Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera Utara . Terbuat dari kayu, rumah ini mempunyai atap segitiga yang melengkung, serta terdapat ruang di bagian bawah yang biasanya menjadi kandang bintang. Bagi masyarakat Batak, rumah ini tampak seperti seekor kerbau yang sedang berdiri. Pembangunan rumah adat suku Batak ini dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat Batak. Rumah ini berbentuk seperti rumah panggung yang disangga oleh beberapa tiang penyangga. Rumah Balai dibagi berdasarkan ukuran dan berdasarkan gorga. Berdasarkan ukuran : Ruma Bolon , adalah rumah yang paling besar dan menjadi ajang pamer antar -Huta. Memerlukan tenaga dan dana yang besar. Jabu Parbale-balean , adalah rumah yang ukurannya kecil, lebih murah dan cepat dibangun.  ...
Sungguh sangat unik jika dilihat kegiatan pindah rumah dengan diangkat pakai tangan manusia secara bergotong royong masih dapat dijumpai di Desa Aek Banir, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Provinsi Sumatera Utara (Sumut).Tradisi angkat rumah secara beramai-ramai ini dikenal dengan sebutan di Mandailing "Mamiang Bagas" dipindahkan rumah ke lokasi yang baru. Pola ini sebagai pertanda bahwa sifat gotong royong masih terjaga di Kabupaten Madina Sumut. Biasanya hal ini di umumkan dari mesjid yang ada di desa itu tepatnya seusai shalat jum'at, para jama'ah pun sudah memahami jika di antara petugas mesjid langsung berdiri di depan dan menyampaiakan hal Mamiang Bagas. "Memang Mamiang bagas atau mengangkat rumah ini sudah turuntemurung dari nenek kita sejak jaman dulukala" ujar Torkis Lubis, Tokoh masyarakat setempat kepada Okezone, baru-baru ini.Puluhan warga mengangkat sebuah rumah kayu secara beramai-ramai ke tempat baru. Suara teriakan para pengan...
Tradisi “Marbinda” bagi orang Batak Toba sudah berlangsung turun temurun. Marbinda merupakan tradisi masyarakat Batak menyembelih hewan kemudian dibagikan pada warga. Setelah agama Kristen masuk ke Tanah Batak, tradisi ini pun dilakukan pada saat menyambut Natal dan Tahun Baru. Marbinda bertujuan untuk merawat kebersamaan, memeriahkan Natal serta mensyukuri berkat yang telah didapat selama satu tahun sekaligus menyongsong Tahun Baru dengan penuh suka cita. Hewan yang dibeli berasal dari uang yang dikumpulkan dari setiap warga. Hewan itu disembelih dan dipotong-potong untuk diberikan kepada warga. Pada umumnya warga yang mendapat adalah mereka yang ikut ikut berpartisipasi dalam pengumpulan dana. Tetapi tidak tertutup kemungkinan juga dibagi kepada masyarakat yang tidak mampu yang ada di kampung itu. “Tahun ini kami tetap melakukan Marbinda. Natal kemarin kami motong. Dan rencananya tanggal 31 juga akan motong. Setiap tahun di kampung ini kami Marbinda,&...
BODAT MARSIHUTUAN Bak Kera mencari kutu temannya, inilah lambang gotong royong dan sama bekerja untuk mencapai tujuan. Sumber : Arsip Suku Batak Simalungun Sumber : https://andosipayung.wordpress.com/2013/12/27/ornamen-suku-simalungun/
Baju Adat Daerah Sumatera Utara – Pakaian Batak Simalungun Suku Batak memang miliki beberapa sub yang pada umumnya disesuaikan dengan posisi tempat tinggal mereka. Demikian pula dengan Suku Batak Simalungun. Suku Batak Simalungun memang kebanyakan tinggal di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya. Penggunaan kain ulos merupakan salah satu ciri pakaian adat Sumatera Utara. Demikian pula dengan pakaian adat Simalungun ini. Hanya saja di Simalungun kain ulos disebut dengan Kain Hiou. Pengenaan pakaian adat Batak Simalungun ini akan dilengkapi dengan beragam aksesoris, misalnya penutup kepala dan kain samping. Penutup kepala yang dikenakan laki-laki disebut Gotong, untuk perempuan disebut Bulang, sementara kain sampingnya disebut Suri-suri. https://www.silontong.com/2018/04/24/pakaian-daerah-sumatera-utara/
Dalam proses perubahan kebudayaan khususnya di pedesaan terjadi pergeseran nilai-nilai budaya. Hal ini mempengaruhi bentuk dan sifat gotong royong yang ada pada masyarakat bersangkutan. Kenyataan menunjukkan adanya perubahan sistem yang baru. Bahkan ada bentuk gotong royong yang sudah punah menghilang dari kebudayaan suatu masyarakat. Oleh karena itu dianggap perlu adanya usaha inventarisasi dan dokumentasi sistem gotong royong sebelum berubah dan menghilang dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia. Sumber: http://repositori.kemdikbud.go.id/7684/
Idul Fitri atau Lebaran merupakan salah satu hari besar yang ikut dirayakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam. Dalam menyambut Lebaran, masyarakat di Tanah Air biasanya merayakannya dengan berbagai tradisi yang ada di masing-masing daerah. Di Sumatera Utara khususnya di Mandailing Natal, ada satu tradisi yang biasa dilakukan masyarakat dalam menyambut lebaran, yaitu Mangalomang. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu dan turun-temurun hingga sekarang. Mangalomang berasal dari bahasa daerah Mandailing Natal, yang artinya memasak beras ketan memakai santan kelapa dan garam di dalam bambu atau memasak lemang. Ini merupakan tradisi yang dilaksanakan setiap hari besar Islam, seperti Idul Adha dan Idul Fitri. Tradisi ini hingga kini masih terus di lakukan para kaum perempuan di Mandailing Natal. Proses Mangalomang sendiri tergolong unik. Tradisi ini dilakukan oleh warga dengan bahu membahu memasak lemang yang dipanaskan di atas api yang besar. Saat proses pembuatan, warg...
Semua ukiran dan kehidupan pada zaman megalitik di Nias Selatan, menggunakan batu sebagai unsur bahan utamanya, maka memahat batu menjadi bagian dari kehidupan orang-orang Nias zaman dahulu. Proses memahat tidak hanya menghasilkan bentuk ukiran, tetapi juga bentuk-bentuk bunyi. Terlebih pada jenis bebatuan yang dapat memproduksi bunyi bernada. Lihatlah artefak batu-batu bundar tempat perempuan dahulu menari, ketuklah, lalu dengar varian bunyi nya yang unik. Maka orang-orang Nias Zaman dulu, dapat dikatakan tidak terlepas dari memproduksi unsur bunyi-bunyian yang khas. Dari sinilah, Feta Batu, kreasi musik dari batu itu lahir. perpaduan antara batu dan alat musik tradisi serta modern berpadu, perpaduan nada-nada peradaban. iman. Semua ukiran dan kehidupan pada zaman megalitik di Nias Selatan, menggunakan batu sebagai unsur bahan utamanya, maka memahat batu menjadi bagian dari kehidupan orang-orang Nias zaman dahulu. Proses memahat tidak hanya menghasilkan bentuk ukiran, tetapi...
Secara umum Ulos Ragi Hidup dapat dipakai pada acara adat Batak baik upacara suka dan duka. Pada jaman dahulu dipakai juga untuk “mangupa tondi” (mengukuhkan semangat) seorang anak yang baru lahir. Ulos ini juga dipakai oleh suhut si habolonan (tuan rumah). Ini yang membedakannya dengan suhut yang lain, yang dalam versi “Dalihan Na Tolu” disebut dongan tubu (satu marga). Konon Ulos Ragi Hidup menunjukkan status sosial dan ekonomi seseorang, dulu hanya raja-raja dan masyarakat menengah keatas yang memakainya. Dalam system kekeluargaan orang Batak. Kelompok satu marga ( dongan tubu) adalah kelompok “sisada raga-raga sisada somba” terhadap kelompok marga lain. Ada pepatah yang mengatakan “martanda do suhul, marbona sakkalan, marnata do suhut, marnampuna do ugasan”, yang dapat diartikan walaupun pesta itu untuk kepentingan bersama, hak yang punya hajat (suhut sihabolonan) tetap diakui sebagai pengambil kata putus (putusan terakhir). Jadi dengan menggunakan Ulos Ragi Hidup menjadi satu p...