Kalondo Wei merupakan salah satu prosesi dalam pernikahan adat Bima dan merupakan rangkaian ke-8. Kalondo Wei merupakan upacara pengantaran calon penganten putri dari rumah orang tuanya menuju uma ruka (rumah untuk penganten). Dilaksakan pada bulan purnama sesuai sholat Isya. Calon penganten putri diturunkan ( kalondo ) dari atas rumah orang tuanya dan diusung ke uma ruka ( rumah penganten). Diantar oleh sanak keluarga dan kerabat dengan berbusana adat yang beraneka ragam sesuai dengan status sosial dan usia pemakai. Dimeriahkan dengan atrasi jiki hadra (jikir hadra) diiringi musik rebana.Pada waktu yang bersamaan di uma ruka sedang berlangsung “Ngaji kapanca” (tadarusan pada upacara kapanca). Ngaji kapanca akan berakhir bersamaan dengan setibanya rombongan calon penganten putri di uma ruka. Setibanya di uma ruka, rombongan penganten disambut dengan tari wura bongi monca dan dimeriahkan dengan atraksi mpa’a sila, gantao dan buja kadanda.
Dalam seni Tari Bima, semua jenis tari rakyat, disebut “mpa’a ari mai ba asi” atau tari di luar pagar istana (ASI). Hal ini berarti bahwa atraksi kesenian ini tumbuh dan berkembang di luar lingkungan istana, yang lazim disebut dengan Tari Rakyat. Biarpun tari rakyat tumbuh dan berkembang di luar istana, namun sultan melalui para seniman istana, tetap mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan tarian rakyat, dengan demikian mutu tari tetap terpelihara dan terpacu pada nilai dan norma agama dan adat yang islami. Mpa’a Gantao adalah salah satu tarian rakyat yang telah tumbuh sejak zaman kesultanan Bima. Atraksi keseniaan ini diperkirakan ada sejak masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin( 1648-1685).Atraksi kesenian ini cukup popular bagi masyarakat Bima, karena hingga saat ini masih tetap eksis dan dipertunjukkan dalam berbagai acara dan hajatan baik di lingkup Pemerintah Daerah maupun masyarakat. Biasanya Gantao dipertunjukkan pada...
Pada masa kesultanan Bima dan Dompu, seni budaya islam berkembang pesat di daerah Bima dan Dompu. Jenis seni musik islam yang sangat digemari oleh masyarakat ialah “Jiki” (jikir), terdiri dari : Jiki molu (jikir maulud), dinyanyikan pada upacara perayaan maulud (ndiha molu) yang bersamaan dengan upacara UA PUA. Di nyanyikan oleh penyanyi laki – laki tanpa diiringi dengan musik. Pada masa kesultanan, upacara perayaan Islam antara lain aru raja to’I (hari raya idul fitri), aru raja na’e (hari raya idul adha) dan upacar UA PUA (upacara sirih puan), selalu dimeriahkan dengan pergelaran seni islam antara lain jiki marhaba (jikir asrakal. Syair lagu tiga jenis jiki, berisi pujian terhadap kebesaran dan keagungan Allah dan Muhammad Rasulullah, tanpa diiringi oleh musik. Jiki rati (jikir ratih), dinyanyikan pada upacara pernikahan, khitanan dan khataman Al- Qur’an, tanpa diiringi musik. Jiki kapanca (ji...
Tarian kalero berasal dari Donggo suatu Desa yang terletak di atas gunung Salunga yang masuk di wilayah Kabupaten Bima, tarian Kalero merupakan tarian klasik yang masih tetap dipelajari oleh masyarakat Donggo. Tarian ini termasuk tarian yang mempunyai nilai original yang kental dengan adat setempat karena sejak dulu hingga sekarang gerakan tarian Kalero tetap sama dan tidak ada modifikasi. Di percaya tarian Kalero tercipta sejak abad ke 7 saat tanah Bima (dana Mbojo) masih di kepalai oleh para Ncuhi (sejenis kepala suku) dan dimana masih menganut kepercayaan makamba-makimbi (aninisme dan dinamisme). Tarian Kalero ini merupakan tarian spiritual masyarakat Donggo yang berhubungan dengan kepercayaan orang Donggo zaman dulu untuk menghormati yang meninggal, yang setiap gerakannya mempunyai makna dalam meratapi kerabat yang telah meninggal atau berkabung, arti dari setiap gerakan Kalero ini yaitu kesedihan, harapan, dan penghormatan kepada yang meninggal, Ceritanya orang Donggo z...
Tarian Soka adalah tarian para kesatria. Tarian ini berasal dari desa Sari kecamatan Sape. Sultan Bima ke 2 Abdul Khair Sirajuddin(1640-1682) mengangkat tarian ini menjadi tarian resmi Istana Bima yang dinainkan oleh para Lasykar Kesultanan Bima. Secara turun temurun tarian soka dimainkan oleh keturunan penari Soka di desa Sari kecamaran Sape. Tarian Soka menjadi tarian pengiring dan pengawal di barisan depan setiap upacara di kesultanan Bima, salah satunya adalah Upacara Hanta UA Pua. Tari Soka dimainkan oleh dua orang prajurit dengan senjata Tombak dan Tameng. Diiringi tabuhan 2 gendang dan Sarone atau Serunai. Iringan tarian soka tidak disertai gong,karena biasanya tarian soka sering digelar sambil berjalan. Soka selalu menjadi atraksi pengawal di barisan depan pada setiap upacara kerajaan Bima. Kostum penari Soka berwarna merah yang melambangkan kegagahan dan keberanian para parajurit kesultanan Bima di medan perang. Senjata tombak selalu di depan yang menunjukkan jiwa k...
Tari Lopi Penge mengisahkan hubungan asmara antara puteri raja Bima dengan putera mahkota Raja Gowa. Lopi adalah perahu atau biduk. Sedangkan Penge ibarat seseorang yang kangen dan rindu. Jadi Lopi penge adalah biduk yang selalu rindu.Gerakan tarian ini didominasi gerakan yang atraktif seperti sebuah biduk yang selalu ingin berlabuh.Tarian ini dimainkan oleh 7 orang penari perempuan dan 1 orang penari laki-laki. Enam orang penari perempuan adalah sebagai dayang-dayang Istana Bima. 1 orang yang berbaju merah sendirian adalah puteri Raja Bima. Sedangkan seorang lelaki dengan tombak dan membawa selendang adalah putera Raja Gowa. Tarian ini adalah tarian kreasi oleh Sanggar Seni Tolo Loa kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Jenis tarian ini adalah tari kreasi baru yang diangkat dari cerita zaman dulu. Pada saat itu untuk menyampaikan isi hati kepada seorang puteri, seorang lelaki harus menempuh dengan berbagai macam cara. Dalam sebuah cerita bahwa putera Raja Gowa (Makassar) menaruh cinta...
Permainan Rakyat Tradisional Bima-Dompu AE AENA mungkin sudah hilang dari telinga generasinya. Permainan ini kini telah digeser berbagai jenis permainan dan game manca Negara yang saat ini menjamur di tanah air. Hingga tidak heran anak-anak dan generasi muda saat ini telah menjadi orang asing di tanahnya sendiri. Sebagai kenangan budaya, saya gambarkan permainan rakyat AE AE NA sebagai berikut : Ae-aena merupakan perpaduan Seni Gerak (Tari), percakapan atau Dialog (Teater) diiringi lagu Ae-aena. Pada masa lalu,permainan ini lazim dimainkan anak-anak pada waktu istirahat seusai belajar atau bekerja membantu orang tua guna menghibur hati yang gundah. Dimainkan oleh anak-anak usia antara 7-12 tahun, terdiri dari anak perempuan dan laki-laki. Lazimnya dimainkan dihalaman rumah dikala bulan purnama seusai belajar mengaji dan shalat. Ae-aena diangkat dari judul lagu”Ae-aena” yang mengiringi dolanan Ae-aena. Aena berarti Hasna, kata Na merupakan singkatan dar...
Alat musik ini mulai dikenal seiring masuknya Islam di Bima. Masyarakat Bima Dompu menyebutnya dengan Arubana. Rebana termasuk juga jenis musik membranofon. Rebana biasanya merupakan suatu musik orkestra yang semua peralatan musiknya adalah rebana. Hanya besar kecilnya saja yang membedakan nadanya. Orkestra rebana diperggunakan juga sebagai alat musik pengiring seperti Lombok, Rebana dipergunakan untuk menggiringgi tari Rudat. Di Bima untuk mengiringi Ziki( zikir ) tari hadrah, di sumbawa untuk mengiringi Lawas ( tembang Sumbawa), atau dalam bentuk musik orkestra seperti sakeco, saketa dan juga untuk mengiringi tarian kreasi baru. Bahan untuk membuat rebana yaitu terdiri atas kayu, kulit, rotan dan kawat. Masyarakat Bima Dompu membuat Arubana dengan kayu nangka atau kayu jati. Kulit yang dipakai adalah kulit kambing. Rotan...
#OSKMITB2018 Indonesia memiliki banyak sekali keberagaman budaya, salah satunya adalah kesenian tari yang tidak kalah penting dengan budaya yang lainnya karena merupakan suatu unsur dari kesatuan budaya Indonesia sendiri. Di Nusa Tenggara bagian Barat, tepatnya di daerah Lombok, terdapat sebuah kesenian tari yang dinamakan Peresean. Peresean merupakan tradisi dari suku Sasak yang menceritakan tentang pertarungan antara dua lelaki. Senjata yang di gunakan da;am tarian yaitu penjalin (tongkat rotan) dan ende (perisai dari kulit kerbau yang bertekstur tebal dan keras). Dalam kesenian Peresean terdapat dua peran, ada pepadu (petarung) dan pakembar (wasit). Peserta Peresean tidak dipersiapkan tetapi langsung dipilih acak dari deretan penonton. Peserta akan dinyatakan kalah ketika bagian tubuhnya ada yang luka sampai berdarah. Pertarungan akan dimulai ketika jumlah peserta sudah pas. Pakembar sedi (wasit pinggir) men...