Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Legenda Nusa Tenggara Barat Sumbawa
Ncuhi Mawo
- 13 November 2018

Ada sebuah ncuhi bernama Ncuhi Mawo, letaknya berdekatan dengan Ncuhi Jia. Ncuhi adalah nama daerah pemerintahan yang amat luas dan kepala pemerintahannya dipanggil menurut nama daerah yang diperintahnya. Kedua daerah ncuhi tersebut masuk daerah kekuasaan Sangaji Mbojo di Bima, Pulau Sumbawa.

Ncuhi Mawo amat disegani dan ditakuti oleh ncuhi-ncuhi lain. Ia seorang ncuhi yang terkenal peberani, kebal, lagi sakti. Itulah sebabnya ia menjadi angkuh dan sombong serta suka merendahkan orang lain.

Menurut adat, setiap tahun semua ncuhi yang ada di bawah kekuasaan pemerintahan Baginda berkewajiban ke istana dan menyerahkan upeti kepada Sangaji. Akan tetapi dalam tahun ini Ncuhi Mawo tidak mau menghadap. Bahkan ia menghasut rekannya ncuhi-ncuhi yang lain supaya tidak menghadap ke istana. Ia pernah berkata, “Martabatku sama saja dengan martabat Sangaji.” Ncuhi-ncuhi yang lain hanya diam saja saat mendengarnya. Namun tak ada seorang pun yang terpengaruh.

Tentang pembangkangan Ncuhi Mawo, Baginda Sangaji telah mengetahuinya. Maka dipanggilnya semua ncuhi bawahannya untuk mengadakan sidang khusus.

“Sampai akhir tahun ini Ncuhi Mawo tidak datang memenuhi kewajibannya. Barangkali Anda ada yang mengetahui keadaaan Ncuhi Mawo yang sebenarnya? Harap Anda semua memberi kesaksian,”demikianlah Baginda Sangaji memulai sidang.

“Tuanku Baginda yang mulia, menurut pernyataannya sendiri yang kami dengar, ia memang sengaja tidak datang menghadap. Bahkan dia pernah mengatakan kedudukannya sama dengan Baginda. Kami yakin ia tidak mengalami kesulitan. Ia bahkan pernah menghasut agar kami mengikuti jejaknya” Demikian kesaksian Ncuhi yang pernah diajak bicara Ncuhi Mawo.

Baginda tak menyangka sejauh itu perbuatan Ncuhi Mawo. Beliau berterimakasih kepada ncuhi-ncuhi yang lain atas kesaksiannya. Kemudian Baginda memutuskan bahwa jika Ncuhi Mawo tidak mau mengubah sikapnya, ia harus dijatuhi hukuman.

Sangaji kemudian mengirim beberapa orang utusan untuk menyampaikan keputusan tersebut kepada Ncuhi Mawo, namun ia tetap menentang. Akhirnya Baginda memutuskan Ncuhi Mawo dijatuhi hukuman mati. Untuk melaksanakan hukuman bagi Ncuhi Mawo, ditugaskan Ncuhi Jia, adik kandung Ncuhi Mawo. Tugas yang amat berat, namun Ncuhi Jia bersedia menerimanya.

Ncuhi Jia kemudian memeras otak mencari cara agar pelaksanaan hukuman itu tidak tampak keji dan mengerikan. Ia mendapat ide lalu menghadap Baginda Sangaji diam-diam memohon agar dia diberi dua pekerja istana yang terpercaya untuk membantunya. Tentu Baginda menyanggupi.

Dalam melaksanakan tugasnya, Ncuhi Jia bersiasat pertama-tama ia akan menyerahkan dua orang pekerja istana tersebut menyamar sebagai hamba Ncuhi Mawo agar bisa menjadi mata-mata. Tugasnya adalah mencari tahu di bagian tubuh mana letak rahasia kesaktian dan kekebalannya, juga apa sebab-sebabnya.

Kemudian Ncuhi Jia membawa mereka pada Ncuhi Mawo. Dijelaskannya bahwa 2 hamba ini jujur, rajin, dan setia, hadiah dari Baginda bahwa murkanya telah tiada. Permasalahan dijelaskan begitu halus dan piawai. Sehingga Ncuhi Mawo sangat gembira dan tidak curiga.

Setelah sekian lama kedua orang itu menjadi hamba yang baik di rumah Ncuhi Mawo, mereka kini tak diragukan lagi kesetiaannya. Pada suatu ketika saat kedua hamba menemani tuannya, dengan hati-hati dan sopan, hamba itu mengajukan pertanyaan,

“Tuan yang gagah perkasa, segenap rakyat di negeri ini telah mengakui kesaktian dan kehebatan Tuanku yang tiada tandingnya. Tuan tidak mempan oleh senjata. Oleh karena itu, jika sekiranya tidak merupakan kesalahan dan tidak pula merupakan hal yang tidak wajar, hamba yang hina ini sangat ingin mengetahui ilmu istimewa apakah yang kiranya Tuan miliki?”

Ncuhi Mawo menjawab dengan tersenyum seraya membusungkan dada, “Sesungguhnya aku tidak memiliki ilmu apapun, tetapi karena golok pusaka yang kupakai ini. Siapa saja yang memakainya takkan terkalahkan oleh musuh manapun. Tapi sebagai manusia aku pun memiliki kelemahan. Ada bagian tubuhku yang dapat dilukai senjata yaitu ibu jari kakiku.”

Sangat gembira kedua hamba mendengarnya. Dan ketika Ncuhi Jia berkunjung saat Ncuhi Mawo pergi, diceritakanlah rahasia tersebut. Ncuhi Jia memuji mereka dan memintanya tetap bekerja menjadi orang kepercayaan Ncuhi Mawo.

Ncuhi Jia kemudian mengadakan musyawarah dengan Ncuhi- Ncuhi tetangga yang memihak dirinya. Mereka bersepakat akan mengerahkan rakyat untuk bergotong-royong memperbaiki sebuah bendungan yang rusak, yaitu bendungan di So Kalate. Tempat itu terletak di antara daerah Ncuhi Jia dan Ncuhi Mawo. Setelah disepakati bersama, datanglah mereka menghadap Ncuhi Mawo untuk menyampaikan laporan. Dengan bahasa yang sopan dan menunjukkan niat baik untuk membantu. Ncuhi Mawo sangat tertarik dan ia setuju.

Keesokan harinya pada saat yang telah disepakati ramailah orang-orang berkumpul di tempat yang telah ditentukan, siap dengan alat-alat. Ncuhi Jia meminta mereka semua ke rumah Ncuhi Mawo untuk memintanya memancangkan tiang pertama sebagai tanda kehormatan. Selain itu orang-orang juga diminta meninggalkan alat-alat di sini dengan dijaga Ncuhi Jia agar Ncuhi Mawo tak berprasangka buruk.

Sementara orang-orang pergi, Ncuhi Jia menumpulkan alat-alat tersebut. Ketika rombongan kembali bersama Ncuhi Mawo, bertanyalah Ncuhi Mawo pada adiknya, “Ncuhi Jia, mengapa adinda tidak turut serta menjemput Kakanda?”

“Kakanda Tuanku, telapak kaki Adinda menginjak duri besar nan runcing. Berdiri pun tak bisa. Sudah Adinda usahakan dengan berbagai alat yang ada, namun alat sebanyak ini tumpul semua. Maka, sekiranya mungkin, izinkanlah Adinda meminjam golok Kakanda sebentar,” jawabnya dengan suara dalam sambil meringis.

Tanpa curiga Ncuhi Mawo meminjamkan goloknya. Dan ketika Ncuhi Mawo mengamati sekitar bendungan, secepat kilat Ncuhi Jia memukulkan golok itu pada ibujari kaki Ncuhi Mawo. Seketika Ncuhi yang sombong itu pun roboh. Ia mati. Orang-orang kaget. Namun orang-orang Ncuhi Mawo pun tak dapat berbuat apapun karena senjata mereka sudah dikumpulkan dan disimpan Ncuhi Jia. Sejak itu, para Ncuhi berikrar selalu setia pada Baginda.

Ncuhi Jia mengubur jenazah Ncuhi Mawo di puncak bukit dekat rumahnya. Hingga kini makam Ncuhi Mawo itu masih ada, yaitu di bagian Barat kampung Jia di Kecamatan Sape. Kata orang, batu besar rata yang ada di tempat itu merupakan tanda tempat pengumpulan senjata milik orang banyak pada waktu pembangunan bendungan dulu.

Sumber:

http://folktalesnusantara.blogspot.com/2008/12/ncuhi-mawo.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline