Ratusan tahun silam di Tanah Jawa, tepatnya di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo, sebuah sejarah besar tentang manusia purba terkuak. Dari penggalian yang dilakukan Eugene Dubois, seorang dokter berkebangsaan Belanda ditemukan beberapa pecahan batu. Mulai dari gigi geraham, tulang paha, tengkorak manusia purba dan binatang. Upaya Dubois tidak bisa dibilang asal-asalan. Dirinya waktu itu, tertantang dengan teori Human Origin, yang dikemukakan Charles Robert Darwin (1809-1882). Dalam teori itu menyatakan bahwa manusia ini berasal dari evolusi kera. Berdasar teori Human Origin, Dubois meninggalkan negeri kincir angin menuju Indonesia pada tahun 1887. Selain itu ada dua alasan yang dijadikan acuannya kali ini. Pertama, berdasarkan buku The Descent of Man, menceritakan bahwa nenek moyang manusia seharusnya hidup di daerah tropis. Karena manusia purba sudah kehilangan bulu selama perkembangannya. Alasan kedua, di Hindia-Belanda (Indonesia) banyak gua-gua, jadi tak m...
Situs Purbakala di Indonesia sangatlah banyak. Biasanya di dalam situs purbakala terdapat berbagai macam hewan purba , manusia purba serta peninggalan-peninggalan manusia purba. Adapun situs purbakala di Indonesia diantaranya Museum Sangiran, Taman Nasional Lore Lindu,Gunung Padang, Taman Purbakala Cipari, dan Taman Praserjarah Leang-leang. Namun diantara situs-situs yang sudah disebutkan tersebut ada satu situs yang akhir-akhir ini baru ditemukan sekitar tahun 2003 tepat berada di Pulau Jawa, yaitu Situs Purbakala Semedo. Semedo merupakan desa di Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah tempat ditemukannya situs purbakala yang berupa fosil manusia, fosil hewan purba dan fosil tumbuhan purba, yang kemudian dikenal Situs Semedo. Letak Semedo sendiri berada pada daerah dataran tinggi yang merupakan daerah Pegunungan Slamet. Situs semedo berawal dari penemuan fosil oleh seorang petani yang bernama bapak Dakri. Pada saat ditemui beliau menceritakan, awalnya,...
Museum Sangiran Klaster Ngebung berlokasi di Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Situs ngebung memiliki nilai sejarah yang tak ternilai karena merupakan lokasi pertama kali dilakukan penggalian fosil manusia purba secara sistematik dengan hasil yang menakjubkan. Penemuan pada situs Ngebung berupa fosil binatang, artefak, dan sisa-sisa kehidupan manusia di masa lalu. Banyak hal yang bisa dipelajari manakala berkunjung ke klaster Ngebung. Museum ini buka pada hari selasa-minggu Jam 08.00 sampe 16.00 WIB. Pengunjung tidak dikenakan biaya masuk, cukup membayar parkir saja. Pengunjung bisa menambah wawasan tentang proses dari kehidupan di masa lalu. Museum yang berjarak ± 24,8 KM dari kota Sragen atau bisa ditempuh dengan waktu ± 48 menit. Rute alternatif melalui jalur Solo-Purwodadi, tepatnya di sebelah utara pom bensin Kalijambe terdapat perempatan dengan gapura bertuliskan Sangiran. Setelah sampai perempatan...
Museum Manusia Purba Klaster Bukuran, Sragen Plaats: Sragen Provincie: Jawa Tengah Land: IND Type organisatie: Museum Postadres: Museum Manusia Purba Klaster Bukuran Bukuran, Kalijambe, Sragen Regency 57283 Sragen...
Museum Manusia Purba Manyarejo, Sragen Plaats: Sragen Provincie: Jawa Tengah Land: IND Type organisatie: Museum Postadres: Museum Manusia Purba Manyarejo Manyarejo, Plupuh 57283 Sragen Informatie...
Klaster Dayu sebagai salah satu bagian dari Museum Manusia Purba Sangiran, terletak di Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu situs yang penting di Sangiran. Situs ini banyak menyimpan kekayaan memori kehidupan sejak jutaan tahun silam, baik itu kehidupan flora, fauna, maupun manusia dan budayanya, serta merekam perubahan lingkungan yang pernah terjadi di Sangiran jutaan tahun silam. Informasi yang terpendam dalam lapisan-lapisan tanah purbanya perlu untuk diketahui masyarakat luas, oleh sebab itu pada tahun 2013 dibangun sebuah museum yang menyajikan temuan-temuan penting dari Situs Dayu secara khusus dan Situs Sangiran secara umum. Berdiri di atas lahan yang khusus dipilih dan dirancang sebagai sajian contoh lapisan tanah dari 4 zaman dalam rentang masa 100 ribu hingga 1,8 juta tahun silam, Museum Dayu menjelma menjadi pusat informasi tentang perlapisan tanh purba dan budaya manusia jenis Homo erectus terlengkap. Museum Day...
Museum Nahdlatul Ulama (NU) merupakan pusat informasi kebudayaan serta sejarah pertumbuhan dan perkembangan NU. Dibuka untuk pertama kalinya oleh KH. Abdurrahman Wahid pada 25 November 2004 dan diresmikan pada Muktamar NU ke-31 di Boyolali, Jawa Tengah pada 28 November 2004 oleh Rais ‘Am PB NU, KH. MA. Sahal Mahfudh. Gedung Museum NU memiliki tiga lantai dengan luas bangunan 900 m² berdiri megah di tengah areal seluas 3000 m². Terletak di Jalan Gayungsari Timur 35 Surabaya, sekitar 300 m arah ke timur Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. Gedung berkubah hijau ini dibangun dengan arsitektur khas perpaduan Islam-Mediteranian dan bernuansa klasik, sehingga memungkinkan untuk dijadikan tempat tujuan wisata religi, setelah Makam dan Masjid Agung Sunan Ampel serta Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. Museum NU menyimpan dan memamerkan berbagai dokumen historis NU, benda-benda seni dan pusaka bersejarah maupun karya tulis para ulama NU. Museum NU juga menyimpan kary...
Rumah di Jalan Mangga 21, tempat WR Soepratman wafat (Foto: Michelle Alda Gunawan) Wage Rudolf Soepratman dilahirkan di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Purworejo dan wafat di Jalan Mangga 21 Surabaya. Rumah wafat pencipta lagu Indonesia raya itu kini telah menjadi museum sekaligus menjadi bangunan cagar budaya di Surabaya. "Jadi dulu rumah ini adalah rumah kakak pertama WR Soepratman, Roekiyem Soepratijah. Pada tahun 1937 WR Soepratman pindah dari Pemalang ke Surabaya dan tinggal di sini. Ia juga meninggal disini pada tanggal 17 Agustus 1938," papar penjaga museum rumah wafat WR Soepratman Ahmad Saifuna Arif (27) kepada detikcom, Minggu (29/10/2017). Pada saat WR Soepratman tinggal, rumah wafat itu dihuni oleh 4 orang, yaitu WR Soepratman dan keluarga Roekiyem. "Dulu ada 4 orang disini yaitu Roekiyem, WR Soepratman, anak dari Roekiyem yang bernama Dedi Ferdinand, dan suami Bu Roekiyem yang bernama W.M Van Eldik," ujar Arif. Rumah kecil...
Museum unik di tengah kota Magelang Jawa Tengah ini memang belum setenah Muiseum Affandi yang ada di Jogja. Namanya Museum OHD. Museum ini sengaja mengambil nama pemiliknya yang bernama Oei Hang Djien. Museum uni ini terletak di dua lokasi yang berbeda. Yang pertama berada di Jl. Pangeran Diponegoro no 74 dan lainnya Jl. Jenggolo no 14. Museum ini didirikan oleh seorang kolektor asal Magelang, bernama Oei Hang Djien. Pria yang lahir pada tanggal 5 April 75 tahun silam kebih akrab di panggil dengan sebutan OHD. OHD memulai koleksinya pada tahun 1970an. Dan untuk menyimpan seluruh koleksinya OHD membangun museum yang pertama pada tahun 1997. Dengan jumlah koleksi yang terus bertambah, ia lalu membuat museum keduanya pada tahun 2006. Saat jumlah museumnya sudah berjumlah tiga, Museum ketiga yang ia beri nama New Museum OHD baru diresmikan pada tanggal 5 April 2012. OHD sudah memiliki koleksi lebih dari 2000 karya seni, yang terdiri dari karya anak bangsa. Dianta...