Menyebutkan bahwa Airlangga memerintahkan pembangunan sebuah waduk Hujung Galuh di Waringin Sapta (Waringin Pitu) guna mengatur aliran Sungai Brantas. Sehingga banyak kapal dagang dari benggala, Srilangka dan lain-lain dating ke pelabuhan itu. Prasasti Kamalagyan (959 Saka atau 1037M) terletak di dusun Klagen, desa Tropodo, kecamatan Krian, kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.[1] Prasasti ini memiliki ukuran panjang 115 cm, dengan ketebalan 28 cm dan ukuran tinggi 215 cm. Prasasti ini terbuat dari batu kali atau batu andesit. Prasasti ini di tulis dengan huruf dan bahasa Jawa Kuno, isi dari prasasti ini adalah menyebutkan di bangunnya sebuah bandungam (dam) di Wringin Sapto oleh Taja Airlangga yaitu raja dari Kediri bersama rakyat.[2] Pada prasati ini juga memuat puji – pujian terhadap raja sebagai ratu cakrawati / penguasa dunia yang menyirami dunia ini dengan air amerta yang penuh kasih sayang. Prasati Kamalagyan diketahui dikeluarkan hanya seminggu tambah sehari setelah...
sumber : (http://panduanwisata.id/files/2013/02/gedung-internatio4.jpg) Gedung Internatio atau Internationale Crediten Handelvereeniging, adalah salah satu bangunan peninggalan sejarah pada masa penjajahan Belanda yang ada di Surabaya. Awalnya Gedung Internatio atau Internationale Crediten Handelvereeniging adalah sebuah perusahaan yang artinya kira-kira Asosiasi Komersial dan kredit Internasional “Rotterdam”. Ya, di gedung inilah dulu menjadi salah satu, tempat pengelolaan perdagangan di masa penjajahan Belanda. Sekedar tahu, perusahaan Internatio merupakan perusahaan yang berdiri sejak 1863 sampai 1970. Perusahaan tersebut dibentuk oleh produsen kapas di Twente dan bergerak di bidang pembiayaan perdagangan. Gedung Internatio terletak di sudut jalan Heerenstraat dan Willemsplein, yang sekarang disebut jalan Jayengrono, Surabaya. Tepatnya berada di dekat Jembatan Merah Plaza dan Stasiun Jembatan Merah. Daerah ini dianggap sebagai daerah yang sib...
Menurut cerita yang berkembang, kesenian rakyat ini diciptakan Mbah Namengjoyo dan merupakan kesenian turunan dari Jaran Kecak yang dalam pementasannya menggunakan kuda asli yang dipakaikan zirah. Namun, Jaran Bodhag berbeda, karena, kesenian ini menggunakan kuda tiruan yang terbuat dari kayu dan rotan serta dibuat seperti kuda asli. Dalam gelarannya, kesenian yang sering ditanggap untuk meramaikan pesta perkawinan atau khitanan, berupa arak-arakan yang diiringi instrumen tradisional gamelan. Sumber : https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/riyan-sumarno/6-kesenian-jawa-timur-c1c2/full
Tari Gandrung dilakukan sebagai manifestasi rasa syukur rakyat setelah panen. Kata "Gandrung" didefinisikan sebagai "terpesonanya" masyarakat Blambangan (nama lain dari Banyuwangi) agraris untuk Dewi Sri sebagai Dewi Padi dan Sawah serta Dewi Pertanian yang membawa kemakmuran bagi masyarakat. Bahkan, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung. Tarian ini dilakukan berpasangan antara wanita (penari gandrung ) dan pria (pemaju) yang dikenal sebagai "paju" . Tari Gandrung dibagi menjadi beberapa tarian, yaitu Jejer Gandrung, Paju Gandrung, Seblang Lukinto, Seblang Subuh, Gandrung Dor, Gandrung Marsan, Gama Gandrung dan Jaripah. Beberapa pembagian tersebut dibagi berdasarkan babak pertunjukan, musik atau yang sifatnya dramatis dan mistis. Dalam pertunjukannya, diiringi dengan musik khas, yaitu Gamelan Osing. Dan Tari Gandrung sering dipentaskan di acara-acara khitanan, pernikahan, pethik laut, tujuh...
Foto: Muhammad Aminudin Sebuah monumen mengenang jasa Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) ada di Kota Malang. Lokasinya masih di kawasan Jalan Ijen, atau depan Gereja Katedral. Jalan didepannya pun dikenal sebagai Jalan Pahlawan Trip. Monumen ini diresmikan oleh Presiden Soekarno tahun 1959 untuk mengenang gugurnya 35 prajurit TRIP dalam mempertahankan kemerdekaan atas Agresi Belanda I tahun 1947. Deretan nama-nama pejuang juga diukir dalam dinding kompleks monumen. Tidak banyak yang tahu, pejuang pelajar ini gugur sampai berkorban nyawa melawan Belanda. TRIP merupakan embrio dari lahirnya Barisan Keamanan Rakyat (BKR) ketika tentara Jepang melawan Sekutu, di tahun 1945 lahirnya BKR pelajar diikuti prajurit berusia 15-18 tahun bergabung bersama tentara melawan penjajah, kemudian berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat Pelajar (TKRP), dan pada tahun 17 Januari 1946 menjadi TRIP.Saat Agresi Belanda I, pertahanan Kota Malang dibagi menj...
Dahulu kala, hiduplah seorang pemuda bernama Rangga Gading. Ia sangat sakti, namun sayangnya sering menyalah gunakan kesaktiannya dengan melakukan perampokan dan pencurian. Rangga Gading adalah pencuri yang lihai, ia tak pernah tertangkap. Hal tersebut adalah karena ia memiliki kesaktian yaitu bisa mengubah dirinya menjadi apapun yang diinginkan. Ia bisa menjelma menjadi binatang, pohon, batu, atau air. Suatu ketika, Rangga Gading mencuri kerbau lima ekor. Pencurian itu sengaja dilakukan pada siang hari untuk pamer kesaktian. Ketika warga kampung mengetahui kerbau-kerbau mereka dicuri, mereka pun beramai-ramai memburu pencurinya. Rangga Gading tertawa melihat ulah para penduduk, dan muncul ide di kepalanya untuk mengerjai mereka. Dengan kesaktiannya, Rangg Gading mengubah kaki-kaki kerbau menjadi terbalik, sehingga jejak telapak kaki hewan-hewan itu berlawanan arah. Warga yang mengikuti jejak itu tertipu, mereka justru semakin menjauh dari para kerbau. Warga yang putus asa k...
Kota Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur, Indonesia, sekaligus kota metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Daerah metropolitan Surabaya yaitu Gerbang Kertosusila yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa, Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan Arek-Arek Suroboyo (Pemuda-pemuda Surabaya) dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari serangan penjajah. Kata Surabaya sering diartikan secara filosofis sebagai lambang perjuangan antara darat dan air. Menurut sejarah, nama kota ini sudah muncul sejak awal Kerajaan Majapahit, yakni dikenal dengan nama Ujung Galuh. Namun karena sebuah peristiwa, maka daerah itu dinamakan “SURABAYA” yang berarti “SELAMAT DARI BAHAYA”. “Surabaya” sendiri diambil dari simbol ikan sura atau hiu (selamat) dan buaya (bahaya) untuk menggambarkan kepahlawanan tentara Maj...
Dikisahkan, pada zaman dahulu di Madura, hiduplah seorang pemuda bernama Aryo Menak. Suatu malam, Aryo Menak beristirahat di bawah pohon di dekat sebuah danau. Tiba-tiba ia melihat cahaya sangat terang berpendar di pinggir danau itu. Aryo Menak sangat terkejut ketika melihat tujuh orang bidadari sedang mandi di sana. Kemudian timbul keinginannya untuk memiliki salah seorang bidadari. Ia pun mengendap-ngendap mengambil sebuah selendang milik salah seorang bidadari. Tidak berapa lama, para bidadari selesai mandi dan mereka bergegas mengambil pakaiannya masing-masing. Kemudian terbang ke berhasil istananya di kahyangan. Namun, ada seorang bidadari yang mencari-cari selendangnya. Setelah tak menemukannya, ia pun menangis karena ia tidak dapat terbang kembali ke kahyangan. Melihat hal itu, Aryo Menak mendekatinya dan berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi. "Jangan bersedih. Mungkin sudah kehendak para dewa berdiam di bumi untuk sementara waktu. Lebih baik ikut ke rumah sa...
Dewi Sanggalangit terkenal karena kecantikannya. Ia adalah puteri raja Kediri. Banyak pangeran dan raja-raja ingin meminangnya untuk dijadikan sebagai istri. Namun sayang, ia belum memiliki keinginan untuk menikah. Hal ini membuat kedua orang tuanya bingung. Sebab, mereka ingin menimang seorang cucu. Mereka pun mendesak sang Putri agar cepat menikah. Karena itu, sang Putri akhirnya mau menikah, namun dengan syarat dihibur oleh tontonan yang menarik. Tontonan itu harus belum pernah ada. Tontonan ini harus semacam tarian yang diiringi gamelan, dilengkapi barisan kuda kembar, dan ada binatang berkepala duanya. Tak lama setelah itu, sang Raja mengadakan sayembara, isinya persis seperti yang diminta oleh sang Putri. Para pelamar yang tadinya bersemangat menjadi banyak yang ciut nyalinya. Banyak dari mereka yang akhirnya mengundurkan diri. Akhirnya tinggal dua orang saja yang tersisa. Mereka adalah Raja Singabarong dari Kerajaan Lodaya dan Raja Kelana Swandana dari Kerajaan Bandar...