Kapurung (Pugalu) Kapurung adalah salah satu makanan olahan khas dari Sulawesi Selatan yang terbuat dari sagu. Makanan yang mirip cendol dengan ukuran yang lebih besar, berkuah sayur dan campuran ikan ini merupakan kuliner khas dari daerah Palopo (dan pemekarannya; Luwu, Luwu Timur, dan Luwu Utara). Di daerah asalnya kapurung disebut juga Pugalu . Kapurung sangat nikmat disantap selagi panas dan hangat sebab bila telah dingin sagunya akan mengeras. Proses pembuatan kapurung cukup mudah yakni sagu ditaruh dalam sebuah baskom kemudian ditambahkan air panas sembari mengaduk-aduknya hingga seluruh adonan sagu bercampur air. Sagu yang awalnya masih berbentuk tepung akan berubah menjadi kental layaknya lem. Warnanya pun akan berubah tergantung pada jenis sagunya. Adonannya terus diaduk hingga tidak ada lagi sagu yang masih berupa tepung. Adonan kapurung dibentuk bulat (tidak utuh) sebesar kepala sendok makan dengan cara kedua sumpit bambu ( pidui’ ) mengambil beberapa bag...
Tak ada kata lain selain kata unik untuk menggambarkan keadaan kampung dan sukuku. Bagaimana tidak, ciri khas sukuku satu-satunya di Indonesia dan cukup terkenal di penjuru Indonesia. Tak jarang banyak masyarakat asing yang bukan dari sukuku rela datang jauh-jauh dengan menempuh perjalanan 7 jam dari kota Makassar. Belum lagi jalan yang banyak rusak dan menanjak untuk memasuki wilayah yang kami sebut Ammatoa. Hey, tahukan Ammatoa?bahkan hampir setiap stasiun televisi pernah mengabadikan gambar desa Ammatoa. Belum tahu letak desa Ammatoa?. Desa Ammatoa berada di Provinsi Sulawesi Selatan yang terkenal dengan suku bugisnya tetapi desa Ammatoa adalah suku Kajang dan satu-satunya hanya ada di Kabupaten Bulukumba. Desa Ammatoa sendiri berada di kecamatan Kajang. Oh yah Ammatoa itu menunjukkan nama desa sedangkan suku kami ya suku Kajang. Memasuki w...
BONE DAN RAJA PERTAMANYA (Sejarah Kerajaan Bone) Indonesia merupakan negara kepulauan atau negara maritim yang masyarakatnya bersifat majemuk, seharusnya pemerintah dan masyarakat Indonesia masih harus belajar banyak dari sejarah perjalanannya sendiri tentang bagaimana mengelola kemajemukan tersebut agar menjadi modal sosial pembangunan bangsa. Masyarakat majemuk yang tersusun oleh keragaman kelompok etnik atau suku bangsa beserta tradisi-budayanya itu, tidak hanya berpeluang menjadikan Indonesia sebagai negara yang kuat di masa mendatang, tetapi juga berpotensi mendorong timbulnya konflik sosial yang dapat mengancam sendi-sendi integrasi negara-bangsa ( nation-state ), jika dinamika kemajemukan sosial-budaya itu tidak dapat dikelola dengan baik. Dalam hal ini, kita harus menyadari bahwa indonesia memiliki banyak suku bangsa atau kelompok etnik yang berbeda dan itu harus dilestarikan serta di jaga dengan baik. Kita patut bersyuku...
Mantra dalam Koentjaraningrat ( 1981 : 177 ), menganggap bahwa mantra merupakan unsur penting dalam ilmu gaib. Mantra dapat berupa kata dan suara yang dianggap memiliki kesaktian. Penggunaan mantra pada zaman dahulu sangat terbatas. Hal ini biasanya dilakukan oleh orang-orang tertentu saja yang berhak mewarisi dan menggunakan mantra, biasanya dikategorikan sebagai orang tua (pawang/ orang tertentu) saja yaitu yang dianggap mampu membacakan mantra tersebut. Sebagian masyarakat khususnya masyarakat Makassar menganggap bahwa mantra sesuatu yang sakral dan mengandung kekuatan gaib sehingga mampu mempengaruhi alam dan isinya. Mantra pada masyarakat Makassar masih tetap di pakai oleh orang tertentu bergantung pada penggunaannya dalam masyarakat seperti mantra yang digunakan Anrong bunting pada proses Perkawinan. Anrong Bunting dalam bahasa Indonesia disebut perias pengantin, dan dipercayai akan keampuhan mantra-mantranya dalam merias pengantin. Anrong bunting tidak hanya...
Menurut pandangan orang Bugis, perkawinan bukan sekedar menyatukan dua mempelai dalam hubungan suami-istri, tetapi perkawinan merupakan suatu upacara yang bertujuan untuk menyatukan dua keluarga besar yang telah terjalin sebelumnya menjadi semakin erat atau dalam istilah orang Bugis mappasideppe mabelae atau mendekatkan yang sudah jauh (Pelras 2006:178). Upacara perkawinan dalam suku Bugis disebut Mappabotting sementara itu istilah perkawinan dalam suku bugis disebut siala yang mempunyai arti saling mengambil satu sama lain. Perkawinan adalah ikatan timbal balik antara dua manusia berlainan jenis kelamin untuk menjalin sebuah hubungan kekeluargaan. Istilah perkawinan dalam suku Bugis juga bisa disebut mabinne berarti menanam benih, maksudnya menanam benih dalam kehidupan rumah tangga. Nonci (2002:3) mengatakan bahwa tata cara pernikahan adat suku bugis diatur sesuai dengan adat agama, sehingga merupakan rangkaian upacara yang menarik, penuh tata karma dan sopan santun sert...
Sebuah dasar falsafah hidup yang menjiwai dan menjadi pegangan masyarakat Bugis-Makassar untuk senantiasa hidup baik di negeri sendiri atau negeri orang lain adalah menjadi manusia yang perkasa dalam menjalani kehidupan. Setiap manusia keturunan Bugis-Makassar dituntut harus memiliki keberanian, pantang menyerah menghadapi tantanganataupun ujian hidup. Itulah sebabnya maka setiap orang yang mengaku sebagai masyarakat Bugis-Makassar memiliki orientasi yang mampu menghadapi apapun (Moein, 1990: 12). Jika nilai ini kemudian dilihat dari sudut pandang filsafat sejarah, maka akan ditemukan bahwa hakekat prinsip tersebut bersumber pada leluhur masyarakat Bugis-Makassar yang tersimpul dengan “duai temmallaiseng, tellui temmasarang”(dua bagian yang tak terpisahkan dan tiga bagian yang tak terceraikan). Artinya bahwa nilai ini sejatinya telah dirumuskan di masa lalu oleh para tetua dan kaum adat masyarakat Bugis-Makassar. Suku Bugis dan Makassar mempunyai falsafah kehidupan a...
Tari Padduppa Bosara adalah tarian yang mengambarkan bahwa penyambutan orang bugis-makassar jika kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara, sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan. Pada zaman dahulu tarian ini sering ditarikan untuk menjamu raja, menyambut tamu agung, pesta adat, dan pesta perkawinan. Gerakan tarian ini sangat luwes sehingga enak untuk dilihat. Bosara sendiri merupakan piring khas suku bugis-Makassar di Sulawesi Selatan. Bahan dasar bosara berasal dari besi dan dilengkapi dengan penutup khas seperti kobokan besar, yang dibalut kain berwarna terang, seperti warna merah, biru, hijau atau kuning, yang diberi ornamen kembang keemasan di sekelilingnya. Bosara biasanya diletakkan di meja dalam rangkaian acara tertentu, khususnya acara yang bersifat tradisional dan sarat dengan nilai-nilai budaya. Selain digunakan sebagai salah satu alat yang digunakan para penari tarian daerah, bosara juga biasanya menjadi tempat sajian aneka kue tradisional yang diletakkan di...
Pa'bissu sering di iringi tarian pamingki dan beberapa tarian tradisional lainnya . Untuk pa'bissu suatu budaya yang kini masih di pegang erat oleh sekompok masyarakat bissu untuk menghormati leluhur. Tarian ini sangat menakjubkan karena dengan menggunakan sebelah keris dan menangcapkan di leher . Dengan tarian dan musik yang khas, tarian itu menjadi sajian yang mengandung nilai budaya yang kental . Pa'bissu ini juga banyak di pergunakan masyarakat petani pada awal mengolah lahannya.
Ungkapan dalam bentuk lagu peranan Orang ara dalam pembuatan Pinisi di Bulukumba, Sulawesi-selatan, Indonesia. "Ricaddi caddiku iji // Nakujannang ribantilang // Anjama Lopi // Kasossoranna manggeku // Pasangngi pinangkakannu // Pauang anak riboko // Nakatutui // Sosorang kapanritanna". (Artinya : Sejak Aku kecil // Telah menetap di bantilang // Mengerjakan perahu // Sebagai warisan orang tuaku // Teman sebayamu // Kabarkan pada generasimu // Agar dipelihara // Warisan keahliannya.) Dahulu kala lagu tersebut didengdangkan dengan menggunakan iringan Tennong, dan pada pembuatan Film Pinisi oleh PUSTEKKOM DEPDIKBUD tahun 1992, juga dengan kecapi. (Tempat pembuatan perahu Pinisi di Pantai Mandala Ria, Desa Lembanna, Kab. Bulukumba) Apabila lirik lagu tersebut disimak maka dapat dipahami sebagai pesan yang diamanatkan kepada generasi muda bahwa warisan sebagai ahli perahu (Bira, Ara, dan Tanah beru) memang telah dimiliki sejak dahulu. Topada Salam...