Syair adalah ungkapan yang berisikan kandungan sejarah, agama, ilmu pengetahuan dan kesusatraan. Keseluruhan pikiran isi syair tersebut dinaungi oleh kehidupan dan keagamaan masyarakat yang hidup pada masa itu. Isi syair mencakup rentangan waktu yang luas tentang kehidupan spiritual nenek moyang, serta memberikan gambaran tentang alam pikiran dan lingkungan hidupnya pada masa itu. Syair juga mengandung kata-kata nasehat, romantika dan kegundahan yang di lantunkan oleh para dayang-dayang Istana, serta untuk menghibur Sultan. Syair Siak Sri Indrapura dibagi menjadi Syair Raja Siak dan juga Syair Perang Siak. Syair Raja Siak menceritakan mengenai sejarah terbentuknya Kerajaan Siak; sedangkan Syair Perang Siak menceritakan mengenai peperangan yang terjadi di Kerajaan Siak, seperti perang saudara serta peperangan dalam menghadapi Belanda. Syair Siak Sri Indrapura tertulis dalam naskah kuno menggunakan aksara Arab. Syair ini juga menjadi salah satu sumber dari penulisan sejarah, a...
Silek tigo bulan merupakan salah satu silek Melayu Sungai Rokan yang paling terkenal. Silek tigo bulan dibagi menjadi dua jenis, yaitu Sendeng dan Tondan. Perbedaannya adalah, tondan merupakan jenis silek yang mengutamakan pelajaran dan latihan gerak ketangkasan; sedangkan sendeng lebih mengutamakan ketahanan fisik. Selain silek yang tersebut di atas, masih ada istilah silek rimau (silat harimau), silek boruk (silat beruk), silek ula (silat ular), yang muncul karena perilaku pendekar itu seperti harimau, beruk atau ular. Inti pelajaran silek adalah untuk memahirkan penggunaan nur (cahaya). Cahaya itu terbagi tiga; dua di antaranya mempunyai warna khas, dan satu lagi tidak dapat diwujudkan. Diperlukan waktu selama tiga bulan untuk menamatkan pelajaran silek ini. Siswa pertama kali belajar silek gerak di tanah, ditambah 10 hari untuk menamatkan (kaji batin). hitungan 10 hari adalah kaji di rumah berupa; tujuh hari belajar kaji batin, sehari kaji duduk (silek dalam posisi duduk), s...
Syair-syair yang di lantunkan dalam kesenian Sinandong Asahan penuh dengan kata-kata mistis, yang sarat dengan nasehat dan petuah orang-orang dahulu. Lantunan syair-syair Sinandong Asahan diiringi pula dengan alat musik seperti, biola, gendang rebab dan gong. Di samping sebagai hiburan pada setiap hajatan, seperti acara khitanan maupun acara pernikahan, syair-syair Sinandong Asahan juga sering dilantunkan pada acara pengobatan tradisonal yang lazim disebut oleh orang Asahan sebagai pengobatan siar mambang. Saat ini Sinandong Asahan nyaris punah. Perkembangan Sinandong Asahan berbeda dengan kesenian qasidah, dan bordah yang sampai saat ini masih terdengar rentak suaranya pada setiap acara-acara. Syair-syair lagu qasidah tidak berbeda jauh dengan syair-syair Sinandong Asahan. Jika Sinandong Asahan berbahasa daerah Asahan, sementara qasidah dengan bahasa Arab. Namun inti dari syair-syair yang dilantunkan tetap sama, yaitu nasehat dan petuah-petuah dalam menjalani hidup serta ke...
Lenong Denes dianggap sebagai perkembangan dari beberapa bentuk teater rakyat Betawi yang dewasa ini sudah punah, seperti Wayang Sumedar, Wayang Senggol dan Wayang Dermuluk. Lenong Denes mementaskan cerita-cerita kerajaan dan busana yang dikenakan tokohnya pun gemerlapan, seperti halnya raja, bangsawan, pangeran, putri, hulubalang. Maka kata "denes" (dinas) melekat pada cerita dan busana yang dipakai. Maksudnya untuk menyebut orang-orang yang berkedudukan tinggi atau orang-orang yang berpangkat atau yang dinas. Lenong Denes menggunakan bahasa Melayu tinggi dalam dialognya sehingga para pemainnya tidak leluasa untuk melakukan humor. Contoh kata-kata yang sering digunakan antara lain: tuanku, baginda, kakanda, adinda, beliau, daulat tuanku, syahdan, hamba. Dialog dalam Lenong Denes sebagian besar dinyanyikan. Agar pertunjukkan bisa lucu, maka ditampilkan tokoh dayang atau khadam (pembantu) yang menggunakan bahasa Betawi. Adegan-adegan perkelahian dalam Lenong Denes tidak menampilk...
Lenong Denes dianggap sebagai perkembangan dari beberapa bentuk teater rakyat Betawi yang dewasa ini sudah punah, seperti Wayang Sumedar, Wayang Senggol dan Wayang Dermuluk. Lenong Denes mementaskan cerita-cerita kerajaan dan busana yang dikenakan tokohnya pun gemerlapan, seperti halnya raja, bangsawan, pangeran, putri, hulubalang. Maka kata "denes" (dinas) melekat pada cerita dan busana yang dipakai. Maksudnya untuk menyebut orang-orang yang berkedudukan tinggi atau orang-orang yang berpangkat atau yang dinas. Lenong Denes menggunakan bahasa Melayu tinggi dalam dialognya sehingga para pemainnya tidak leluasa untuk melakukan humor. Contoh kata-kata yang sering digunakan antara lain: tuanku, baginda, kakanda, adinda, beliau, daulat tuanku, syahdan, hamba. Dialog dalam Lenong Denes sebagian besar dinyanyikan. Agar pertunjukkan bisa lucu, maka ditampilkan tokoh dayang atau khadam (pembantu) yang menggunakan bahasa Betawi. Adegan-adegan perkelahian dalam Lenong Denes tidak menampilk...
Guritan pada dasarnya ialah puisi balada, yaitu puisi rakyat yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa, tokoh pujaan, dan orang yang menjadi pusat perhatian. Di dalam cerita Raden Kesian, akan ditemui cerita tentang orang-orang perkasa, tokoh pujaan orang yang menjadi pusat perhatian yaitu Ratu Agung, Raden Kesian, Raden Alit, Remas Salit, Selimur Remas, Itam Manis, Ali Junjungan, Imam Deriak, dan sebagainya. Demikian juga di dalam guritan judul lainya, seperti Guritan Bujang Remalun, Guritan Raden Peturun, Guritan Rindang Papan dan sebagainya, guritan-guritan tersebut menceritakan tentang orang-orang perkasa, tokoh pujaan, dan orang yang menjadi pusat perhatian. Tujuan dari pertunjukan guritan adalah untuk menghibur orang yang ditimpa musibah kematian, karena guritan mengandung perbandinganperbandingan kehidupan, baik suka maupun duka. Orang yang mempertunjukan guritan disebut Tukang Guritan. Pertunjukan guritan yaitu suatu episode atau suatu puisi balada yang dilagukan at...
Menurut Nenek Saripah – penari Silampari kahyangan tinggi – tarian ini mulai dikenal ketika ditampilkan pada tahun 1941, bertepatan dengan pembuatan Watervang, sebuah bendungan buatan kolonial Belanda di Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Silampari berasal dari bahasa Palembang, Silam berarti “hilang” dan pari berarti “peri”; Kahyangan berarti “udara atau langit”; dan Tinggi berarti “tinggi”. Penjelasannya bahwa tari Silampari kahyangan tinggi terinspirasi dari cerita rakyat Dayang Torek dan Bujang Penulup. Tarian ini menceritakan seorang perempuan yang menjadi peri dan menghilang (silam), sehingga disebut Silampari (peri atau bidadari yang menghilang). Untuk tari ini, Kota Lubuklinggau mengambil sumber cerita Dayang Torek; dan Kabupaten Musi Rawas mengambil sumber Cerita Bujang Penulup. Cerita dalam tari ini hampir sama dengan cerita Jaka Tarub, tetapi bedanya dalam penyimpanan selendangnya saja. Kalau dalam cerita Jaka T...
Tari Tauh (masyarakat setempat terkadang menyebut dengan istilah Kesenian Tauh) sudah ada di Desa Lempur Tengah sejak lama, dan selalu ditampilkan pada saat selesai pesta panen padi (kenduri sko setelah tuai). Di mana tari tauh merupakan sebuah ungkapan rasa syukur masyarakat setempat atas hasil panen yang diperoleh – sesuai dengan kehidupan masyarakat yang agraris. Selain itu juga, tauh sebagai sebuah ungkapan rasa terima kasih kepada leluhur yang dipercaya ikut menjaga dan menghindari desa mereka dari bencana. Tauh juga dipergunakan untuk penghormatan dalam menyambut tamu yang dianggap penting. Menurut sejarah, tari tauh yang ada di Desa Lempur, Kabupaten Kerinci sudah ada sejak 1817 (sejak zaman Pamuncak), bahwa tauh telah dipakai oleh seluruh pamuncak untuk mengisi acara pesta panen serta acara penyamputan tamu yang dihormati, dan kehadiran tauh sendiri bersamaan dengan asal-usul Desa Lempur tersebut. Hingga kini keberadaan tauh terus dipertahankan, dan terus dilestari...
Ampek gonjie limo gonop adalah suatu tradisi yang berasal dari Desa Muaro Kibul, Kecamatan Tabir Barat, Kabupaten Merangin. Tradisi ini telah ada sejak lama, diturunkan dari nenek moyang dan telah diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Ampek gonjie limo gonop merupakan kegiatan berbalas pantun antara laki-laki dan perempuan yang dilakukan mulai dari malam hingga menjelang pagi. Akan tetapi pada saat berbalas pantun tersebut harus ada yang menemani, biasanya dari pihak keluarga perempuan, sehingga tidak ganjil dipandang mata dan untuk menjaga hal yang tidak baik. Posisi duduk pada saat berbalas pantun, yaitu dengan saling berhadapan. Bagi masyarakat Desa Muaro Kibul, muda-mudi yang berpasangan atau berdua-duaan dianggap tidak baik, apalagi jika belum menikah, karena akan menimbulkan fitnah. Untuk itulah dihadirkan pihak ke tiga, dalam hal ini keluarga dari pihak perempuan, biasanya ibu dari perempuan mendampingi mereka sehingga menjadi genap, dan kehadiran pihak ke tiga ter...