|
|
|
|
Museum Rumah Wafat W.R. Supratman Tanggal 02 Jan 2019 oleh Roro . |
Rumah di Jalan Mangga 21, tempat WR Soepratman wafat (Foto: Michelle Alda Gunawan)
Wage Rudolf Soepratman dilahirkan di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Purworejo dan wafat di Jalan Mangga 21 Surabaya. Rumah wafat pencipta lagu Indonesia raya itu kini telah menjadi museum sekaligus menjadi bangunan cagar budaya di Surabaya.
"Jadi dulu rumah ini adalah rumah kakak pertama WR Soepratman, Roekiyem Soepratijah. Pada tahun 1937 WR Soepratman pindah dari Pemalang ke Surabaya dan tinggal di sini. Ia juga meninggal disini pada tanggal 17 Agustus 1938," papar penjaga museum rumah wafat WR Soepratman Ahmad Saifuna Arif (27) kepada detikcom, Minggu (29/10/2017).
Pada saat WR Soepratman tinggal, rumah wafat itu dihuni oleh 4 orang, yaitu WR Soepratman dan keluarga Roekiyem.
"Dulu ada 4 orang disini yaitu Roekiyem, WR Soepratman, anak dari Roekiyem yang bernama Dedi Ferdinand, dan suami Bu Roekiyem yang bernama W.M Van Eldik," ujar Arif.
Rumah kecil dengan luas 5x10 meter itu memiliki dua kamar. Kamar di sebelah kanan merupakan kamar keluarga Roekiyem dan kamar di sebelah kiri adalah kamar WR Soepratman. Pada kamar WR Soepratman terdapat kasur miliknya yang dibawa langsung dari Purworejo.
"Sebelah sini (kanan) kamar Roekiyem dan ini (kiri) adalah kamar WR Soepratman saat tinggal di sini. Ini adalah kasur milik WR Soepratman dari Purworejo. Baru datang dua minggu yang lalu itu," kata Arif sambil menunjukkan sekaligus menjelaskan seisi ruangan.
Sebagai penjaga rumah wafat WR Soepratman selama satu tahun, Arif mengaku mengagumi sosok WR Soepratman. Kecintaan WR Soepratman terhadap Indonesia adalah salah satu alasan yang dapat dipelajari Arif dari WR Soepratman.
"Banyak yang bisa dipelajari dari Pak WR Soepratman, salah satunya adalah cintanya terhadap Indonesia, dia nggak memikirkan diri sendiri, dia lebih memikirkan bangsa Indonesia," ujarnya.
Kata-kata terakhir WR Soepratman sebelum ia meninggal kepada saudara iparnya mengenang di hati Arif. Saat mengucapkan kata-kata terakhir WR Soepratman, terlihat mata Arif berkaca-kaca. Ia mengaku ketika mengucapkan kata terakhir pahlawan nasional itu, ia seringkali menangis haru.
"Dia ngomong sama Pak Oerip Kasan Senari, saudara iparnya seperti ini 'mas nasibku sudah begini, inilah yang disukai oleh pemerintah Hindia Belanda biarkan saya meninggal, saya ikhlas, saya toh sudah beramal, berjuang, dengan caraku, dengan biolaku. Saya yakin Indonesia pasti merdeka'. Itu adalah kata-kata terakhir beliau yang bisa saya kenang," ujar Arif berkaca-kaca.
Di Hari Sumpah Pemuda ini, pengunjung rumah wafat WR Soepratman lebih banyak dari biasanya. Biasanya memang ada segelintir orang yang berkunjung namun tidak sebanyak ketika perayaan hari nasional seperti Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, dan lain-lain.
sumber : https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3704483/melihat-rumah-wafat-wr-soepratman-di-surabaya
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |