|
|
|
|
Marbinda Tanggal 22 Dec 2018 oleh Hamzahmutaqinf . |
Tradisi “Marbinda” bagi orang Batak Toba sudah berlangsung turun temurun. Marbinda merupakan tradisi masyarakat Batak menyembelih hewan kemudian dibagikan pada warga. Setelah agama Kristen masuk ke Tanah Batak, tradisi ini pun dilakukan pada saat menyambut Natal dan Tahun Baru.
Marbinda bertujuan untuk merawat kebersamaan, memeriahkan Natal serta mensyukuri berkat yang telah didapat selama satu tahun sekaligus menyongsong Tahun Baru dengan penuh suka cita.
Hewan yang dibeli berasal dari uang yang dikumpulkan dari setiap warga. Hewan itu disembelih dan dipotong-potong untuk diberikan kepada warga. Pada umumnya warga yang mendapat adalah mereka yang ikut ikut berpartisipasi dalam pengumpulan dana. Tetapi tidak tertutup kemungkinan juga dibagi kepada masyarakat yang tidak mampu yang ada di kampung itu.
“Tahun ini kami tetap melakukan Marbinda. Natal kemarin kami motong. Dan rencananya tanggal 31 juga akan motong. Setiap tahun di kampung ini kami Marbinda,” kata salah seorang warga Ujung Serdang, Patumbak, kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (29/12/2017).
"Di sini bukan hanya orang Batak Toba tetapi juga banyak masyarakat Karo. Namun kami kompak dan bisa “Marbinda” bersama-sama. Tidak memandang suku ataupun gereja. Bagi kami semuanya sama. Yang penting kompak, lanjutnya.
Tradisi Marbinda memang masih terus dilakukan terutama di daerah-daerah pemukiman orang Batak yang ada di Sumatra Utara. Tradisi ini dinilai sarat makna, antara lain kebersamaan, kekeluargaan dan kehangatan. Masing-masing akan mendapat bagian yang sama dengan yang lainnya. Dengan kata lain, setidaknya pada momen Natal maupun Tahun Baru seperti sekarang ini, setiap orang bisa merasakan sukacita bersama.
“Tradisi Marbinda patut untuk dilestarikan. Ia bukan sekadar bagi-bagi daging. Di dalamnya ada nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan. Di dalam budaya Batak Toba itu dibilang ‘si sada hudon’. Artinya setiap orang merasakan makanan yang sama dan dari sumber yang sama,” tukas budayawan Batak Toba Batara Siahaan.
Batara menyayangkan tradisi ini tidak semeriah dulu. Bila sudah marbinda, semua warga ikut bergotong-royong. Ada yang bertugas menyembelih, membuat perapian, meracik bumbu sampai memasak. Di masa lalu, tidak hanya daging mentah yang diberikan, tetapi yang sudah dimasak. Jadi setiap warga merasakan menu yang sama.
Tidak seperti sekarang, soal selera diserahkan kepada masing-masing warga. Setelah itu dilanjutkan dengan saling mengunjungi, ketika Tahun Baru tiba. Itulah momen yang tepat untuk saling memaafkan.
“Mungkin sudah zamannya. Yang terpenting tradisi ini harus tetap dijaga. Kalau pun tidak bisa dilakukan seperti di masa lalu, yang penting semangat kebersamaan itu masih ada,” pungkasnya.
Sumber:
http://www.medanbisnisdaily.com/news/online/read/2017/12/29/18881/marbindatradisi_masyarakat_batak_toba_sambut_tahun_baru/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |