Jaje begina terbuat dari beras ketan. Di Bali, warga membuatnya menjelang perayaan upacara keagamaan seperti Galungan, Kuningan dan sebagainya. Jaje Begina berbentuk bulat umumnya dibuat berdiameter antara 7-12 Cm dengan ditambah bulatan merah di tengahnya. Sekilas nampak seperti "bola mata". Jaje Begina memiliki makna filosofis-penghormatan semesta raya. Membuat Jaje begina tidak sulit. Beras ketan di rendam selama dua jam, ditiriskan, lalu di kukus. Setelah setangah jam diangkat dan ditaruh dalam baskom. Kemudian di campur air dingin, diaduk dan ditiriskan. Kemudian dikukus lagi hingga matang sempurna. Kemudian diaduk dengan taburan garam secukupnya. Ada juga di campur gula aren untuk membuat tampilan warna merah/kecoklat-coklatan. Tahap berikutnya Jaje Begina di bentuk (di pepel), dan ditaruh diatas tikar anyaman. Kemudian di jemur di bawah terik matahari. Jika penjemuran sempurna, dua hari penjemuran Jaje Begina mentah sudah kering, dan siap digoreng dengan minyak kelapa asli (m...
Mesuryak; bersorak atau berteriak merupakan tradisi di desa Bongan Tabanan, Bali yang digelar tradisi ini digelar setiap 6 bulan sekali (210 hari dalam kalender Bali) tepatnya pada hari raya Kuningan atau 10 hari setelah hari Raya Galungan. Makna Tradisi Mesuryak Untuk memberi bekal dan mengantarkan roh leluhur kembali ke alam nirwana dengan rasa suka cita. Oleh umat Hindu para roh leluhur turun ke dunia di saat hari Raya Galungan dan kembali ke surga di Hari Raya Kuningan, dan oleh warga desa Bongan Tabanan diberikan perbekalan seperti beras dan juga uang sehingga dilakukan tradisi Mesuryak. Setelah sepuluh hari roh leluhur bersama keluarga di dunia, maka pada hari Raya Kuningan diantarkan kembali dengan suka cita, bersorak beramai-ramai dalam tradisi Mesuryak tersebut. Dalam tradisi tersebut warga melempar uang ke udara diperebutkan oleh warga lainnya, sambil bersorak gembira dan beramai-ramai, pelaksanaannya secara bergiliran. Sebelum acara puncak da...
Masyarakat Suku Bugis yang berasal dari P ulau Sulawesi terkenal sebagai masyarakat perantau. Mereka hidup berkelompok dalam suatu wilayah dan lazimnya hidup dipinggir laut, karena masyarakat Bugis adalah pelaut. Masyarakat Bugis saat ini bisa dikatakan sudah menyebar pada segala penjuru nusantara, dan membentuk kelompok-kelompok organisasi kebugisan. Di media sosial seperti Facebook sudah ada akun masyarakat Bugis yakni "Bugis Sedunia". Di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat pun masyarakat Bugis sudah ratusan tahun hidup terutama di Desa Soro, Kecamatan Kempo, sekitar 20 kilometer dari pusat kota. Bahkan di tengah kota Dompu, ada salah satu lingkungan namanya Kampung Bugis, keturunan mereka berasal dari Bugis. Suku Bugis adalah potret masyarakat yang agamis, mayoritas mereka beragama Islam. Selain beragama, suku Bugis memiliki nilai-nilai adat dan budaya yang terkenal dan cukup kental, salah satunya tradisi "Cera Labu". Pelaksanaan Cera Labu dilakukan d...
Pariwisata Jombang bagian utara sedikit kurang diekspos. Padahal, wilayah bagian utara Ringin Conthong itu dulunya diduga merupakan bagian dari ibukota Kerajaan Mdang yang didirikan Mpu Sndok dan wilayah yang akrab dengan Prabu Airlangga pendiri Kerajaan Kahuripan. Salah satu peninggalan Sang Prabu bahkan masih ada dan menjadi ikon wisata Kecamatan Kudu ; Sendang Made. Sendang Made adalah situs petilasan bersejarah peninggalan Prabu Airlangga. Sendang Made berasal dari kata sendang yang artinya kolam dan Made yang merupakan nama desa dimana kolam-kolam yang tak pernah kering itu berada. Sendang Made dulu dikenal sebagai Dempo Madukoro, yang mungkin kemudian disingkat menjadi ‘dema’ dan dibalik menjadi Made yang lalu menjadi nama desa. Dinamakan sendang, karena ada banyak kolam di kompleks petilasan Raja Airlangga ini. Ada satu kolam utama berukuran sekitar 8 x 11 meter yang dinamakan Sendang Gede. Ada kolam-kolam lain yang berukuran lebih kecil di s...
Satu lagi yang secara rutin dilakukan oleh masyarakat Hindu ialah Hari Raya Tumpek Landep. Upacara ini dilaksanakan setiap 6 bulan sekali dalam sistem pengkalenderan Hindu atau 210 hari sekali. Tujuannya ialah untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang termanifestasi dalam wujud Dewa Senjata (Pasupati). Upacara ini telah dilakukan secara turun-temurun hingga kini, dimana dengan semakin majunya zaman berbagai benda yang mengandung unsur besi sebagaimana yang terkandung dalam makna kata “Landep” sendiri diberikan hiasan khusus dari janur yang disebut dengan Tamian. Ketika dalam perhelatan upacara tersebut, benda-benda yang mengandung unsur logam dijadikan sebagai sajen supaya bisa mempermudah dan memperlancar berbagai kegiatan manusia dalam menjalani segala aktifitas kesehariannya. Bali ialah suatu daerah yang kental sekali perpaduan unsur budaya, adat istiadat, maupun kepercayaan, sehingga ketika Anda datang ke Bali bukan hanya...
Mungkin banyak orang diluar masyarakat Hindu hanya mengenal Hari Raya Nyepi atau Galungan saja. Padahal Umat Hindu memiliki beberapa Hari Besar Keagamaan lainnya, termasuk didalamnya Hari Raya Saraswati. Hari Raya Saraswati? Apa itu? Masyarakat Hindu memprecayai bahwa Hari Raya Saraswati merupakan hari ilmu pengetahuan, dimana Sang Hyang Widhi telah menciptakan ilmu pengetahuan bagi umat manusia supaya bisa menyelaraskan dirinya dengan alam. Hari Raya Saraswati ini dirayakan oleh penganut Hindu di Indonesia setiap 210 hari sekali atau setiap 6 bulan, yang dalam sistem perhitungan kalender Jawa hari raya ini jatuh pada hari Sabtu. Kata Saraswati sendiri berasal dari bahasa Sangsekerta yang memiliki makna mengalir. Sehingga dalam penguraiannya lebih jauh lagi, Saraswati memiliki makna air yang mengalir dari ketinggian menuju danau atau kolam. Kata Saraswati dalam Veda memiliki arti merupakan mantra pujaan. Banya...
Salah satu yang menjadi daya tarik dan keunikan berwisata di Bali adalah perayaan hari besar keagamaan seperti Hari Raya Galungan. Hari raya ini diperingati oleh seluruh masyarakat Bali yang beragama Hindu. Selain sebagai upacara seremonial keagamaan bisa dipastikan para turis asing maupun lokal kerap ikut ambil bagian dalam perayaan upacara megah tersebut, minimal sebagai pengambil gambar alias jujur keker. Kata “Galungan” sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti “menang”. Kata Galungan juga memiliki makna yang serupa dengan “Dungulan” yakni berarti menang. Sementara Hari Raya Galungan merupakan hari kemenangan Dharma melawan Adharma yakni kemenangan kebenarana atas kebathilan lewat restu Sanghyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Galungan ini diadakan setiap 6 bulan sekali atau 210 hari (yang dalam sistem pengalenderan Hindu-Bali satu bulannya terdiri dari 35 hari. Hingga kini sebenarnya bel...
Sebagai daerah yang mayoritas penduduknya bergama Hindu membuat Bali banyak memiliki pura yang dipergunakan untuk sarana peribadatan masyarakat setempat, sekaligus juga dijadikan sebagai objek wisata. Salah satu dari sekian banyak pura yang terdapat di Bali adalah Pura Tambangan yang juga memiliki keistimewaan laiknya pura-pura yang lain. Adapun dewa yang dipuja di pura ini ialah Dewa Siwa sebagai manifestasi dari Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Pura ini memiliki sejarahnya yang panjang dan merupakan pura yang memiliki konsep Tri Mandala sama halnya dengan pura-pura lainnya di Bali. Pura Tambangan juga merupakan Pura Kahyangan Jagat Tiga yang begitu diistimewakan oleh masyarakat sekitar. Meriam Tua Ada yang menarik dari pura ini yang tak terdapat di pura-pura yang lainnya yakni keberadaan dua buah meriam tua yang posisinya persis berada di kanan dan kiri Nista Mandala. Dua buah meriam ini dinamai Gora dan Gori laiknya kucing...
Ribuan pengunjung yang datang, baik masyarakat lokal maupun luar daerah. bahkan dari luar provinsi pun datang mengahadiri acara adat tahunan, Je’ne Je’ne sappara sebagai ikon tersendiri di Jeneponto. Jelas Ihsak Tumpu Rabu (24/2/2016). “Pengunjung adat tahunan Je’ne Je’ne Sappara ini ada dari luar kota dan terkhusus juga masyarakat Borontala di Kabupten Jeneponto, ini juga merupakan Ikon tersendiri” Pada kegiatan ini, Bupati Jeneponto Iksan Iskandar bersama Wakil Bupati Mulyadi Mustamu disambut dengan pengalungan Sarung dan adat anggaru dan beberapa pasukan kuda sebagai wujud penghargaan budaya Desa Borongtala Kecamatan Tamalatea Jeneponto, juga hadir Sejumlah Pejabat Kadis Pemkab bersama rombongan Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto Camat Tamalatea, Jajaran Kepolisian Polres Jeneponto, Jajaran Damdim serta ribuan pengunjung Jene Jene Sappara di Pantai Tubereka. Iksan Iskandar sangat senang dengan pelestarian Budaya Jene Jene Sappara ini...