Banyuwangi memiliki budaya yang sangat beragam . salah satu hal yang menarik dari banyuwangi adalah makanan tradisional. salah satunya Jangan klentang, Jangan (Sayur) Kelenthang adalah sayur dengan bahan utama buah dari pohon kelor, bagi kebanyakan orang makanan ini sedikit aneh.. karna tidak lazimnya bahan bakunya. namun, di Bayuwangi Jawa Timur ini menjadi hal yang sangat lumrah.. suku osing salah satunya, yang sanagt suka memasak masakan satu ini. Berikut resep sederhananya klenthang 10 buah Bawang Merah 8 buah Bawang Putih1 buah Cabai (Cabe) Rawit Merah 5 buah Lengkuas (Laos) 2 iris Garam secukupnya Gula Kastor secukupnya Belimbing Wuluh 6 buah Cara Membuat Langkah 1 bersihkan kulit luar kelenthang, potong-potong dan cuci bersih Langkah 2 haluskan semua bumbu, bawang merah, bawang putih, cabe rawit, gula, garam, dan laos Langkah 3 did...
Seblang Dari berbagai macam adat dan seni-budaya yang ada di Banyuwangi, yang hingga saat ini nyaris utuh bila dibandingkan dengan yang lain, adalah ritual adat Seblang . Ritual adat ini diselenggarakan di dua tempat, yaitu di Kelurahan Bakungan dan di Desa Olehsari, yang keduanya berada di wilayah Kecamatan Glagah. Seblang Bakungan menampilkan sosok penari tua-renta yang sudah menopouse sebagai tokoh sentralnya. Sedangkan Seblang Olehsari menampilkan sosok penari yang masih muda belia sebagai tokoh sentralnya. Ritual ini pada mulanya adalah merupakan bentuk ritual pemujaan yang berasal dari agama Hindu atau kepercayaan Syiwaistis yang dianut oleh masyarakat kala itu, dengan menampilkan seorang penari yang menari-nari dalam keadaan kesurupan ( trance ), yang dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan pada Sang Hyang Widari . Dalam agama Hindu memang dikenal adanya...
Adat Mantu Kucing, Tradisi Kuno Dari Desa Kemendung Kemajuan teknologi ternyata belum sepenuhnya mampu menggusur adat tradisi. Terbukti, ketika teknologi sudah mampu mendatangkan hujan melalui awan buatan, toh masih ada sekelompok masyarakat di Desa Kemendung, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, yang masih percaya bahwa untuk mendatangkan hujan cukup dengan menggelar adat tradisi Mantu Kucing . Dibandingkan dengan beberapa waktu silam, saat ini memang tidak terlalu banyak masyarakat, termasuk di Desa Kemendung sendiri, yang percaya bahwa hujan akan segera tercurah dari langit begitu digelar adat mantu kucing. Sebagian dari mereka (yang tidak percaya) itu, menganggap bahwa adat tradisi semacam itu hanyalah sebuah tradisi yang bersumber dari kepercayaan kuno. Pendapat mereka itu bisa jadi memang benar. Sebab, bagaimanapun pola berpikir mereka telah berubah total karena adanya pengaruh-pengaruh budaya global yang senantiasa...
Jaran Goyang AJIAN Jaran Goyang , konon merupakan jenis ilmu pelet paling dahsyat yang ada di tlatah Bumi Blambangan. Menurut penuturan para sesepuh dan budayawan Banyuwangi, ajian tersebut hanya bisa dinetralkan atau disembuhkan oleh si pemilik ajian atau yang mengirim ajian tersebut kepada sasarannya. Begitu dahsyatnya ajian Jaran Goyang itu, sehingga siapa pun yang terkena akan mengalami kasmaran yang begitu mendalam dan berperilaku seperti orang gila. Untuk menggambarkan kedahsyatan ajian tersebut, sampai-sampai ada unen-unen (kata-kata atau peribahasa, red . ) yang biasa digunakan masyarakat Using Banyuwangi untuk menyebutnya. Unen-unen tersebut berbunyi Dhung keneng Jaran Goyang , ukure nyuwun gumbal , yang bila diterjemahkan secara bebas kurang lebih berarti: kalau terkena ajian Jaran Goyang , pendek kata orang akan lupa diri seperti orang gila. Personifikasi orang gila di sini digambarkan dengan kata-kata nyuwun g...
Selamatan Adat Rebo Wekasan Menjaga Kelestarian Sumber Air SETIAP adat tradisi yang diwariskan secara turun temurun oleh para leluhur, pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Maksud dan tujuan yang dikemas melalui adat tradisi tersebut memang tidak disampaikan secara vulgar, melainkan melalui simbol-simbol tertentu yang perlu perenungan dan pemahaman lebih mendalam. Barangkali untuk menghindarkan generasi penerus tradisi dari jebakan rutinitas yang membosankan, nenek-moyang kita sengaja menyampaikan pesan-pesan tersebut secara simbolis. Ini (mungkin) dimaksudkan agar generasi penerus tidak sekadar melaksanakan adat tradisi tanpa memahami maksud dan tujuan yang dikandungnya, tapi juga melakukan kajian-kajian lebih lanjut sehingga mampu mendalami makna yang tersirat di dalamnya. Biasanya, setiap kandungan pesan yang disampaikan dalam sebuah adat tradisi selalu terkait dengan kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, kita bisa melihat pelaksanaan ad...
Kabupaten Banyuwangi yang secara geografis terletak pada koordinat 7º 45’ 15” – 80 43’ 2” lintang selatan dan 113º 38’ 10” Bujur Timur selain menjadi perlintasan dari Jawa ke Bali, juga merupakan daerah pertemuan berbagai jenis kebudayaan dari berbagai wilayah. Budaya masyarakat Banyuwangi diwarnai oleh budaya Jawa, Bali, Madura, Melayu, Eropa dan budaya lokal yang saling mengisi dan akhirnya menjadi tipikal yang tidak ditemui diwilayah manapun dipulau Jawa. Selain itu, Banyuwangi juga memiliki keanekaragaman seni dan adat tradisi yang khas yang kerap mewakili Jawa Timur dalam even nasional maupun internasional. Salah satunya adalah kesenian Jaranan. Kesenian Jaranan memang telah menyebar di tanah Jawa. Hampir di tiap daerah memiliki kesenian Jaranan ini. Begitu juga di Kabupaten Banyuwangi. Di Banyuwangi juga mempunyai kesenian Jaranan dengan berbagai variasinya, salah satunya adalah Jaranan Butho. Menurut beberapa l...
Angklung banyuwangi ini memiliki bentuk seperi calung dengan nada budaya banyuwangi, biasanya disebut dengan nama Caruk. Angklung Banyuwangi sebenarnya tidak jauh beda dengan Rindik angklung Bali mendapat pengaruh dari Bali yang kini masih di lestarikan oleh orang Osing yang merupakan peranakan Jawa dan Bali.
Hadrah Kuntulan yang juga disebut kundaran, merupakan salah satu dari sekian seni tradisi yang masih bertahan hingga kini. Berbagai perubahan yang mewarnai perjalanan kuntulan menunjukan kecerdasannya dalam menghadapi setiap perubahan. Identifikasi sebagai karya seni bernuansa Arab - Islam melekat pada kesenian ini pada masa awal kemunculanya. Sperti halnya Ujrat, Tunpitujat dan pembacaan al-Barjanji dengan diiringi alat musik Gembrung yang pernah ada Banyuwangi seperti catatan seorang antropolog pada tahun 1926, John Scholte. Karena itulah pada mulanya pertunjukan seni ini di dominasi oleh laki-laki. Pertemuanya dengan kesenian asli banyuwangi seperti Gandrung, Damarwulan, dan Trengganis serta tarian lainnya merubah hadrah kuntulan menjadi kesenian yang unik dan khas. Tidak hanya gerakan tarinya, musik dan tembang-tembang yang dibawakan pun merupakan kolaborasi unik kesenian tradisi daerah Banyuwangi dan kesenian gurun. Kehadirannya juga menambah perbendaharaan dan warna keseni...
Bordah merupakan bentuk kesenian yang ada hubungannya dengan unsur-unsur seni budaya keagamaan islam, sebagaimana kata bordah itu sendiri yang berasal dari kata "Kasidatul Bordah". Peralatan pokoknya terdiri dari terbang/rebana dengan berbagai ukuran dan dimainkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan bunyi-bunyi instrument yang dilengkapi oleh vokal yang dibawa pemukul-pemukul terbang itu sendiri. Lagu-lagu yang dibawakan merupakan lagu-lagu kasidahan atau lagu-lagu barjanji, sedangkan permainan-permainan terbangnya kadang-kadang dipergunakan juga teknis timpalan sehingga mengasilkan bunyi yang meriah.