Pada umumnya di Manggarai terdapat banyak ritus adat yang dilakukan untuk memasuki tahun baru. Misalnya yang lazim dilakukan masyarakat adat di wilayah Flores bagian barat itu ialah ritus Teing Hang Empo. Secara harafiah, ritus ini dapat diartikan sebagai “memberi makan kepada leluhur”. Namun lebih dari itu ritus Teing Hang Empo yang sering dilakukan pada awal tahun dapat dimaknai sebagai bentuk ucapan syukur kepada Sang Pencipta. Itu terutama atas berkah dan rezeki pada tahun sebelumnya dan sekaligus meminta karunia untuk tahun selanjutnya. Jika demikian di daerah lain di Manggarai, di Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) juga memiliki ritus unik memasuki tahun baru yaitu Cor Molo. Cor Molo merupakan aktivitas menuangkan beras ke dalam satu ruas bambu. Ruas bambu kemudian dipanggang di tungku api dan bisa dijadikan nasi bambu. Darius Gari, seorang tokoh adat asal Kampung Lompong, Desa Golo Lembur, Kecamatan...
Di atas meja tersedia “lida” atau nyiru yang di dalamnya sejumlah tempurung dan piring serta sebotol “moke”, alkohol lokal hasil sulingan nira lontar. Di dalam masing-masing tempurung diletakkan manu waten (hati ayam), pare hoban (beras), bako koli (lintingan rokok dari daun lontar), bako wolot (tembakau), wua ta’a (sirih pinang), lengi kabor (minyak kelapa), irisan nenas serta telur dan daging ayam yang sudah dimasak. Itulah semua bahan yang dibutuhkan dalam ritual ini. Selanjutnya di bawah pimpinan Mama Nika, mereka akan berjalan dari kuwu ke kuwu (dari pondok ke pondok tempat memasak garam) sambil membawa “lida”. Masing-masing keluarga pemilik pondok harus menyiapkan kelapa muda. Selain itu mereka juga harus memancangkan tiang pendek dari bilah bambu atau kayu yang di bagian atasnya dipasangkan potongan pelepah pinang untuk meletakkan sesajen di samping tungku masak dalam pondok. Ritual akan berakhir di mahe nu...
Puru Lamananga adalah ritual yang dilakukan oleh penganut agama asli orang Sumba (Marapu) yang sudah mendapat pengakuan dari pemerintah lewat surat dari Kemendikbud Dirjen Kebudayaan nomor : TI 313/f.8/n.1.1/2016. Pengakuan itu juga tertuang dalam surat penyampaian tanda inventarisasi no 48/f4/pkt/2015 serta SKT dari pemda Sumba Timur dengan nomor BKBP 220/365/B.3/VIII/2015. Ritual Puru Lamananga merupakan ritual tahunan yang dilakukan menjelang awal musim tanam dimana para penganut Marapu memohon kepada Sang Pencipta agar diturunkan hujan yang cukup untuk dapat bercocok tanam pada musim tanam tahun ini. Tahapan Ritual Ritual ini dilakukan dalam 4 tahapan. Tahapan pertama dilakukan pada tanggal 10 Desember 2016 lalu di Mananga atau yang dalam bahasa Indonesia disebut muara, tepatnya di Desa Wanga, Kecamatan Umalulu, Sumba Timur.Ritual pada tahap pertama ini disebut Ritual Wuku Maundala kapeika nggili duaka (Lamuru lukuwalu) Dalam ritual in...
Sebuah ritus sudah dibangun sejak tahun 1970-an demi menyelematkan masa depan anak-anak Desa Lembur Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur (Matim). Pada awalnya bertujuan gotong royong bersama untuk bekerja kebun atau membangun rumah. Kini telah dimodernisasikan menjadi ritual kumpul dana dalam rangka membantu proses biaya pendidikan anak hingga di bangku kuliah. Desa Lembur tidak begitu jauh dari Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur. Dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun empat, Desa ini dapat ditempuh dalam waktu 1 jam. Sebagian besar masyarakat Desa Lembur adalah petani dengan pekerjaan sehari-harinya adalah mengelola hasil perkebunan cengkeh, kakao, dan kemiri yang dapat membantu kehidupan ekonomi mereka. Sejak ratusan tahun lalu leluhur sudah mewariskan mereka budaya gotong royong yang dipertahankan terus oleh generasi penerus untuk saling membantu satu sama lain. Sebagai salah budaya y...
Nama Boti tentunya tidak asing lagi bagi wisatawan Nusantara maupun Mancanegara yang sudah pernah menginjakan kakinya di bumi berpenghasilan Cendana ini. Di dunia kepariwisataan, daya tarik wisata budaya Boti terus diburu oleh para pelancong lokal maupun internasional. Karena keunikan budaya tersebut membuat nama Boti terus menebar aroma bagi para pengunjungnya. Pada edisi budaya kali ini kami sengaja menyuguhkan budaya suku Boti yang diadaptasi dari disbudpar.ttskab.go.id, sebagai salah satu kekayaan budaya NTT dan Indonesia pada umumnya. Boti merupakan sebuah desa tradisional yang berada di Kecamatan Kie, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Desa Boti ini cukup terkenal, karena di sana bermukim sebuah suku asli (Suku Boti) yang hingga kini masih mempertahankan tradisi nenek moyang mereka selama beratus-ratus tahun. Warga Suku Boti hanya sekitar 415 jiwa itu masih menganut aliran kepercayaan asli yang diturunkan leluhur mereka. Di sekeliling mereka hidup masyarakat lain...
Kabupaten Sabu Raijua merupakan Daerah Otonom yang baru terbentuk Tahun 2008 berdasarkan Undang – undang Nomor 52 Tahun 2008 tanggal 26 Nopember 2008, yaitu pemekaran dari Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur dimana Kabupaten Sabu Raijua merupakan Kabupaten yang ke 21 di propinsi Nusa Tenggara Timur. Sebagaimana dilansir saburaijuakab.go.id, situs resmi pemkab Sabu Raijua, pulau Sabu juga dikenal dengan sebutan Sawu atau Savu. Penduduk di pulau ini sendiri menyebut pulau mereka dengan sebutan Rai Hawu yang artinya Tanah dari Hawu dan orang Sabu sendiri menyebut dirinya dengan sebutan Do Hawu. Nama resmi yang digunakan pemerintah setempat adalah Sabu. Masyarakat Sabu menerangkan bahwa nama pulau itu berasal dari nama Hawu Ga yakni nama salah satu leluhur mereka yang dianggap mula-mula mendatangi pulau tersebut. Menurut sejarah, nenek moyang orang Sabu berasal dari suatu negeri yang sangat jauh yang letaknya di sebelah Barat pulau Sabu. Pada abad ke-3...
Ungkapan syukur masyarakat atas hasil panen yang baik dirayakan dengan pawai kuda yang diiringi dengan alat musik tradisional seperti gong dan gendang, pembacaan puisi adat, nyanyi-nyanyian rakyat. Setelah Hole selesai, acara dilanjutkan dengan berlayar dengan perahu tradisional, acara perang adat, adu ayam, dan malam hari ditutup dengan Pado’a atau pertunjukkan tari tradisional. sumbe r: https://www.wego.co.id/berita/festival-festival-terbaik-nusa-tenggara-timur/
Lokasi: Rote Barat Laut, Kabupaten Rote Ndao (Pulau Rote) Upacara Hoes Ndeo digelar enam hari berturut-turut antara bulan Juli dan Agustus di Desa Boni, berjarak 12 kilometer dari ibu kota Kabupaten Rote Nda, Ba’a. Upacara tersebut dipersembahkan bagi dewa laut. Beberapa pertunjukkan yang bisa disaksikan selama upacara berlangsung antara lain pertunjukkan menunggang kuda, tari tradisional yang diiringi alat musik gong dan kebelai, lagu-lagu rakyat, serta pembacaan puisi adat. sumber : https://www.wego.co.id/berita/festival-festival-terbaik-nusa-tenggara-timur/
Pada zaman dahulu, dekat Sungai Gega, ada sebuah kampung yang antara lain dihuni oleh seorang pemuda. Pemuda itu namanya Lopi. Tibalah suatu malam di bulan pernama, masa tiada pekerjaan di kebun, musim kemarau panjang hingga banyak sungai yang mengering, pepohonan banyak yang berguguran daunnya, dan rerumputan banyak yang kering gersang. Oleh karena masa dan musim kemarau yang panjang, anak-anak dan pemuda-pemudi di kampung sehari-harian hanyalah tidur makan. Usai makan mereka hanya bermain biji leke, bermain gasing, dan kemiri. Suatu hari, seorang pemuda, Lopi namanya, mengajak anak-anak dan para pemuda itu. Katanya, "Jika Saudara-saudara setuju, dari pada kita menganggur, lebih baik besok kita mencari udang di sungai. Banyak udang di sungai Gega yang saya sendiri lihat." Ajakan pemuda yang bernama Lopi itu, benar-benar sangat ditanggapi dan diterima oleh banyak orang sekampung itu. Dini hari berikutnya, mereka pergi ke Sungai Gega. Yang p...