Tari Tauh (masyarakat setempat terkadang menyebut dengan istilah Kesenian Tauh) sudah ada di Desa Lempur Tengah sejak lama, dan selalu ditampilkan pada saat selesai pesta panen padi (kenduri sko setelah tuai). Di mana tari tauh merupakan sebuah ungkapan rasa syukur masyarakat setempat atas hasil panen yang diperoleh – sesuai dengan kehidupan masyarakat yang agraris. Selain itu juga, tauh sebagai sebuah ungkapan rasa terima kasih kepada leluhur yang dipercaya ikut menjaga dan menghindari desa mereka dari bencana. Tauh juga dipergunakan untuk penghormatan dalam menyambut tamu yang dianggap penting.
Menurut sejarah, tari tauh yang ada di Desa Lempur, Kabupaten Kerinci sudah ada sejak 1817 (sejak zaman Pamuncak), bahwa tauh telah dipakai oleh seluruh pamuncak untuk mengisi acara pesta panen serta acara penyamputan tamu yang dihormati, dan kehadiran tauh sendiri bersamaan dengan asal-usul Desa Lempur tersebut. Hingga kini keberadaan tauh terus dipertahankan, dan terus dilestarikan oleh generasi penerusnya, bahkan tauh tetap ditampilkan pada saat pesta adat, pesta panen dan penyambutan tamu.
Gerak-gerak tari tauh seperti: elang beperang, samang bejabat, seleudang di balek batu, dan kedidi mudik kaaie. Tari tauh diiringi oleh musik tradisi, awalnya menggunakan gendang bambu, tetapi saat ini penggunaan gendang dari bambu dirubah dengan menggunakan gendang Dap/Redap sebanyak 2 buah yang dimainkan oleh 2 orang. Gendang dap tersebut dibuat sendiri oleh masyarakat setempat, serta gong dan vokalia biasa disebut Mantau. Lirik yang disampaikan atau dinyanyikan biasanya diambil dari hukum atau ketentuan adat setempat. Hal tersebut dimaksudkan agar masyarakat Lempur selalu ingat akan ketentuanketentuan adat yang ada telah telah diyakini dari dulu hingga sekarang, dari generasi ke generasi berikutnya. Pada zamannya tari tauh menggunakan busana harian, kemudian berkembang menggunakan baju kurung hitam (tetap mengacu pada busana tradisi), kain sarung dan penutup kepala yang biasa disebut kuluk kecipung.
Sumber : Buku Penetapan WBTB 201
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang