Ritual
Ritual
Ritual Nusa Tenggara Barat Bima dan Dompu
Mbolo Weki
- 5 Desember 2018

Mbolo Weki merupakan ritual atau acara adat yang menjadi ciri khas dari suku Bima. Sebelum mengenal lebih jauh apa itu Mbolo Weki. Mari kita sedikit mengenal "Bima" sebagai suku, dimana Mbolo Weki itu berasal.

Bima (dalam konteks ini) dapat merujuk pada dua hal. Yaitu; nama suku, dan nama kabupaten yang berada di Provinsi NTB (Nusa Tenggara Barat). Suku Bima secara dominan, utamanya menempati dua kabupaten di NTB, yaitu Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu.

Sebagai contoh, dimisalkan dalam sebuah dialog berikut, yang diawali dengan pertanyaan;

"aslinya mana?".

Lalu dijawab; "aslinya Bima".

Maka dapat diartikan bahwa orang tersebut berasal dari Suku Bima.

Namun, tidak serta-merta mengartikan orang tersebut berasal dari Kabupaten Bima.

Maka, tanyalah lagi; "Bima-nya mana?".

Jawabannya bisa saja seperti ini; "Bima-nya Kota Bima" atau "Bima-nya Kota Dompu".

Contoh lain yang serupa adalah;

A: "Aslinya mana?"

B: "Aslinya Jawa"

A: "oawalaaahhh, Jawa-nya mana?"

B: "Jawa-nya Tegal".

Selain itu, suku Bima juga memiliki bahasa sendiri. Yaitu Bahasa Bima. Nah, penduduk dari kedua kabupaten tadi (Kab. Bima & Kab. Dompu) manggunakan Bahasa Bima sebagai bahasa utama/sehari-hari.

Melalui penjelasan diatas, semoga kita dapat tahu dan mampu membedakan fungsi istilah "Bima" sebagai nama dari suku, kabupaten, dan bahasa daerah.

Kembali pada Mbolo Weki. Secara arti kata (dalam bahasa Bima). Mbolo berarti lingkar dan atau melingkar. Sedangkan Weki dapat berarti masa, kumpulan, kerumunan dan atau sekelompok.

Mbolo Weki adalah acara musyawarah mufakat yang biasanya diselenggarakan untuk mempersiapkan suatu acara juga pesta (penting) dari sebuah keluarga pada Suku Bima. Diantaranya pernikahan, khitanan, dan atau tahlil/doa pasca meninggalnya anggota keluarga. Mbolo Weki biasanya dihadiri oleh setidaknya perwakilan dari seluruh keluarga besar, kerabat, juga tetangga dan masyarakat setempat. Hal-hal yang dimusyawarahkan dalam Mbolo Weki biasanya seperti penentuan hari baik, pembagian tugas (kepanitiaan acara), mendata segala kebutuhan dan keperluan acara, menyepakati apa-apa yang akan dilaksanakan dalam berlangsungnya acara tersebut.

Orang-orang yang datang (Weki), biasanya langsung memposisikan diri untuk duduk mebentuk lingkaran (Mbolo). Kaum laki-laki/bapak-bapak berada di ruang tamu, atau ruang utama yang lebih luas. Kaum laki-laki biasanya akan bermusyawarah perihal keperluan yang berbentuk fisik, seperti tempat penyelenggaraan acara, panggung hiburan, seragam dan sebagainya. Sementara kaum perempuan/ibu-ibu berada di dapur atau ruangan yang terpisah dari kaum laki-laki/bapak-bapak.

Selain untuk mempertahankan budaya ketimuran soal interaksi antara laki-laki dan perempuan, biasanya kaum perempuan/ibu-ibu akan bermusyawarah dan atau dipercaya untuk menentukan hal-hal yang berbeda dengan kaum laki-laki. Masalah yang dibahas cenderung kepada apa-apa yang membutuhkan ketelitian lebih dan dikuasai oleh kaum perempuan/ibu-ibu. Seperti perbendaharaan anggaran, konsumsi, peralatan masak, tata rias, juga terkait apa-apa yang harus dibelanjakan. Atau bisa juga Mbolo Weki dilaksanakan di halaman rumah, tanah lapang dan sebagainya untuk menyesuaikan jumlah orang yang hadir di acara tersebut. Setelah tercapai kesepakatan, semua yang hadir akan mendengarkan kesepakatan itu dibacakan. Lalu menutup acara Mbolo Weki dengan doa dan salawat sambil bersalam-salaman.

Salah satu hal unik dalam Mbolo Weki yaitu keluarga yang menyelenggarakan acara tidak akan menanggung sendiri beban materil dalam menyelenggarakan acara tersebut. Orang-orang yang hadir akan turut memberi sumbangsih sesuai kapasitas dan kemampuan. Pemberiannya bisa bermacam-macam, bisa berupa uang tunai, hewan ternak, padi/beras, hasil kebun, dan lain sebagainnya.

Dalam konteks acara pernikahan misalnya, Mbolo Weki terkesan filosofis sekali. Tetua-tetua keluarga dari anak yang menikah beserta kerabat yang menghadiri Mbolo Weki Akan memberikan bantuan yang bukan hanya untuk terselenggaranya acara, melainkan sebagai bekal bagi anak yang menikah itu tadi. Bekal-bekal tersebut seperti peralatan ibadah, pakaian dan sarung adat, juga petuah-petuah. Tak terlewatkan juga, bekal seperti beras dalam jumlah yang cukup banyak, hewan ternak, sebidang tanah dan semacamnya. Hal ini melambangkan betapa orang tua beserta keluarga besar ingin melepas anaknya menuju kehidupan dan tanggung jawab baru, dengan modal yang cukup secara materil juga moril.

Sejak selesai Mbolo Weki sampai pada hari pernikahan berlangsung. Di rumah keluarga yang anaknya menikah akan ada kesibukan-kesibukan yang cukup khas dan berkesan. Seperti para nenek dari keluarga tersebut berkumpul untuk menampih (membersihkan) beras, menumbuk gabah, atau meramu bumbu untuk masakan-masakan khas. Terkadang pada situasi demikian, anak-anak kecil akan girang penuh tawa mendengar celoteh sang nenek. Bisa berupa pantun, senandung, atau bahkan cerita anak sampai legenda Abu Nawas. Cerita dan dongeng ini semuanya menggunakan Bahasa Bima.

Demikianlah sedikit cerita mengenai sebagian kecil dari apa-apa yang unik dan khas milik Nusantara. Walau sekarang pelaksanaannya (mungkin) tak sekental dahulu. Sebab jaman semakin maju, dan beberapa item dalam ritual-ritual tertentu dirasa tidak perlu lagi dilakukan, demi penyesuaian-penyesuaian yang baik tentunya. Meski demikian, "mbolo weki" adalah satu dari sekian banyak tradisi khas Suku Bima yang masih sangat berperan dalam memperkuat tali persaudaraan dan kekeluargaan. Terutama bagi masyarakat Suku Bima yang berada di tanah rantau.

Meski belum ada sumber secara jelas dan valid yang menerangkan asal muasal tradisi Mbolo Weki ini, dan kapan pertama kali dilaksanakan. Hanya menurut pendapat beberapa sepuh atau orang-orang tua di Suku Bima, Mbolo Weki sudah dilaksanakan secara turun-temurun sejak jaman buyut-buyut terdahulu.

Tapi paling tidak, dengan menengok dan mencari tahu sejarah, mulai dari diri sendiri, suku sendiri, hingga bangsa kita sendiri. Kita dapat mengenal apa-apa yang belum kita kenal, dan celakanya banyak sekali yang belum kita kenal mengenai ragamnya Nusantara. Berangsur hilang, ditelan jaman, termakan kemajuan.

Mungkin dengan mengenal sejarah dan budaya asli Nusantara. Kita bisa tahu dan mengerti. Bahwa, Mbolo Weki, sistem barter antara suku Wanna dan orang-orang Bajo, juga Lewa menangkap ikan di Lembata, dan banyak lagi, adalah sebuah gambaran yang menjelaskan pada kita tentang suatu bangsa yang pernah hidup dalam sistem ekonomi kerakyatan yang terbangun secara alamiah. Pernah bertahan melalui gotong-royong yang tidak menimbulkan sekat sosial antara kaya dan miskin. Pernah "ber-bhineka tunggal ika" dalam keragaman dibawah Pancasila. Jauh sebelum Negara ini dijajah lalu merdeka.

Sumber: https://travelnatic.com/mbolo-weki-tradisi-musyawarah-mufakat-ala-suku-bima/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya