Ritual
Ritual
Ritual Jawa Timur Banyuwangi
Rebo Wekasan

Selamatan Adat Rebo Wekasan

Menjaga Kelestarian Sumber Air

 

SETIAP adat tradisi yang diwariskan secara turun temurun oleh para leluhur, pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Maksud dan tujuan yang dikemas melalui adat tradisi tersebut memang tidak disampaikan secara vulgar, melainkan melalui simbol-simbol tertentu yang perlu perenungan dan pemahaman lebih mendalam.

Barangkali untuk menghindarkan generasi penerus tradisi dari jebakan rutinitas yang membosankan, nenek-moyang kita sengaja menyampaikan pesan-pesan tersebut secara simbolis. Ini (mungkin) dimaksudkan agar generasi penerus tidak sekadar melaksanakan adat tradisi tanpa memahami maksud dan tujuan yang dikandungnya, tapi juga melakukan kajian-kajian lebih lanjut sehingga mampu mendalami makna yang tersirat di dalamnya.

Biasanya, setiap kandungan pesan yang disampaikan dalam sebuah adat tradisi selalu terkait dengan kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, kita bisa melihat pelaksanaan adat tradisi Rebo Wekasan di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah. Tradisi yang rutin diselenggarakan setiap hari Rabu terakhir pada bulan Sapar ini adalah untuk memperingati saat pertama Nabi Hidir mensucikan air.

Secara nalar, selamatan adat Rebo Wekasan memang kurang bisa diterima oleh akal. Sebab bagaimana mungkin hanya dengan melakukan selamatan yang digelar di setiap mata air yang terdapat di sepanjang tepi sungai yang membelah Desa Adat tersebut, lantas sumber-sumber air itu tetap mengalir deras dan jernih sepanjang tahun?

Memang tidak mungkin. Tapi bila kita coba merenungi makna yang tersirat di balik adat tradisi tersebut, kita akan mendapatkan pemahaman lebih jelas tentang bagaimana cara nenek-moyang kita dulu menjaga dan merawat kelestarian sumber daya air.

Bila diterjemahkan secara bebas, adat tradisi Rebo Wekasan itu sebenarnya mengajarkan pada kita bagaimana cara menjaga dan merawat lingkungan hidup. Dengan terjaganya lingkungan yang utuh dan lestari, berarti juga menjaga kelestarian sumber air itu sendiri. Maka melalui pelaksanaan adat tradisi Rebo Wekasan yang rutin diselenggarakan setiap tahun tersebut, masyarakat di lingkungan Desa Kemiren seakan terikat oleh sebuah tanggung jawab besar terhadap kelestarian lingkungan hidup.

Menurut penuturan Serad (65), seorang tokoh adat Desa Kemiren, kesetiaan warga Desa Kemiren dalam melaksanakan adat tradisi Rebo Wekasan itu karena masyarakat masih meyakini bahwa air pertama (wekasan) yang diambil dari sumber air pada hari Rabu terakhir bulan Sapar jam 13.00 wib, memiliki khasiat yang diberikan oleh Nabi Hidir. Karena khasiatnya itu, air tersebut biasanya disimpan oleh masing-masing warga sebagai sarana tolak-balak.

“Jadi mulai hari Selasa atau sehari menjelang selamatan Rebo Wekasan, seluruh warga sudah mulai ngangsu air untuk memenuhi kebutuhannya. Dan pada Rabu pagi mulai jam 06.00 – 12.00 wib, warga dilarang mengambil air dari sumber. Baru kemudian pada jam 13.00 wib, warga kembali diperbolehkan mengambil air. Pada saat itulah, seluruh warga mulai berebut untuk mendapatkan air pertama atau wekasan. Mereka percaya air pertama yang diambil setelah jam 13.00 wib itu mengandung khasiat dan bisa dijadikan sebagai tolak-balak,” tutur Serad.

Terlepas dari benar tidaknya kepercayaan masyarakat, yang jelas bahwa pelaksanaan adat tradisi Rebo Wekasan itu telah berperan banyak dalam upaya menjaga dan menyelamatkan lingkungan. Karena itu, kita tidak boleh memandang sebelah mata tentang sebuah adat tradisi. Sebab di balik pelaksanaannya yang terkadang kurang bisa diterima akal tersebut, ada sebuah kearifan lokal yang patut kita jadikan pegangan dalam mengikuti pola hidup di abad modern sekarang ini.

“Adat tradisi Rebo Wekasan ini sebenarnya perupakan perpaduan antara budaya Hindu dan Islam. Bagi masyarakat Kemiren, tradisi tersebut dianggap sakral karena menyangkut kebutuhan hidup sehari-hari. Karena itu, sampai saat ini masyarakat masih setia melaksanakan adat tradisi yang sudah berlangsung selama ratusan tahun tersebut,” tambah Serad.

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline