Museum Sangiran Klaster Ngebung berlokasi di Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Situs ngebung memiliki nilai sejarah yang tak ternilai karena merupakan lokasi pertama kali dilakukan penggalian fosil manusia purba secara sistematik dengan hasil yang menakjubkan. Penemuan pada situs Ngebung berupa fosil binatang, artefak, dan sisa-sisa kehidupan manusia di masa lalu. Banyak hal yang bisa dipelajari manakala berkunjung ke klaster Ngebung. Museum ini buka pada hari selasa-minggu Jam 08.00 sampe 16.00 WIB. Pengunjung tidak dikenakan biaya masuk, cukup membayar parkir saja. Pengunjung bisa menambah wawasan tentang proses dari kehidupan di masa lalu.
Museum yang berjarak ± 24,8 KM dari kota Sragen atau bisa ditempuh dengan waktu ± 48 menit. Rute alternatif melalui jalur Solo-Purwodadi, tepatnya di sebelah utara pom bensin Kalijambe terdapat perempatan dengan gapura bertuliskan Sangiran. Setelah sampai perempatan tersebut belok kanan sejauh ± 2 KM, sampur jalur bercabang lalu ambil arah kiri (arah Menara Pandang) dan ikuti petunjuk arah yang ada untuk sampai di lokasi klaster Ngebung.
Ketika memasuki area Museum Ngebung, kita akan melihat pemandangan berupa hamparan sawah dengan pemandangan hutan jati yang masih alami. Suasana di dalam museum tersasa sangat sejuk. Bagi yang suka mengabadikan momen bersama keluarga dan sahabat, museum ini bisa dijadikan spot foto yang keren.
Daerah Ngebung merupakan “bengkel” Sangiran atau disebut Sangiran Flakes Industry karena banyak ditemukan alat serpih atau fosil peralatan yang digunakan manusia purba di desa ini ditemukan beberapa bukti bahwa manusia pada jaman itu telah mampu membuat alat batu. Temuan alat batu pertama di Ngebung adalah serpih dari bahan kalsedon dan jasper, yang ditemukan tahun 1934 oleh G.H.R. Von Koeningswald. Berikutnya R.P Doejono menemukan kapak penetak (Chopper) dalam eskavasi tahun 1979. Penelitian tahun 1989-1994 oleh tim Indonesia-Prancis menemukan kapak pembelah (Cleaver), kapak penetak, batu pukul (Percuator), dan bola andesit (stone ball).
Hasil penemuan itu disimpan dalam tiga ruang pamer di dalam museum Klaster Ngebung. Ruang pamer pertama menggambarkan bagaimana penemuan fosil serta penggalian di Desa Ngebung. Di sini dapat melihat bagaimana proses penggalian fosil. Kita dapat melihat banyak pekerja yang dilibatkan baik itu ahli maupun masyarakat setempat. Ruang pamer kedua terdapat beberapa lukisan penemu situs manusia purba dan potongan-potongan hasil dari penggalian serta bentuk pengobatan ramuan Cina. Ruang pamer ketiga berisikan suasana kelas yang menggambarkan sejarah dari Desa Ngebung sebagai “bengkel” (Flakes Industry). Masih diruangan yang sama namun agak masuk kedalam terdapat kerangka Stegodon atau gajah purba yang ditemukan di Desa Ngebung.
sumber : http://www.sragen.go.id/berita-1498-museum-sangiran-klaster-ngebung.html
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja