×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Provinsi

Jawa Timur

Asal Daerah

Banyuwangi

Mantu Kucing

Tanggal 02 Aug 2014 oleh Cindy_praharasti Khoirunnisa.

Adat Mantu Kucing,

Tradisi Kuno Dari Desa Kemendung

 

Kemajuan teknologi ternyata belum sepenuhnya mampu menggusur adat tradisi. Terbukti, ketika teknologi sudah mampu mendatangkan hujan melalui awan buatan, toh masih ada sekelompok masyarakat di Desa Kemendung, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, yang masih percaya bahwa untuk mendatangkan hujan cukup dengan menggelar adat tradisi Mantu Kucing.

 

Dibandingkan dengan beberapa waktu silam, saat ini memang tidak terlalu banyak masyarakat, termasuk di Desa Kemendung sendiri, yang percaya bahwa hujan akan segera tercurah dari langit begitu digelar adat mantu kucing. Sebagian dari mereka (yang tidak percaya) itu, menganggap bahwa adat tradisi semacam itu hanyalah sebuah tradisi yang bersumber dari kepercayaan kuno.

 

Pendapat mereka itu bisa jadi memang benar. Sebab, bagaimanapun pola berpikir mereka telah berubah total karena adanya pengaruh-pengaruh budaya global yang senantiasa menyuguhkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun demikian, sebagai bangsa timur kita tidak mungkin menafikan begitu saja warisan nenek moyang, yang bila kita kaji lebih dalam dan cermat, ternyata banyak mengandung berbagai kearifan lokal. Benarkah?

 

Mantu kucing adalah sebuah adat tradisi yang digelar khusus dalam rangka meminta hujan. Biasanya adat tradisi seperti ini digelar bila terjadi musim kemarau yang berkepanjangan. Menurut data yang ada, satu-satunya komunitas masyarakat yang hingga saat ini masih tetap mempertahankan ritual minta hujan ini adalah masyarakat di Desa Kemendung, Kecamatan Muncar. Adalah beberapa tokoh masyarakat dan sesepuh adat seperti Mbah Ran, Pak Masuni, Pak Sapi’i, Irsad serta keterlibatan hampir seluruh masyarakat Desa Kemendung lah yang membuat adat tradisi ini masih tetap bertahan hingga sekarang.

 

Secara essential, tradisi ini sebenarnya merupakan bentuk lain dari ikhtiar masyarakat untuk “melawan” terjadinya salah mongso, dengan memanfaatkan simbol-simbol yang dalam kebiasaan kuno di-tabu-kan seperti memandikan kucing misalnya. Menurut kepercayaan orang-orang kuno, konon bila kita memandikan kucing, maka akan terjadi hujan yang sangat lebat.

 

Seperti yang pernah digelar khusus di anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah beberapa waktu lalu, secara kronologis prosesi adat mantu kucing ini seperti juga layaknya orang hajatan ngunduh mantu.  Ada sepasang kucing jantan dan betina yang akan dikawinkan, ada Mbah Ran yang bertindak sebagai modin atau penghulu, dan ada Pak Irsad yang bertindak sebagai Jogotirto.

 

Prosesi perkawinan dua ekor kucing tersebut diawali dengan masuknya iring-iringan para pengantar “pengantin” betina. Setelah calon pengantin betina diterima oleh modin, sesaat kemudian menyusul masuk rombongan pengantar dari pihak “pengantin” jantan. Sebelum dikawinkan, masing-masing betina dan jantan dimandikan lebih dulu oleh Mbah Ran yang dibantu Jogotirto. Setelah itu, barulah Mbah Ran memulai tugasnya mengawinkan kedua ekor binatang piaraan itu.

 

Terlepas dari apakah adat tradisi tersebut benar-benar mampu menurunkan hujan atau tidak, yang jelas, tradisi tersebut telah terjadi secara turun-temurun sejak zamannya nenek moyang dulu. Kalaupun tradisi itu sudah tidak “manjur” lagi untuk mendatangkan hujan, barangkali karena alam dan kehidupan ini sudah jauh berubah.  Atau mungkin juga karena “kadar kepercayaan” masyarakat terhadap kemanjuran tradisi ini sudah sangat tipis.

 

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...