Abad 15 dan 16 adalah periode paling berdarah di zona dataran rendah Aceh, Sumatra Timur, dan semenanjung Malaysia. Empat kerajaan saling bantai, berkonspirasi, dan saling menaklukkan untuk memperebutkan kekuasaan pada zona perdagangan internasional yang kini dikenal dengan Selat Malaka. Di tengah kecamuk perebutan kue ekonomi itu, pada tepian sungai Deli–tepatnya sekitar 9 km dari Labuhan Deli–lahirlah sebuah legenda klasik bernama Puteri Hijau. Legenda Sang Puteri yang selalu digambarkan dengan segala kosa kata kecantikan, bertahan hingga kini dalam dua versi. Versi pertama berasal dari catatan sejarah yang mirip cerita lisan yang berkembang di masyarakat Melayu Deli. Versi kedua adalah hikayat dari masyarakat Karo. Keduanya bertentangan dan kelihatan sekali saling berlomba menonjolkan identitas dan ego suku masing-masing. Dari versi lisan Melayu, konon pernah lahir seorang puteri yang sangat cantik jelita di desa Siberaya, dekat hulu sungai Petani (sungai Deli...
Kain adat tradisional Karo (Uis Adat Karo) merupakan pakaian adat yang digunakan dalam kegiatan budaya suku karo maupun dalam kehidupan sehari-hari. Uis Karo memiliki warna dan motif yang berhubungan dengan penggunaannya atau dengan pelaksanaan kegiatan budaya. Pada umumnya Uis Adat Karo dibuat dari bahan kapas, dipintal dan ditenun secara manual dan menggunakan zat pewarna alami (tidak menggunakan bahan kimia pabrikan). Namun ada juga beberapa diantaranya menggunakan bahan kain pabrikan yang dicelup (diwarnai) dengan pewarna alami dan dijadikan kain adat Karo. Beberapa diantara Uis Adat Karo tersebut sudah langka karena tidak lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari, atau hanya digunakan dalam kegiatan ritual budaya yang berhubungan dengan kepercayaan animisme dan saat ini tidak dilakukan lagi. Berikut beberapa contoh Uis Adat Karo. 1. Uis Beka Buluh Ukuran : 166 x 86 Cm Uis Beka Buluh memiliki ciri Gembira, T...
Di Sumatera Utara tepatnya di Pulau Nias terdapat tradisi lompat batu atau disebut hombo batu / fahombo yang telah berlangsung sampai hari ini. Tradisi yang berasal dari Suku Nias yang tinggal di Pulau Nias sebelah barat pulau Sumatera ini sangat unik. Tradisi ini diwariskan secara turun temurun kepada anak laki-laki disetiap keluarga. Namun tidak semua pemuda nias yang belajar dari kecil sanggup melakukan lompat batu tersebut. Suku Nias yakin terdapat unsur magis dari roh leluhur dimana seseorang dapat berhasil melompati batu dengan sempurna. Batu yang harus dilompati tingginya sekira 2 meter, berlebar 90 cm, dan panjangnya 60 cm. Dengan ancang-ancang lari yang tidak jauh, seorang pemuda Nias akan dengan tangkas melaju kencang lalu menginjak sebongkah batu untuk kemudian melenting ke udara melewati sebuah batu besar setinggi 2 meteran menyerupai benteng. Puncak bantu tidak boleh tersentuh dan sebuah pendaratan yang sempurna harus dituntaskan karena apabila tidak maka resi...
Orang Batak menempatkan posisi seseorang secara pasti sejak dilahirkan hingga meninggal dalam 3 posisi yang disebut Dalihan Na Tolu (bahasa Toba), Di Simalungun disebut Tolu Sahundulan. Istilah tersebut berasal dari Batak Toba. Dalihan Na Tolu memiliki arti tungku berkaki tiga. Dalihan Na Tolu ini begitu dijunjung tinggi oleh Bangsa Batak pada umumnya, bahkan dijadikan falsafah dalam kehidupan masyarakat Batak. Dalihan Na Tolu memiliki nilai-nilai kehidupan yang sangat baik bahkan unik karena sifatnya yang saling mendukung satu sama lain. Maksudnya, dalam tradisi Batak terdapat tiga posisi penting kekerabatan bangsa Batak. Pertama, Hula-hula atau Tondong, yaitu kelompok yang posisinya "di atas", sehingga disebut Somba Somba Marhula Hula yang berarti harus hormat kepada keluarga pihak istri agar memperoleh keselamatan dan kesejahteraan. Kedua, Tubu atau Sanina, yaitu kelompok orang orang yang posisinya "sejajar". Posisi tersebut yaitu teman/saudara semarga, s...
Ulos merupakan pakaian adat dari Sumatera Utara. Ulos adalah kain tenun khas Batak, yang secara harfiah berati selimut yang menghangatkan tubuh; melindungi dari terpaan udara dingin. Ulos bisa merankan berbagai fungsi sandang, sebagai selendang, sarung, penutup kepala, dan lain sebagainya. Hari ini, Ulos masih lestari di lingkungan masyarakat Sumatera Utara. Ulos telah dengan mulus berakulturasi dengan berbagai jenis sandang modern, seperti kemeja dan jas. Ulos dianggap sebagai peninggalan leluhur orang Batak, yang merupakan bangsa yang hidup di dataran-dataran tinggi pegunugan. Dengan maksud tetap menjaga tubuh tetap hangat, kain Ulos mereka kenakan untuk menghalau dingin selama mereka berladang dan beraktivitas lainnya. Konon, dari tradisi ini juga lahirnya uangkapan bahwa, bagi leluhur orang Batak, ada tiga sumber yang memberi kehangatan pada manusia, yakni matahari, api dan Ulos. Jika sumber panas matahari dan api terbatas oleh ruang dan waktu, maka tid...
KARYA SENI YANG HAMPIR TAK PERNAH ABSEN DALAM UPACARA TRADISIONAL BATAK Kesetiaan adalah suatu sikap hidup masyarakat tradisional Batak yang banyak menentukan corak budaya Batak. Setia dan taat kepada adat, setia bertatakrama tradisional, patuh dan hormat kepada nenek moyang menyebabkan budaya Batak lestari secara tradisional. Topeng atau kedok adalah gambar atau pahatan dalam bentuk muka orang atau binatang. Topeng pada umumnya dibuat dari kayu, meskipun ada pula dari bahan lain yang dibuat demikian rupa sehingga dapat dipakai di bagian muka atau kepala orang untuk keperluan upacara atau tarian. Muka yang digambarkan adalah watak-watak, tokoh-tokoh atau simbol-simbol tertentu yang dapat memberi efek seperti yang dikehendaki oleh penciptanya. Topeng-topeng dengan efek magis telah lama tumbuh dalam masyarakat. Gambar topeng yang digoreskan pada kendi atau gerabah lain, pada perunggu, genderang perunggu dan lain-lain, sudah ada sejak masa prasejarah. Top...
Pada sekitar abad ke-7 Kerajaan Barus Raya memerintahlah seorang raja yang cukup ternama, Raja Jayadana. Kerajaan yang dibawahinya memasuki era Islam berpusat di Kota Guguk dan Kota Beriang dekat Kadai Gadang sekarang. Pada saat itu ada tiga kota besar di sana termasuk kota. Kerajaan Barus tengah berada di puncak kejayaannya., berkat hasil bumi yang melimpah ruahd an penghasil komoditi langka yang sangat dibutuhkan pada zamannya. Sebutlah itu kapur Barus Raya terdapat pelabuhan tertua di dunia yang menjadi salah satu pusat niaga internasional. Terpenting dari segala kelebihan”ter” itu, raja Jayadana memiliki seorang permaisuri (Ratu) Puteri Runduk yang cantik jelita. Bersamaan dengan datangnya para saudagar dan pemerintahan negeri asing ke Barus semakin santerlah berita mengenai kecantikan sang Permaisuri. Beberapa raja yang terkesima mendengar beritanya kemudian hari berspekulasihendakmerebut Putei Runduk. Dan sudah tentu, untuk dapat memilikinya bukanlah hal mudah....
Bola Nafo bukan sekedar kantong sirih melainkan benda yang dinilai penting bagi tradisi komunal masyarakat Nias. Bola Nafo merupakan benda anyaman sederhana yang dikalungkan pada leher patung Ina Mbanua, dewi yang dimuliakan orang Nias sebagai lambang kesuburan. Oleh karena itu tradisi makan sirih dan perkembangan perlengkapan bersirih seumur dengan perkembangan masyarakat Nias. Makan sirih sudah menjadi kebiasaan orang Nias hingga kini laki-laki maupun perempuan, tua dan muda. Bola Nafo masih dibuat oleh perempuan di setiap kampung di Nias bahkan hampir setiap rumah tangga, untuk kebutuhan sendiri dan/atau diperjualbelikan sebagai barang kerajinan di pasar-pasar tradisional dan toko souvenir. Bola Nafo, meskipun lebih dikenal sebagai tempat sirih siap kunyah, Bola Nafo juga dijadikan sebagai wadah menyimpan emas. Belakangan Bola Nafo dijadikan dompet, tempat menyimpang uang. (Sumber: http://warisanbudayaindonesia.info/view/warisan/780/Bola_Nafo) Sumber foto: Gelar Mu...
Mangongkal holi adalah sebuah tradisi membongkar kembali tulang-belulang dan menempatkannya kembali ke suatu tempat, tepatnya di sebuah tugu . Mangokkal holi adalah salah satu kekayaan kebudayaan masyarakat Batak Toba yang hingga saat ini masih dilestarikan. Bentuk dari mangokkal holi ini adalah upacara ataupun ritual . Tidak ada catatan yang pasti mengenai awal mula upacara mangokkal holi ini. Akan tetapi, secara tradisi dikatakan bahwa upacara ini akan ada jika ternyata arwah dari salah seorang nenek moyang dalam satu keluarga datang kepada salah seorang anggota keluarga yang masih hidup, baik lewat mimpi ataupun lewat penglihatan, lalu memohon untuk memindahkan tulang-belulangnya ke tempat yang lebih layak.