BONE DAN RAJA PERTAMANYA
(Sejarah Kerajaan Bone)
Indonesia merupakan negara kepulauan atau negara maritim yang masyarakatnya bersifat majemuk, seharusnya pemerintah dan masyarakat Indonesia masih harus belajar banyak dari sejarah perjalanannya sendiri tentang bagaimana mengelola kemajemukan tersebut agar menjadi modal sosial pembangunan bangsa. Masyarakat majemuk yang tersusun oleh keragaman kelompok etnik atau suku bangsa beserta tradisi-budayanya itu, tidak hanya berpeluang menjadikan Indonesia sebagai negara yang kuat di masa mendatang, tetapi juga berpotensi mendorong timbulnya konflik sosial yang dapat mengancam sendi-sendi integrasi negara-bangsa (nation-state), jika dinamika kemajemukan sosial-budaya itu tidak dapat dikelola dengan baik.
Dalam hal ini, kita harus menyadari bahwa indonesia memiliki banyak suku bangsa atau kelompok etnik yang berbeda dan itu harus dilestarikan serta di jaga dengan baik. Kita patut bersyukur, bahwa sudah 70 tahun indonesia merdeka dan sampai sekarang tidak ada provisi, kabupaten, baik itu kelompok etnik ataupun suku bangsa yang mencoba berpisah dari NKRI. Salah satunya kampung penulis termasuk bagian dari indonesia tepatnya di Sulawesi Selatan Kabupaten Bone serta tercatat sebagai Kota Beradat.
Jauh sebelum indonesia ada, di setiap wilayah sebelumnya berbentuk kerajaan, serta membentuk kelompok entik ataupun suku bangsa serta di kuasai oleh raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Ada berapa kerajaan terbesar di Sulawesi, salah satunya Bone merupakan kerajaan terbesar di Sulawesi selatan. Dimana bone merupakan tempat penulis dibesarkan, dibina melalui kebiasaan adat orang tua penulis, hingga besar seperti sekarang penulis berusaha memahami sejarah tempat penulis lahir, karena penulis sadar bahwa tanpa mengetahui sejarah kampung penulis adalh seperti anak hilang dan tidak tahu tempat tinggalnya. Mengingat yang dikatakan Ir.soekarno, JAS MERAH (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah).
Tahukah anda sejarah kerajaan bone? Dan Siapakah raja pertama kerajaan Bone? Banyak yang tak diketahui oleh masyarakat pada umumnya, Bone merupakan sebuah kerajaan yang sangat kecil dan masyarakat sepenuhnya masih mempercayai mitos-mitos yang ada, kemudian keadaan yang kacau balau membuat masyarkat sesama mereka berkonflik selama tujuh turunan (generasi), di dalam lontara’ keadaan seperti itu di gambarkan sebagai berikut :
Sianre baleni tauwwe, siabelle-belliang, detonna ade’ detonna bicara pitu-tutturenni ittana de’arung, de’ ade, sikotoniroo ittana tossisenna siewa To-Bone,
Artinya : Manusia hidup saling terkam menerkam bagaikan ikan besar memakan yang kecil, tidak saling menyapa (tegur menegur) tanpa adat- tanpa bicara (pengadilan) atau peraturan, dianggaplah sudah tujuh turunan (generasi) tanpa arung (Raja) dan adat-istiadat, selama itu pula orang bone tidak saling kenal mengenal.
Ketakutan telah menjadi tema kehidupan yang mencekam segenap kaum. Dalam keadaan kacau balau itu, di akhiri oleh gejala-gejala alam yang luar biasa. Pada suatu hari cuaca terang benderang tiba-tiba turun hujan yang sangat lebat, guruh dan kilat sambung-menyambung diiringi oleh gempa bumi yang hebat mengakibatkan penduduk tanah Bone menjadi gempar, sehingga mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat. Keadaan seperti itu berlangsung selama sepekan. Setelah peristiwa itu kembali redah, penduduk Tanah Bone melihat adanya seorang laki-laki massangiang pute ( berbusana putih) di tengah padang. Maka berkumpullah mereka, di sepakati orang berbusana putih itu adalah To-Manurung, sehingga mereka sepakat untuk mendatangi dan memohon kesediaannya untuk di jadikan arung (Raja). Tetapi yang bersangkutan sendiri menyatakan dirinya bukan raja, melainkan melainkan hanya pengapit atau pengapdi To-Manurung yang ada di matajang ( suatu tempat yang letaknya disebelah selatan kota watampone), lalu mengantarkan orang Bone ke Matajang tempat To-Manurung yang di maksud. Kembali lagi peristiwa seperti sebelumnya, dengan turunnya hujan, guruh dan kilat namun tidak sekeras lagi yang pertama. Setibanya orang banyak di Matajang, terlihat To-Manurung massangiang ridiE ( berpakaian serba kuning) sedang duduk diatar batu datar. Diapit oleh tiga orang, seorang yang mengipasinya dan seorang lagi yang memegang tempat sirih, dan bendera berbintang tujuh dinamai : WorongporongE”. Barang-barang bawaan “To-Manurung” ini menjadi barang-barang kebesaran (bugis: arajang) pertama dari kerajaan bone.
Lalu orang banyak pun menghadap kepada “To-Manurung” yang berpakain seragam kuning itu, lalu menyembah dan berkata : “IYYANA KILAOWANG MAI RIKO LAMARUPE, AMASEANG-NA’KENG AJA-NA MUALLAJANG , MUTUDANG RITANAMU NAIKONA POWATAKKENG, ELO’MU ELO’ HIKKENG, NAPASSUROMMUNA KIYOLAI, KIPOGAU’, ANGIKKO KIRAUKKAJU,RIAKOMMIRI’RIAKKENG MUTAPPALIRENG. ELLAUKO KIABBERE, OLLIKO KISAWE, ATTAMPAKO KILAO, NAMAU’NA ANA’MENG, BAINEMMENG, NAPATTAROMMENG MUTEAWI KITEATOWISIA, NAREKKO MONROMUNO MAIRINI, NAIKO KIPOPUANG.
Artinya : adapun kedatangan kami ini menemui’ maksud dan harapan kami mendapat limpahan belas kasihan, kiranya engkau tak akan lagi meninggalkan kami dan tinggal menetaplah menduduki tanahmu, kami semua inilah menjadi abdimu. Engkaulah angina kami dedaunan, ketika engkau bertiup sana kami mengarah. Kehendakmu adalah kehendak kami. Bersabdalah kami patuhi; perintahkanlah, kami lakukan; mintalah, kami berikan; panggillah kami menyahut; undanglah kami datang. Bila engkau tidak menyenangi/menyukai istri dan anak-anak kami serta kesukaan kami, kamipun tidak menyukainya. Tetapi, pimpinlah kami kearah keselamatan, kemakmuran dan perdamaian.
“To-Manurung” menjawab lalu bersabda: “TEDDUA NAWA-NAWAO, TEMMABALECCO’KO?(Tidaklah kalian bercabang dan dua hati serta pikiran, tidak akan berhianat). Maka orang banyak menjawab : “TEDDUWA NAWA-NAWAKKENG, TEMMABBALLECCO’KENG. (Kami semua berkata benar).
“To-Manurung” menerima permintaan orang banyak (Rakyat) Bone dengan ucapan : “UJUJUNGNGI UPATERIBOTTOULU, UPATE KIPAKKA-PAKKA ULAWENG ADA-MADECEMMU TOMAEGA, RIWETTU MABBULOSIPEPPA’MU MAELO’MUPANCAJIKA ARUNG. (Kujunjung janjimu keatas kepala, kutempatkan ikrarmu dalam maligai keemasan, hai rakyat Bone. Menjadilah kehormatan dan tekadmu sekarang bersatu padu. Menerimaku sebagai Rajamu).
“To-Manurung” ini diminta oleh orang bone agar sudi merajai serta mengatur mereka. Permintaan itu diterima oleh “To-Manurung” dengan syarat orang-orang Bone mau bersumpah setia serta memegang teguh sumpahnya itu sehingga dengan demikian “To-Manurung” terikat pula pada kewajiban mendatangkan ketertiban sehingga tecapailah kata sepakat yang telah dikatakan oleh raja dan saling pengertian antara “To-Manurung” dan orang banyan (rakyat) Bone. Dibawalah “To-Manurung” itu ke Bone dan menjadilah Kepala Kerajaan Bone atas pilihan langsung oleh orang banyak (Rakyat) Bone.
“To-Manurung” tersebut, mula-mula “Kawerang” atau “Lalebbata” daerah yang sekarang kemudian menjadi Watampone. Raja Bone I (pertama) ini bergelar “MATASILOMPO’-E”, memerintah di Bone kira-kira empat puluh tahun lamanya (1330-1370 M). Kedatangan “To-Manurung” ini membawa banyak perubahan dan perbaikan dalam penghidupan dan kehidupan orang banyak (Rakyat) Bone. Masa ini di kenal istilah Mado dan Matowa sebagai gelaran terhadap petugas pemerintahan. kerajaan bone ini berdiri kira-kira abab ke XIV M ( abad 16 sebelum Masehi). Serta sampai sekarang di kenal dengan kota Watampone Kabupaten Bone dengan semboyang sebagai KOTA BERADAT.
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...