Kapurung (Pugalu)
Kapurung adalah salah satu makanan olahan khas dari Sulawesi Selatan yang terbuat dari sagu. Makanan yang mirip cendol dengan ukuran yang lebih besar, berkuah sayur dan campuran ikan ini merupakan kuliner khas dari daerah Palopo (dan pemekarannya; Luwu, Luwu Timur, dan Luwu Utara). Di daerah asalnya kapurung disebut juga Pugalu. Kapurung sangat nikmat disantap selagi panas dan hangat sebab bila telah dingin sagunya akan mengeras.
Proses pembuatan kapurung cukup mudah yakni sagu ditaruh dalam sebuah baskom kemudian ditambahkan air panas sembari mengaduk-aduknya hingga seluruh adonan sagu bercampur air. Sagu yang awalnya masih berbentuk tepung akan berubah menjadi kental layaknya lem. Warnanya pun akan berubah tergantung pada jenis sagunya. Adonannya terus diaduk hingga tidak ada lagi sagu yang masih berupa tepung. Adonan kapurung dibentuk bulat (tidak utuh) sebesar kepala sendok makan dengan cara kedua sumpit bambu (pidui’) mengambil beberapa bagian adonan kapurung lalu digulung-gulung dari arah depan ke belakang dengan ujung pidui’ sehingga menghasilkan bulatan kecil yang ditaruh di wadah yang telah diberi air rebusan ikan masak sebagai kuahnya. Ikan masaknya telah ditaruh bumbu tentunya, seperti asam, rajangan bawang merah kunyit, dan garam.
Kapurung kemudian dicampurkan dengan sayur-sayuran yang telah dimasak. Jenis sayuran yang dicampurkan dapat bergantung pada selera orang yang akan menikmati hidangan kapurung atau sayuran yang tersedia. Biasanya kapurung dicampurkan dengan sayur jagung, kangkung, terong, bayam, dan jantung pisang. Selain sayuran, kapurung juga dicampurkan dengan lauk berupa ikan masak yang telah dihancurkan atau daging ayam yang disuwir. Jadi, penghidangan makanan kapurung hampir setara dengan orang makan nasi dengan lauk pauk dan sayurnya. Kapurung juga selalu dihidangkan dengan sambal pedas. Ada yang membuat dari cabe rawit dan garam saja, juga ada yang menambahkan tomat. Di atas hidangan kapurung ditambahkan kacang goreng yang telah ditumbuk dan juga jeruk nipis.
Perbedaan keistimewaan kapurung yang dinikmati sehari-hari dengan kapurung yang dinikmati pada hari-hari yang dianggap istimewa, misalnya saat hari raya Idul Fitri adalah pada campuran lauknya. Di acara-acara yang diistimewakan kapurung biasa dicampur dengan lauk daging (ayam, sapi, bebek, atau seafood). Saat menyantap kapurung akan susah rasanya jika digigit atau dikunyah, makanya masyarakat Palopo dan Luwu tidak menyebut la kumande (makan) saat ingin menyantap kapurung tetapi la nginu’ yang dalam bahasa Indonesia adalah minum. Bukan berarti bahwa kapurung diminum layaknya air, hal itu karena menyantap kapurung adalah dengan cara langsung ditelan. Penyajian kapurung pada beberapa masyarakat Palopo dan Luwu (Luwu utara dan timur) terkadang berbeda. Di daerah Palopo kapurung yang dihidangkan sagu dengan sayuran dan lauknya telah dicampur sedangkan di daerah Luwu utara dan timur hidangan kapurung dipisahkan antara sagu, sayuran, lauk ikan pada masing-masing piring. *
RM yang menyediakan:
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.