|
|
|
|
Tradisi Nyadran Suran Dusun Giyanti, sebagai sarana kerukunan Masyarakat Kabupaten Wonosobo Tanggal 10 Aug 2018 oleh OSKM18_16318038_ZOLA SAPUTRA . |
Tradisi Nyadran Suran Dusun Giyanti merupakan kegiatan rutinitas masyarakat Dusun Giyanti Desa Kadipaten Kabupaten Wonosobo setiap tanggal 1 Suro. Tradisi ini dilambangkan sebagai rasa syukur atas nikmat dan keberkahan yang telah Tuhan berikan kepada masyarakat Dusun Giyanti dan permohonan keselamatan. Dalam bahasa jawa, Nyadran berasal dari bahasa sansekerta, sradda yang berisi keyakinan. Dalam masayrakat Jawa pada umumnya, nyadran suran umumnya dilakukan sebagai rangkaian kegiatan untuk membersihkan diri dari dosa dalam rangka menyambut tahun baru islam.
Tradisi Nyadran Suran di Dusun GIyanti telah lama dilaksanakan hampir sejak Kab Wonosobo berdiri, dan melibatkan semua komponen masyarakat. Acara ini sering digunakan sebagai alat pemersatu warga dan seagai ajang silaturahmi bagi warga Dusun Giyanti. Sebelum acara inti dimulai, masyarakat biasanya membuka rumah mereka untuk acar silaturahmi dengan tujuan mempererat hubungan kemasyarakatan.
Tradisi Nyadran Suran dimulai dengan prosesi nyadran di makam, yakni kunjungan warga pada makam leluhur dengan membawa berbagai sesaji seperti bunga, tumpeng, telur, koi, buah-buahan dan dawet. Prosesi ini dilakukan dalam bentuk pembersihan makam, dan penyampaian doa-doa kepada Tuhan. Setelah itu, dilakukan tradisi tenongan. Tenongan merupakan wadah yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk bulat. Dalam tradisi ini, digunakan sebagai wadah makanan dan jajajanan pasar. Setiap warga dihimbau untuk membuat tenongan yang nantinya akan diarak oleh Ibu-Ibu dan Remaja putri menuju Pendopo Desa. Prosesi berikutnya adalah upacara di Pendopo Desa. Diawali dengan peletakan sesaji di bawah pohon beringin yang diyakini sebagai tempat leluhur. Setelah uparacara selesai, dilakukan rakanan, yakni pembagian makanan yang ada dalam tenongan kepada warga. Bukan hanya itu, Tradisi Nyadran sering kali menampilkan pertunjukan kesenian tradisional seperti emblek dan lenggger yang bisa berlangsung sampai subuh. Selain lengger dan emblek, wayang kulit juga turut meramaikan tradisi Nadran SUran di Dusun Giyanti.
Eksistensi dari Tradisi Nyadran Suran sangat besar dikalangan masyarakat Kabupaten Wonosobo. Tradisi ini seringkali digunakan sebagai wahana penyampaian kepada generasi muda mengenai tradisi, budaya dan sejarah Kabupaten Wonosobo. Selama ratusan tahun dilakukan, tradisi ini dapat menjalin kerukunan diantara masyarakat bukan hanya untuk Dusun Giyanti, tetapi dusun-dusun di sekitarnya. Tradisi ini memiliki daya tarik warga dusun lain untuk datang dan mengunjungi Dusun Giyanti. Sehingga jika dilakukan secara kontinyu dapat menciptakan masyarakat yang madani tanpa perselisihan.
Sumber :
https://suryawibowodua.wordpress.com/nyadran-di-giyanti-wonosobo/
https://www.antaranews.com/foto/38039/nyadran-suran-giyanti
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |