Tradisi Nyadran Suran Dusun Giyanti merupakan kegiatan rutinitas masyarakat Dusun Giyanti Desa Kadipaten Kabupaten Wonosobo setiap tanggal 1 Suro. Tradisi ini dilambangkan sebagai rasa syukur atas nikmat dan keberkahan yang telah Tuhan berikan kepada masyarakat Dusun Giyanti dan permohonan keselamatan. Dalam bahasa jawa, Nyadran berasal dari bahasa sansekerta, sradda yang berisi keyakinan. Dalam masayrakat Jawa pada umumnya, nyadran suran umumnya dilakukan sebagai rangkaian kegiatan untuk membersihkan diri dari dosa dalam rangka menyambut tahun baru islam. Tradisi Nyadran Suran di Dusun GIyanti telah lama dilaksanakan hampir sejak Kab Wonosobo berdiri, dan melibatkan semua komponen masyarakat. Acara ini sering digunakan sebagai alat pemersatu warga dan seagai ajang silaturahmi bagi warga Dusun Giyanti. Sebelum acara inti dimulai, masyarakat biasanya membuka rumah mereka untuk acar silaturahmi dengan tujuan mempererat hubung...
Jawa tentu identik dengan makanan yang bercita rasa manis. Ya, gula adalah bahan alami pemberi rasa tersebut. Ada beberapa macam gula yang sering digunakan masyarakat Indonesia, seperti gula tebu, gula aren, dan gula batu. Masyarakat Banyumas memiliki gula dengan ciri khas tersendiri. Warnanya merah kecokelatan, menyerupai gula aren, namun gula ini terbuat dari air nira. Dari warnanya, gula ini disebut gula merah atau gula jawa. Dahulu, masih banyak dijumpai industri rumahan yang memproduksi gula jawa di beberapa daerah di Banyumas. Anggota keluarga saling bekerja sama dalam memproduksinya sebagai sumber pendapatan mereka. Lelaki dewasa biasanya bertugas untuk mencari air nira dari pohon kelapa yang satu ke yang lainnya. Mereka disebut sebagai penderes. Namun, karena terlalu riskan dan penghasilan yang didapat tidak sebanding, pekerjaan menderes kini mulai ditinggalkan. Sekarang sangat sulit untuk menemukan gula jawa yang murni terbuat dari air nira. Produsen biasanya...
Indonesia kaya akan tradisi dan adat istiadat,salah satunya adalah tradisi yang ada di Pandanan,Soropaten,Karanganom,Klaten yaitu tradisi kirab budaya suro.Tradisi ini dilaksanakan sebagai tanda untuk memperingati pergantian tahun baru hijriyah pada awal bulan muharram atau bulan suro. Tradisi kirab budaya suro sangat lekat dengan budaya jawa.Tradisi ini juga untuk mewujudkan rasa syukur dengan pawai budaya bersih desa,pentas pertunjukan wayang kulit semalam suntuk.Dalam pawai atau kirab budaya juga ada kirab kebo bule keturunan kerbau kiai slamet Solo, ada sejumlah gunungan hasil bumi, ada penampilan ibu-ibu PKK, seni reog, dan wayang kulit Semarak acara ini memang terasa sekali, seperti ada puluhan kelompok pengibar bendera, regu Drumband dan Marching Band dari sekolah TK, SD, SMP dan SLTA sekitar.Disamping itu juga prajurit bersenjata (Jawa), kelompok masyarakat, Paguyuban Kawula Surakarta, kelompok Wayang...
Kentongan adalah alat pemukul tradisional yang terbuat dari batang bambu atau batang kayu jati yang dipahat. Kegunaan kentongan didefinisikan sebagai tanda alarm, sinyal komunikasi jarak jauh, morse, penanda adzan, maupun tanda bahaya. Kentongan sering diidentikkan dengan alat komunikasi zaman dahulu yang sering dimanfaatkan oleh penduduk yang tinggal di daerah pedesaan dan pegunungan. Sebenarnya, sampai saat ini belum dapat dibuktikan daerah asal ditemukannya kentongan. Namun, yang jelas kentongan sering dijumpai di masyarakat pedesaan seperti di Desa Kalikotes, Kabupaten Klaten. Kentongan merupakan alat komunikasi zaman dahulu yang dapat berbentuk tabung maupun berbentuk lingkaran dengan sebuah lubang yang sengaja dipahat di tengahnya. Dari lubang tersebut, akan keluar bunyi-bunyian apabila dipukul. Kentongan tersebut biasa dilengkapi dengan sebuah tongkat pemukul yang sengaja digunakan untuk memukul bagian tengah kentongan tersebut untuk menghasilkan suatu suara yang khas. Ke...
Pada artikel kali ini, saya ingin membahas mengenai salah satu tari tradisional yang berasal dari daerah asal saya yaitu Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Tarian ini bernama Tari Cepetan. Kata “ cepetan” berasal dari bahasa Jawa yaitu “ cepet” yang berarti setan atau makhluk halus yang dipercaya berkeliaran saat petang. Mengapa tarian ini bisa diberi nama Tari Cepetan? Hal ini tidak bisa dilepaskan dari latar belakang atau asal usul tarian ini tercipta. Tarian ini awalnya berkembang di Kecamatan Karanggayam tepatnya mulai abad ke XIX. Pada zaman penjajahan Belanda, lahan-lahan di daerah ini banyak yang berubah menjadi onderneming — perkebunan luas yang dikuasai Pemerintah Hindia Belanda. Melihat tanah mereka direbut oleh pihak asing, warga sekitar tidak bisa tinggal diam. Akhirnya lahirlah tarian ini sebagai bentuk perlawanan non-fisik kepada penjajah. Warga bermaksud untuk menakut-nakuti pemilik onderneming sehingga tidak kerasan dan memilih unt...
Kethek Ogleng merupakan sebuah tari yang gerakannya menirukan tingkah laku kethek (kera). Tarian ini biasa ditarikan oleh masyarakat Desa Tokawi Kabupaten Wonogiri bertahun-tahun lamanya. Biasanya tarian ini dipentaskan pada waktu hajatan masyarakat setempat. Tarian Kethek Ogleng ini berasal dari sebuah cerita Kerajaan Jenggala dan Kediri. Raja Jenggala mempunyai seorang putri bernama Dewi Sekartaji dan Kerajaan Kediri mempunyai seorang putra bernama Raden Panji Asmorobangun. Kedua insan ini saling mencintai dan bercita-cita ingin membangun kehidupan yang harmonis dalam sebuah keluarga. Hal ini membuat keduanya tidak dapat dipisahkan. Namun, raja Jenggala, ayahanda Dewi Sekartaji, mempunyai keinginan untuk menikahkan Dewi Sekartaji dengan pria pilihannya. Ketika Dewi Sekartaji tahu akan dinikahkan dengan laki-laki pilihan ayahandanya-yang tentunya tidak dia cintai, dia diam-diam meninggalkan Kerajaan Jenggala tanpa sepengetahuan sang ayahanda dan seluruh orang di kerajaan. M...
Tegal tak luput dari daerah penyebaran batik di tanah Jawa. Batik pertama kali dikenalkan yaitu pada akhir abad ke-19. Asal usul batik Tegal tidak bisa lepas dari pengaruh Mataram, yaitu sejak munculnya berpakaian budaya batik oleh Raja Amangkurat I ketika dalam pelarian ke Tegal Arum. Amangkurat yang saat itu menyusuri pantai utara membawa pengikutnya yang diantaranya perajin batik. Perkembangan batik tulis Tegal kemudian lebih berkembang di tangan R.A. Kardinah sebagai istri Bupati Tegal, R.M. Sajitno Reksonegoro IX yang menjabat tahun 1908-1936. Yang pada akhirnya menurunkan ilmunya pada anak cucunya dan meluas ke masyarakat. Batik yang dibuat motifnya masih meniru motif-motif khas keraton yaitu didominasi warna hijau dan kecokelatan. Sejak dahulu, para perajin batik di Tegal telah menggeluti batik secara turun-temurun. Awalnya, bahan pewarna yang dipakai waktu itu berasal dari pewarna alam yang bisa didapat dari lingkungan sekitar, misal pace/mengkudu, nila, soga kayu dan bahan...
Tedak Sinten merupakan tradisi bagi bayi berusia 7 atau 8 bulan yang baru pertama kali belajar belajar. Tedak memiliki arti 'turun' atau 'injak' dan sinten yang berasal dari kata 'siti' yang berarti tanah maka dari itu tradisi ini dikenal juga sebagai tradisi turun tanah yang berasal dari budaya masyarakat Jawa. Tedak Sinten di laksanakan berdasarkan kalender Jawa dimana 1 bulan berarti 35 hari, berbeda dengan kalender Masehi yang memeiliki 30 atau 31 hari dalam satu bulan. Jadi, tedak sinten dilakukan ketika bayi kurang lebih berumur 245 hari dari hari kelahiran. Proses ini di mulai di pagi hari, di sediakan 7 jadah atau kue ketan yang memiliki warna berbeda dimulai dafri warna putih hingga hitam yang akan di tapaki oleh kaki anak sebagai simbol suatu harapan agar sang anak dapat melewati berbagai macam kesulitan setiap harinya dan mengingatkan seberat apapun masalah nya pasti akan ada titik terang, Setelah itu, anak dituntun untuk menaiki...
Apakah Itu Gamelan? Gamelan merupakan alat musik khas Jawa Tengah. Kata Gamelan berasal dari bahasa Jawa yaitu dari kata "gamel" yang artinya adalah memukul atau menabuh dan akhiran "an" yang berfungsi membentuk kata benda. Sehingga makna atau arti dari kata Gamelan adalah seperangkat alat musik yang dimainkan secara dipukul atau ditabuh. Alat-alat musik Gamelan pada umumnya dibuat dari material kayu dan gangsa, atau sejenis logam campuran timah dan tembaga. Instrumen-instrumen pengiring gamelan antara lain kendang, bonang, panerus, gender dan gambang. Ada juga suling, siter, clempung, slenthem, demung dan saron. Selain itu, tentu saja ada gong, kenung, kethuk, japan, kempyang, kempul, dan peking. Sejarah gamelan jawa seawal-awalnya dimulai darirelief gamelan nampak pada Candi Borobudur yang dibangun pada abad kesembilan. Relief tersebut memperlihatkan sejumlah alat musik seperti kendang, suling bambu, kecapi, dawai dan lonceng. Pada masa Hindu-Buddha, gamelan akhirnya d...