Berdasarkan ketentuan adat, setiap wanita yang memasuki usia remaja harus terampil melakukan Muna ro Medi , yang merupakan kegiatan kaum ibu guna meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga. Perintah adat tersebut dipatuhi oleh seluruh wanita Mbojo sampai Tahun 1960-an. Sejak usia dini anak-anak perempuan dibimbing dan dilatih menjadi penenun “ Ma Loa Ro Tingi ” (terampil dan berjiwa seni). Bila kelak sudh menjadi ibu rumah tangga mampu meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga. Keberhasilan kaum wanita dalam meningkatkan mutu dan jumlah hasil tenunannya, memikat hati para pedagang dari berbagai penjuru Nusantara. Mereka datang ke Bima dan Dompu selain membeli hasil alam dan bumi, juga untuk membeli hasil tenunan Mbojo seperti Tembe (Sarung), Sambolo (Destar) dan Weri (Ikat pinggang). Sebagai masyarakat Maritim, pada waktu yang bersamaan para pedagang Mbojo, berlayar ke seluruh Nusantara guna menjual barang dagangannya, termasuk hasil tenunan seperti T...
Disebuah desa kecil, hiduplah sepasang suami istri yang baru saja dikaruniai anak.Telah lama mereka menanti kehadiran sang buah hati, Seorang bayi lelaki yang tampan dan lucu. Anak itu mereka beri nama La Golo, yang artinya adalah Pembuka Jalan. Kedua orangtua La Golo sangat berharap nantinya sang bayi mungil tumbuh menjadi pria dewasa yang gagah berani, membuka lahan untuk pertanian dan memimpin masyarakat dengan bijaksana. Sayangnya, La Golo tak seperti harapan ayah ibunya. Sejak kecil, sudah terlihat sifat manja dan pemalasnya. Ia suka menangis dan merengek ketika meminta sesuatu, dan merajuk jika keinginannya tidak terpenuhi. La Golo juga tidak mau membantu pekerjaan di rumah, kerjanya hanya makan dan bermalas-malasan saja. ‘’DahuIu kita beri ia nama La Golo dengan harapan agar saat dewasa nanti membawa golo atau golok keluh sang suami pada istrinya suatu malam. “Kita berharap ia mampu membuka lahan pertanian dan perkebunan baru agar sejahtera, tapi dia...
Ada sebuah ncuhi bernama Ncuhi Mawo, letaknya berdekatan dengan Ncuhi Jia. Ncuhi adalah nama daerah pemerintahan yang amat luas dan kepala pemerintahannya dipanggil menurut nama daerah yang diperintahnya. Kedua daerah ncuhi tersebut masuk daerah kekuasaan Sangaji Mbojo di Bima, Pulau Sumbawa. Ncuhi Mawo amat disegani dan ditakuti oleh ncuhi-ncuhi lain. Ia seorang ncuhi yang terkenal peberani, kebal, lagi sakti. Itulah sebabnya ia menjadi angkuh dan sombong serta suka merendahkan orang lain. Menurut adat, setiap tahun semua ncuhi yang ada di bawah kekuasaan pemerintahan Baginda berkewajiban ke istana dan menyerahkan upeti kepada Sangaji. Akan tetapi dalam tahun ini Ncuhi Mawo tidak mau menghadap. Bahkan ia menghasut rekannya ncuhi-ncuhi yang lain supaya tidak menghadap ke istana. Ia pernah berkata, “Martabatku sama saja dengan martabat Sangaji.” Ncuhi-ncuhi yang lain hanya diam saja saat mendengarnya. Namun tak ada seorang pun yang terpengaruh. Tentang pembang...
Bobo, 14 September 2006Bobo, 14 September 2006Pada zaman dahulu di Pulau Jawa, hiduplah seekor burung cantik bernama Merak.Bulunya mengkilat, berwarna indah. Lehernya panjang jenjang dengan kibasan ekor bagaikan kipas. Merak yang cantik ini mendengar cerita dari teman-temannya sesama burung. "Ada seekor burung gagah bernama Santoana. Burung ini tinggal di Pulau Sumbawa. Hanya burung inilah yang pantas menjadi jodohmu. Kamu cantik dan Santoana gagah…" Hampir setiap hari Merak mendengar kata-kata ini dari teman-temanya. Akhirnya, pada suatu hari, Merak memutuskan untuk mencari Santoana. Di suatu pagi yang dingin, Merak pun pergi meninggalkan Pulau Jawa, yang ada di pikirannya hanyalah Santoana yang tampan. Perjalanan Merak memakan waktu berhari-hari. Beberapa laut dan pulau sudah dilewati. Ketika ia bertanya pada burung di setiap pulau, jawabannya selalu sama, "Terbanglah terus! Pulau itu berada agak jauh ke timur." Jawaban dari para burung itu tidak mem...
Pada suatu hari, ada seseorang yang amat sakti bernama Tuan Guru. Ia adalah seorang pengembara dan sekaligus sebagai penyebar agama. Dalam pengembaraannya itu, suatu saat ia tiba di sebuah Gili* yang bernama Gili Terawangan. Di Gili Terawangan itu ia berjumpa dengan seorang manusia. Tuan Guru pun kemudian bertanya. “Apakah saudara pernah mempelajari agama?” “Belum,” demikianlah jawab orang yang ditanya. “Kalau demikian, maukah saudara mempelajarinya? Saya sanggup menjadi guru saudara.” “Ya, saya mau. Memang sejak lama saya berniat mempelajari agama, tetapi saya belum menemukan seorang guru. Bila tuan berkenan mengajar saya, saya pun sangat mengharapkannya.” “Baiklah saudara akan saya berikan pelajaran tentang agama.” Mulai saat itu Tuan Guru memberikan pelajaran agama. Ia memberikan berbagai macam ilmu. Di antara ilmu-ilmu yang diajarkan, ada yang bernama Ilmu Bunga Laut. Sedang ilmu yang lain melipu...
Mbolo Weki merupakan ritual atau acara adat yang menjadi ciri khas dari suku Bima. Sebelum mengenal lebih jauh apa itu Mbolo Weki. Mari kita sedikit mengenal "Bima" sebagai suku, dimana Mbolo Weki itu berasal. Bima (dalam konteks ini) dapat merujuk pada dua hal. Yaitu; nama suku, dan nama kabupaten yang berada di Provinsi NTB (Nusa Tenggara Barat). Suku Bima secara dominan, utamanya menempati dua kabupaten di NTB, yaitu Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu. Sebagai contoh, dimisalkan dalam sebuah dialog berikut, yang diawali dengan pertanyaan; "aslinya mana?". Lalu dijawab; "aslinya Bima". Maka dapat diartikan bahwa orang tersebut berasal dari Suku Bima. Namun, tidak serta-merta mengartikan orang tersebut berasal dari Kabupaten Bima. Maka, tanyalah lagi; "Bima-nya mana?". Jawabannya bisa saja seperti ini; "Bima-nya Kota Bima" atau "Bima-nya Kota Dompu". Contoh lain yang serupa adalah; A: "Aslinya mana?" B: "Aslinya Jawa" A: "oawalaaahhh, Jawa-nya mana...
Di sebuah desa di kaki Gunung Rinjani, terdapat sebutan untuk masyarakat yang tinggal di sana yaitu masyarakat yang menganut Islam Wetu Telu. Masyarakat menganggap mereka menjalankan ibadah shalat hanya tiga kali, padahal hal itu adalah keliru. Ritual ini kerap disalahpahami, sehingga dianggap sebagai agama sempalan Islam. Desa yang kabarnya masih melestarikan pratik peribadatan wetu telu adalah Karang Bajo. Berbagai stigma berkembang soal masyarakat adat ini. Beberapa yang paling populer misalnya Wetu Telu merupakan percampuran agama Hindu, Islam, dan Buddha. Itu pun diwakilkan oleh penghulu adat , serta mengukur keislaman hanya dari syahadat, pantang makan babi dan alkohol, serta berkhitan bagi kaum lelaki. Jika kita merujuk sumber sekunder, Wetu Telu dimaknai sebagai sinkretisme Hindu dan Islam. Praktik peribadatan warga Sasak di desa Bayan karenanya, dicap sebagai sempalan mazhab Sunni maupun Syiah penduduk Indonesia. Mendengar penjelasan Junan, di pikiran saya Wet...
Kue Iwel adalah kue tradisional nusantara dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kue ini bisa bertahan cukup lama, lebih kurang 5 hari karena pembuatannya melalui proses sangrai, pembakaran dan pengukusan. tekstur kue yang legit dan rasanya yang enak dan manis. Kue ini biasanya disajikan pada saat upacara tradisional masyarakat Lombok. Berikut bahan dan cara pembuatannya. Bahan-bahan 1/2 kg beras ketan hitam 1/2 butir kelapa sedang 1 sdt garam 2 buah gula merah, iris tipis 3 lbr daun pisang Cara Membuat Rendam beras ketan hitam semalaman, tiriskan, sangrai hingga kering lalu tumbuk halus, sisihkan. Bakar kelapa, bersihkan, cuci lalu parut. Campur dengan garam dan beras ketan hitam halus. Masukkan dalam dandang, tutupi daun pisang. Letakkan irisan gula merah di atas daun pisang, kukus hingga gula merah mencair. Setelah itu, keluarkan daun pisang, tumbuk kembali beras ketan hitam halus...
Pengantar Cerita rakyat merupakan dokumen kebudayaan yang dapat memberikan gambaran atau merefleksikan adat-istiadat dan tata kehidupan masyarakat. Sebuah cerita rakyat dapat mengandung berbagai macam nilai yang dapat menjadi panduan hidup masyarakat dalam berperilaku, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang akan mengarah pada pendidikan budi pekerti, sikap hidup, dan tata perilaku yang susila sehingga mampu membangun watak manusia yang luhur dan mulia (Santosa, 2010:141--142). Setiap tempat di Indonesia memiliki kebudayaan sendiri dan umumnya juga memiliki cerita rakyatnya sendiri. Hal itu disebut legenda setempat, yaitu cerita yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat dan bentuk topografi, yakni bentuk permukaan suatu daerah, apakah berbukit-bukit, berjurang, dan sebagainya (Danandjaja, 1984:75). Legenda setempat memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam rangka membangun karakter masyarakat. Jika mengingat masa kini, hadirnya gerakan globalisasi yang mengesa...