×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Jawa Timur

Sendang Made

Tanggal 15 May 2018 oleh Addinalfikriyah .

Pariwisata Jombang bagian utara sedikit kurang diekspos. Padahal, wilayah bagian utara Ringin Conthong itu dulunya diduga merupakan bagian dari ibukota Kerajaan Mdang yang didirikan Mpu Sndok dan wilayah yang akrab dengan Prabu Airlangga pendiri Kerajaan Kahuripan. Salah satu peninggalan Sang Prabu bahkan masih ada dan menjadi ikon wisata Kecamatan Kudu ; Sendang Made. Sendang Made adalah situs petilasan bersejarah peninggalan Prabu Airlangga. Sendang Made berasal dari kata sendang yang artinya kolam dan Made yang merupakan nama desa dimana kolam-kolam yang tak pernah kering itu berada. Sendang Made dulu dikenal sebagai Dempo Madukoro, yang mungkin kemudian disingkat menjadi ‘dema’ dan dibalik menjadi Made yang lalu menjadi nama desa. 

Dinamakan sendang, karena ada banyak kolam di kompleks petilasan Raja Airlangga ini. Ada satu kolam utama berukuran sekitar 8 x 11 meter yang dinamakan Sendang Gede. Ada kolam-kolam lain yang berukuran lebih kecil di sekitar Sendang Made. Setiap kolam bahkan punya nama sendiri-sendiri, yaitu :

·        Sendang Payung

·        Sendang Padusan

·        Sendang Sinden

·        Sendang Omben

·        Sendang Drajat

Tidak ada bukti apapun yang membuktikan bahwa Sendang Made adalah peninggalan Raja Airlangga. Namun Cerita turun-temurun sudah menjadi bukti paling kuat yang merujuk pada sejarah tempat ini. Ada kemungkinan Sang Prabu menggunakan nama 'Made' sebagai nama samarannya ketika dalam pelarian, yang kemudian menjadi asal-usul nama desa.  Awal ceritanya, Sang Raja yang merupakan seorang pangeran dari Bali ini sedang melangsungkan pernikahan dengan putri Dewi Sekarwati yang merupakan anak dari paman matrilinealnya. Ketika pesta pernikahan sedang digelar, tiba-tiba ada serangan dari tentara Raja Wura-Wuri dari Tulungagung. Sang Pangeran Bali dan pengantinnya  lari ke pedalaman Made di Jombang ditemani ‘asistennya’ Mpu Narotama dan pengikutnya termasuk para dayang.

Pedalaman Made yang dipilih untuk lokasi persembunyian adalah lokasi Wisata Sendang Made sekarang. Dulunya, Desa Made adalah hutan belantara, sehingga lokasi ini dirasa cukup aman dari kejaran tentara Tulungagung yang memburunya. Lokasi itu kemudian menjadi rumah persembunyian Sang Raja. Sang Prabu ditemani ‘asistennya’ Mpu Narotama dan para dayang hidup selama tiga tahun di Sendang Made. Selama masa pelarian ini Raja Airlangga menyamar menjadi rakyat biasa yang bekerja sebagai pembuat kerajinan, pengrajin emas, dan sesekali berprofesi sebagai grup kesenian keliling.  Selain sebagai destinasi wisata sejarah petilasan Raja Airlangga, Sendang Made juga menjadi destinasi wisata budaya karena adanya ritual adat kungkum yang rutin dilakukan di Sendang Made. Kungkum yang dalam bahasa Jawa artinya berendam atau mandi di kolam, dulunya dilakukan oleh Raja Airlangga. Sang Prabu dulunya sering melakukan nyepi di kolam ini. Aktivitas nyepi ini semacam meditasi yang dilakukan dengan mandi berendam dalam sendang. Kolam-kolam ini semacam ‘bath tube’ yang berfungsi sebagai tempat Sang Raja membersihkan diri, tapi dalam versi alami dan tradisionalnya. Bisa jadi, setelah mandi beliau tampak bersih dan segar setelah tandak ngamen keliling, sehingga penampilannya makin menarik dan makin laris sebagai pengamen. 

Karena makin laris dalam aktivitasnya dalam tandak ngamen, masyarakat pun meyakini dengan melakukan ritual ini akan laris tanggapan seperti yang dialami Raja Airlangga saat menyamar menjadi pengamen. Selain itu keinginan Sang Prabu juga terpenuhi. Dari kisah ini akhirnya muncul tradisi kungkum yang digelar setiap tahun pada bulan Suro. Ritual kungkum alias berendam ini kemudian menjadikan Sendang Made sebagai lokasi jujugan para sinden, atau siapapun yang ingin mendapatkan ‘kejayaan’ dalam karirnya. Dipercaya, siapa yang melakukan ritual kungkum di dalam kolam Sendang made akan mendapat apa yang diinginkan dan mitos-mitos itu seakan menjadi kenyataan. Menurut Mbah Supono Sang Juru Kunci, berendam dalam kolam hanya sebagai media. Meminta hajat tetap pada Allah Sang Pencipta, dan yang paling penting adalah keyakinan. Orang-orang yang kungkum di Sendang Made umumnya memiliki harapan tersediri. Biasanya, orang yang ingin peningkatan dalam karirnya segera terwujud, atau dalang makin terampil dalam menggerakkan lakonnya. Para sinden juga kemari berharap suara sinden tersebut bisa semerdu istri Sang Prabu, yang diduga kuat berperan menjadi ‘vokalis’ Sang Raja saat menyamar menjadi pengamen keliling.

 

Ritual ini dilakukan sendiri oleh yang memiliki hajat dengan berendam (maaf) telanjang dalam salah satu kolam yang diinginkan, dengan didampingi oleh Sang Juru Kunci yang memandu dari di tepi kolam. Seluruh tubuh dicelupkan ke dalam air hingga tiga kali sambil berdoa meminta kepada Yang MahaKuasa. Banyak kepala desa maupun artis yang konon sudah melakukan ritual ini. Termasuk Inul Daratista yang kini sudah menjadi pedangdut papan atas tanah air. Ritual ‘privat’ ini dilakukan tak hanya di siang hari, tapi juga tengah malam. Tak heran inilah mengapa Sendang Made buka 24 jam, mengingat banyaknya pengunjung yang ingin melakukan ritual dalam waktu tertentu sesuai amalan yang dipercaya mampu mengabulkan keinginan. Contohnya di malam kamis legi, lokasi ini pasti ramai oleh para peziarah yang mencari wangsit maupun berkunjung ke petilasan. Sedangkan ritual ‘pelantikan’ sinden biasanya dihelat setahun sekali di Bulan Suro, dan dilakukan bersamaan. Seorang perempuan yang akan menjadi sinden, atau Sang Dalang dalam pementasan wayang harus dimandikan terlebih dahulu di Sendang Made, karena mengikuti aktivitas yang menjadi cikal bakal ritual yang dilakukan Raja Airlangga selama tergabung dalam grup kesenian keliling. Ritual mandi di Sendang Made adalah sebuah perlambang untuk terjun ke dunai seni tradisional dari berbagai macam profesi seni. 

Kumkum sinden ini juga dilakukan untuk pembersihan jiwa semua pelaku seni agar selalu menghasilkan karya yang semakin baik. Selain itu juga sebagai bentuk penobatan profesionalisme, tujuan agar tidak terjadi kesenjangan diantara sesama seniman. Biasanya ada puluhan sinden dan dalang yang hadir untuk ‘diwisuda’, yang bertujuan supaya suaranya makin merdu dan orderan manggung tak pernah surut. Ritual penglaris ini juga dipercaya membuat para sinden dan dalang menjadi awet muda serta auranya terpancar. Beberapa orang meyakini, sinden yang pernah mandi di Sendang Made selalu tampak anggun dan mempesona. Prosesi unik dimulai dengan mengguyur air sendang ke tubuh para peserta ritual. Dengan kebaya merah dan jarik, para sinden ini berjajar untuk melakukan ritual kungkum. Saat air sendang diguyurkan oleh tokoh masyarakat setempat, para calon sinden dan dalang dianjurkan berdoa meminta apa yang diinginkan kepada Yang MahaKuasa. Lalu dituangkan air yang sudah diberi doa ke dalam guci yang boleh dibawa pulang oleh para peserta pelantikan. Setelah selesai dilantik sebagai sinden, para peserta penobatan dikalungkan selendang hijau yang menandakan mereka sudah sah sebagai sinden. Selendang hijau yang dikalungkan tampak kontras dengan kebaya merah yang mereka kenakan. Kebaya merah adalah jati diri mereka dan pengalungan selendang hijau sebuah perlambang para sinden ini resmi masuk dalam dunia seni tradisional. Merah dipadukan dengan hijau, sesuai dengan warna perlambang kota Jombang. 

Destinasi wisata ini masih benar-benar alami dan kuno, sehingga masih banyak diperlukan penataan. Kolam yang ada di Kompleks Sendang Made masih terjaga dengan aman. Bangunan-bangunan tersebut juga dilarang untuk dirombak karena ada kepercayaan khusus yang masih dipegang teguh pengelola dan juru kunci. Entah apa tujuan dari pantangan ini, setidaknya dengan adanya larangan ini nilai historis dari Sendang Made masih terjaga.

https://gapurajombang.wordpress.com/2014/05/04/situs-sendang-made/

Sendang Made
Sendang Made
Sendang Made Jombang

DISKUSI


TERBARU


ANALISIS FENOME...

Oleh Keishashanie | 21 Apr 2024.
Keagamaan

Agama Hindu Kaharingan yang muncul di kalangan suku Dayak sejak tahun 1980. Agama ini merupakan perpaduan antara agama Hindu dan kepercayaan lokal su...

Kue Pilin atau...

Oleh Upikgadangdirantau | 20 Apr 2024.
Kue Tradisional

Kue pilin atau disebut juga kue bapilin ini adalah kue kering khas Sumatera Barat.Seperti namanya kue tradisional ini berbentuk pilinan atau tamb...

Bika Panggang

Oleh Upikgadangdirantau | 20 Apr 2024.
kue tradisional

Bika Panggang atau bisa juga disebut Bika bakar merupakan salah satu kue tradisional daerah Sumatera Barat. Kue Bika ini sangat berbeda dengan Bika...

Ketipung ngroto

Oleh Levyy_pembanteng | 19 Apr 2024.
Alat musik/panjak bantengan

Ketipung Ngroto*** Adalah alat musik seperti kendang namun dimainkan oleh dua orang.Dalam satu set ketipung ngroto terdapat 2 ketipung lanang dan we...

Rek Ayo Rek

Oleh Annisatyas | 19 Apr 2024.
Seni

Lagu Rek Ayo Rek adalah salah satu lagu asli Surabaya. Lagu ini diciptakan dengan bahasa khas "Suroboyo-an" oleh Is Haryanto. Rek Ayo Rek j...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...