Gangan Cindul ini terkenal di Hulu Sungai pada waktu bulan Rabiul Awal yaitu bulan Maulud dalm rangka memperingati kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW. Kitab Berzanji, Maulud Diba atau Syaraful Anam, maka diadakan makan bersama dengan sajian gangan cindul. Gangan yang hadir sekali setahun ini terdiri dari: 1. Kulit sapi atau bilulang dengan campuran sambal tuha yaitu: - janar - laus - sarai - kancur - tipakan - katumbar - jintan - asam manis - kaminting - garam secukupnya Kulit sapi itu setelah dibersihkan dari bulu-bulunya, lalu diiris-iris sebesar jari, tersu dicampur dengan rarampahan tersebut diatas menjadi satu. Seluruhnya itu bercampur menjadi satu, dimasak dalam wadah besar sampai menjadi gangan cindul. Biasanya orang-orang kampung bergotong royong memasak gangan cindul itu dalam kuali besar. Begitu pula kerja sama orang kampung itu dalam memasak air, nasi, sampai kepada penyajianya bagi undangan antar kampung...
Kami manari sambil banyanyi 2X Manghibur tuan datang kamari Kami manari mambangun nagri 2X Tarinya Japin Hadrah lastari Kita barjumpa 4 pusaka 2X Bersatu teguh kita semua 2X Bergotongroyong itu semboyan 2X Membangun negri itu tujuan 2X Membangun negri itu tujuan 2X Sumber: http://www.lagu-daerah.com/2015/04/ampar-ampar-pisang-banjar-kalimantan-selatan.html
Kisah ini terjadi pada zaman dahulu kala, ketika hutan-hutan belantara masih penuh dengan beraneka ragam binatang. Dari besar hingga kecil, dari yang berjalan di darat maupun terbang ke udara. Binatang-binatang itu hidup bebas di pedalaman rimba Kalimantan. Meski begitu, pedalaman rimba Kalimantan berlaku hukum rimba. Siapa yang kuat maka dialah yang berkuasa. Binatang kecil-kecil yang lemah sering dijadikan santapan binatang yang lebih besar atau pun binatang yang lebih tajam taringnya. Setelah diadakan pertarungan sengit antara binatang-binatang yang besar, pada waktu itu beruanglah yang menjadi binatang terkuat. Bukan saja tubuhnya yang kuat, tetapi ukuran tubuhnya pun besar dan tinggi melebihi binatang yang lain. Setelah itu para binatang segera mengangkat beruang menjadi raja. Beruang mulai berkuasa di pedalaman rimba Kalimantan. Binatang-binatang yang lain bergotong royong membangun sebuah istana di tepi sebuah telaga. Bangunannya terbuat dari kayu-kayu hutan yang disusun...
Urang Banjar memang tidak mengenal sistem rumah panjang atau rumah betang seperti pada kebanyakan suku Dayak. Namun demikian tidak semua Dayak juga mengenal sistem rumah panjang atau rumah betang. Dayak Maanyan dan Dayak Meratus memiliki sistem bentuk rumah adat yang sama dengan rumah adat Banjar. Hal ini mungkin disebabkan kedua suku ini masih adalah satu rumpun nenek moyang. Namun kali ini kita akan fokus pada proses pembangunan rumah adat Banjar. Rumah adat Banjar disebut dengan rumah bubungan tinggi yang memiliki beberapa variasi bentuk, namun utamanya selalu membentuk pola cacak burung atau dalam bahasa dayaknya disebut lampak lampinak – pola seperti salib. Namun kali ini kita hanya akan membahas proses pembuatan rumah adat banjar. Seperti kebudayaan orang pada jaman dahulu, budaya gotong royong dalam membangun rumah adalah juga adat yang dilakukan oleh Urang Banjar baik untuk membuat atap dari daun rumbia, memasang tongkat, tiang sampai memasang lantai...
Raja Pakurindang di Kerajaan Pulau Halimun memiliki dua putra mahkota yang gagah perkasa dan tampan rupawan. Sang kakak bernama Sambu Batung, adiknya Sambu Ranjana. Kakak-beradik itu memiliki sifat yang amat bertolak belakang, seperti bumi dengan langit. Sambu Batung lincah dan mudah bergaul, bersifat terbuka dan senang dengan hal-hal baru. Sambu Ranjana berperangai sebaliknya: pendiam, tertutup, tidak suka bergaul, tidak suka keramaian dan apa adanya. Di bawah kepemimpinan Raja Pakurindang, rakyat Kerajaan Pulau Halimun hidup rukun, makmur, aman dan sentosa. Mereka suka bergotong royong dan selalu berbagi dalam kebersamaan. Kebutuhan sandang pangan mereka hasilkan sendiri. Karena tinggal di satu pulau, mereka saling mengenal. Tidak ada rahasia di antara mereka. Semuanya seperti satu keluarga. &nbs...
Kabupaten Balangan termasuk daerah yang banyak memiliki tradisi unik dan menarik, yang mana hingga kini masih terjaga dan dilaksanakan oleh masyarakat. Salah satu tradisi itu adalah Batungkih Kayu secara gotong royong jika ada warga yang akan menggelar aruhan. Ya, konon tradisi ini sudah ada secara turun temurun sejak zaman bahari, bahkan awal mulanya pun tak begitu diketahui kapan. Namun yang jelas hingga saat ini tradisi ini masih bertahan dan dilaksanakan oleh masyarakat. Seorang warga Desa Panggung Kecamatan Paringin Selatan, Adie kepada banjarmasinpost.co.id mengatakan, sebelum ia lahir pun tradisi batungkih kayu bergotong royong ini sudah ada. "Itu disampaikan oleh tetuha dirumah, ujar sidin sebelum ikam lahir sudah ada tradisi ini," ungkapnya. Oleh karena itu, ia pun kagum dan antusias melihat, serta mengikuti tradisi tersebut jika ada warga yang akan menggelar acara aruhan. Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/06/23/tradisi-unik-batungkih-kayu-balangan-...
Upacara Adat Pernikahan Suku Banjar Upacara walimahan merupakah acara resepsi atau pesta pernikahan yang dilaksanakan oleh keluarga pengantin dengan mengundang sanak keluarga dan kerabat untuk memberikan restu kepada pengantin. Pada acara walimah suku Banjar, kegiatan gotong royong sangat kental terasa. Dalam tradisi mereka, tuan rumah penyelenggara resepsi tidak diperbolehkan untuk mengurus kepanitiaan pernikahan, para tetanggalah yang kemudian secara gotong royong membentuk semacam kepanitiaan guna mengurusi segala macam keperluan pesta pernikahan yang akan diselenggarakan, mulai dari kebutuhan tenda, sajian kesenian, sajian makanan bagi para tamu undangan dan berbagai urusan dan kebutuhan pesta lainnya. sumber :https://ilmuseni.com/seni-budaya/kebudayaan-suku-banjar
Daerah Banjar terkenal dengan pertanian ladang dan pertanian sawah. Pertanian ladang atau disebut ladang gunung . Di samping menanam padi di ladang, juga ditanam jenis tanaman Sembilan terutama kacang-kacangan. Pertanian di ladang ini menempati tempat kedua setelah pertanian di sawah. Teknik pertanian. Pertanian ladang ini biasanya dilakukan di daerah pegunungan di mana tanah masih banyak dan luas, yang memungkinkan mereka ini untuk berpindah-pindah tempat untuk mencari daerah-daerah yang subur. Untuk pertanian ladang biasanya ada dua macam tanah yaitu tanah yang masih berhutan lebat dan tanah yang hanya ditumbuhi alang-alang. Pada tanah yang berhutan lebat urutan pekerjaan yang dilakukan untuk melaksanakan pertanian ladang adalah menebang dan menebas hutan, memotong kayu dan mebakar kayu tersebut. Sedangkan pada tanah yang hanya ditumbuhi alang-alang yaitu membersihkan dan mencangkul tanah dalam gumpalan-gumpalan kecil dan alat untuk mencangkulnya diperl...
Tidak semua tradisi kearifan lokal tersebut menghilang, masih tersisa proses gotong royong menyiapkan masakan, masak bersama hingga yang masih ada adalah budaya "mengawah" atau memasak di sebuah wajan berukuran besar. Mengawah bukan hanya dilaksanakan di acara resepsi pernikahan, namun bisa juga dilaksanakan pada acara lainnya, seperti selamatan, maulid nabi, acara budaya, mengumpulkan orang banyak, dan lain sebagainya, yang dalam prosesnya mengundang orang banyak untuk makan bersama. Uniknya, proses mengawah di acara resepsi pernikahan dilaksanakan subuh dini hari, mulai pukul 02.00 WITA, bahkan hingga pagi jam 08.00 WITA, tergantung kebutuhan. Dari lima kawah bahkan lebih dalam memasak nasi, yang dilakukan oleh kaum laki-laki yang mahir menggunakannya, karena jika tidak terlatih dan tidak tahu cara memasaknya, nasi akan mentah, atau bahkan jadi bubur. Setelah itu proses memasak sayur mayur dan lauk yang juga menggunakan kawah, khususnya bagi tuan rumah yang masih m...