pada awalnya, tarian adat Bali ini adalah sebagai tari pemujaan yang ditampikan di pura – pura di Bali. Tari Pendet bisa disebut sebagai bentuk penyambutan atas turunnya para dewa ke dunia. Seiring dengan berjalannya waktu, para seniman tari di pulau Bali mengubah tarian tersebut menjadi sebuah tarian selamat datang. Versi modern dari Tari Pendet dibuat oleh I Wayan Rindi pada tahun 1950-an. I wayan Rindi adalah seorang seniman yang seumur hidupnya mengamati seluruh tarian Bali, seiring dengan usia I Wayan Rindi mencintai budaya khas Bali, sehingga menjadi seorang pengajar tari Pendet dari generasi ke generasi, ia pun menciptakan koreograper Tari Pendet khusus upacara pembukaan Asian Games di Jakarta. Dibuatnya koreograper Tari Pendet untuk ditarikan oleh kurang lebih 800 orang, yang awalnya ditarikan oleh 5 orang.
Beksan wireng Berasal dari kata Wira (perwira) dan 'Aeng' yaitu prajurit yang unggul, yang 'aeng', yang 'linuwih'. Tari ini diciptakan pada jaman pemerintahan Prabu Amiluhur dengan tujuan agar para putra beliau tangkas dalam olah keprajuritan dengan menggunakan alat senjata perang. Sehingga tari ini menggambarkan ketangkasan dalam latihan perang dengan menggunakan alat perang. Ciri-ciri tarian ini Ditarikan oleh dua orang putra/i Bentuk tariannya sama Tidak mengambil suatu cerita Tidak menggunakan ontowacono (dialog) Bentuk pakaiannya sama Perangnya tanding, artinya tidak menggunakan gending sampak atau srepeg, hanya iramanya atau temponya kendho atau kencang Gending satu atau dua, artinya gendhing ladrang kemudian diteruskan gendhing ketawang Tidak ada yang kalah atau menang atau mati
Tari Mayam Tikar merupakan jenis tari khas dari Kabupaten Tapin yang menggambarkan remaja putri dari daerah Margasari, Kabupaten Tapin yang sedang menganyam tikar dan anyaman. Tari berdurasi sekitar 6 menit ini biasanya dibawakan oleh 10 orang penari putri. Tari ini diciptakan oleh Muhammad Yusuf, Ketua Sanggar Tari Buana Buluh Merindu, dari kota Rantau, ibukota Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan
Tari Tantayungan merupakan tarian tradisi masayrakat Banjar Kalimantan Selatan. Tarian ini mempresentasikan kisah dalam tokoh pewayangan. Sehingga tarian ini terkesan hidup lantaran diselingi dengan dialog kelompok penari. Tarian ini sendiri diiringi dengan musik karawitan melalui instrument alat musik tradisional Kalimantan Selatan antara lain babun, gong, sarunai, dan kurung-kurung. Paduan karawitan ini sangat harmoni dengan kelompok tari yang diperankan. Seni dan tari tantayungan, awalnya kerap ditampilkan di sebuah desa, yakni Desa Ayuang, Barabai. Lalu dikembangkan di Kampung Mu’ui, Desa Pangambau Hulu, Kecamatan Haruyan oleh salah satu damang bernama Amat. Seni khas ini kemudian dikalim oleh pelaku seni HST, Sarbaini, di Desa Barikin sebagai seni khas Hulu Sungai Tengah. Sayang sampai saat ini keberadaan tari Tantayungan telah hilang tergerus zaman.
Sesuai dengan namanya tari baris, tarian ini dibentuk dengan posisi baris membaris. Tari Baris adalah salah satu tarian adat Bali yang awalnya merupakan satu bentuk ritual , namun seiring dengan zaman tari ini menjadi tari hiburan. Tari Baris diciptakan pada pertengahan abad ke-16. Di dalam tarian ini, penari menggerakan badannya seperti seorang pahlawan yang sedang berperang, tari ini dipertontonkan tentang keberanian para ksatria Bali yang sedang bertempur demi membela Raja. Tarian ini juga biasa dibawakan oleh paling sedikit 8 hingga paling banyak 40 laki-laki. Perlengkapan kostum untuk tari ini adalah badog, lamak, awir, baju beludru, celana panjang, dan lain-lain, seperti ksatria lengkap dengan hiasan kepala, punggung dan dada. Namun, kostum penari yang dikenakan di setiap daerah di Bali bisa berbeda – beda karena setiap daerah memiliki Tari Baris khas sendiri – sendiri. Tarian ini termasuk ke dalam tarian keramat sehingga hanya dibawakan saat adan...
Tari Tandik Balian, merupakan tarian tradisional yang berasal dari suku Dayak Warukin, yaitu suku Maanyan yang terdapat di desa Warukin dan desa Haus, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Suku Dayak Warukin (Tabalong-Kalsel) merupakan salah satu subsuku Dayak Maanyan yang memiliki upacara balian bulat. Tradisi balian ini dibuat menjadi sebuah atraksi kesenian yang disebut Tari Tandik Balian.
Tarian Babangsai merupakan tarian yang berasal dari Kalimantan Selatan. Tari Babangsai ini merupakan salah satu tarian ritual dari suku Dayak Bukit. Tarian Babangsai dari Kalimantan Selatan ini hampir sama dengan tari Kanjar, dimana jika tari kanjar dilakukan oleh para lelaki, dan tari Babangsai dilakukan oleh para wanita. Bentuk dari tarian ini berupa gerakan berputar-putar mengelilingi suatu poros berupa altar tempat meletakkan sesaji. Tarian ini mirip dengan tarian upacara ritual pada suku Dayak rumpun Ot Danum. Tari Babangsai Bakanjar merupakan tarian tradisional suku dayak yang mengiringi prosesi ritual aruh yang dilaksanakan di balai adat di pegunungan Meratus. Foto ANTARA/Herry Murdy Hermawan/B
Tarian Kanjar merupakan tarian ritual pada upacara religi suku (Hindu Kaharingan) dari suku Dayak Bukit. Tari Kanjar (ba-kanjar) pada suku Bukit dilakukan oleh penari lelaki, sedangkan tarian serupa jika ditarikan penari wanita disebut tari babangsai. Wujud tarian ini berupa gerakan berputar-putar mengelilingi suatu poros berupa altar tempat meletakan sesaji (korban). Jadi mirip dengan tarian upacara ritual pada suku Dayak rumpun Ot Danum lainnya, misalnya pada suku Dayak Benuaq di Kalimantan Timur Demikian Sobat tradisi, 11 tari tradisional Kalimantan Selatan yang bisa kami informasikan kepada Sobat tradisi semua. Beberapa tarian dari Kalimantan Selatan ini akan kami update setelah kami mendapatkan informasi yang terbaru. Sampai jumpa pada artikel tradisikita selanjutnya.
Tarian Hugo dan Huda ini merupakan tarian tradisional dari Kalimantan Tengah yang termasuk dalam tarian ritual agar para dewa menurunkan hujan ke bumi. Tarian ini biasanya dilakukan apabila telah berlangsung musim kemarau yang cukup lama.