana tulisan di atas mungkin menurut Sukarno, Supriyadi-lah pada waktu itu pemegang Wahyu Keprabon/Kraton Tanah Jawa. Untuk alasan ini terasa tidaklah Rasional, namun menurut pandangan masyarakat Jawa hanya orang yang mempunyai atau mendapat
Wahyu Keprabon-lah yang sanggup memimpin Indonesia sebagaimana Jawa adalah Setral-nya. Artinya, hanya orang yang mendapat Wahyu Keprabon Tanah Jawa-lah yang kuat memimpin Indonesia. Karena menjadi Pemimpin Dunia dalam pandangan Jawa harus juga sanggup menguasai alam Ghaib yang selama ini
diidentikkan dengan Penguasa Laut Selatan. Dan kebetulan menurut orang yang mengerti Ilmu Ghaib Pusat, Kerajaan Laut Selatan adalah di Gunung Kumbokarno Pantai Prigi di Kecamatan Watulimo Trenggalek. Karena Supriyadi tidak juga muncul akhirnya Sukarno pada tahun 1950an mengunjungi Trenggalek sebagai rangkaian tugas dinas kenegaraan. Yang jadi pertanyaan, untuk urusan apa Presiden Sukarno sebagai Presiden Terbesar
Indonesia mau mengunjungi Trenggalek. Padahal daerah ini adalah daerah minus dan tidaklah mempunyai kepentingan yang strategis untuk urusan kenegaraan. Mengapa tidak Tulungagung sebagai tempat waktu kecil dia
tinggal atau Blitar rumah dari orangtunya? Dari tulisan di atas, dapat ditarik benang merah tujuan Sukarno adalah ingin mendapatkan Wahyu Keprabon untuk memperkuat kedudukannya karena sebagaimana orang tahu Sukarno adalah orang yang suka hal-hal yang berbau Ghaib dan Budaya Jawa. Ada satu hal yang lucu,apakah benar atau salah adalah waktu penulis masih SD pernah membaca tulisan Sukarno kelahiran Trenggalek. Menurut kakek penulis yang menghadiri pidato Bung Karno di alun-alun Trenggalek, Sukarno mengakui sendiri bahwa dia adalah kelahiran Trenggalek tepatnya di belakang Gedung Bioskop Trenggalek Teater yang sekarang sudah tutup. Inilah yang memperjelas dari arti kata Trenggalek yang berarti Terang Hilang atau Bintang Lenyap atau Wahyu Hilang.

Sumber: https://www.facebook.com/notes/zanza-bela/asal-usul-nama-trenggalek-babad-trenggalek/4495465474973/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline