sumber : (http://panduanwisata.id/files/2013/02/gedung-internatio4.jpg)
Gedung Internatio atau Internationale Crediten Handelvereeniging, adalah salah satu bangunan peninggalan sejarah pada masa penjajahan Belanda yang ada di Surabaya.
Awalnya Gedung Internatio atau Internationale Crediten Handelvereeniging adalah sebuah perusahaan yang artinya kira-kira Asosiasi Komersial dan kredit Internasional “Rotterdam”. Ya, di gedung inilah dulu menjadi salah satu, tempat pengelolaan perdagangan di masa penjajahan Belanda. Sekedar tahu, perusahaan Internatio merupakan perusahaan yang berdiri sejak 1863 sampai 1970. Perusahaan tersebut dibentuk oleh produsen kapas di Twente dan bergerak di bidang pembiayaan perdagangan.
Gedung Internatio terletak di sudut jalan Heerenstraat dan Willemsplein, yang sekarang disebut jalan Jayengrono, Surabaya. Tepatnya berada di dekat Jembatan Merah Plaza dan Stasiun Jembatan Merah. Daerah ini dianggap sebagai daerah yang sibuk di Surabaya. Gedung Internatio berdekatan dengan Gedung Cerutu dan Gedung Polwiltabes Surabaya. Bangunan cokelat ini memiliki dua lantai, yang masih terlihat kokoh dan berdiri mantap di antara modernisasi.
Gedung Internatio sendiri didirikan pada 1927 dan rampung pada 1931, penggarapnya adalah biro arsitek AIA Aristech (Algemeen Ingenieurs en Architecten Bureau). Arsitek pada masa itu adalah Ir.Frans Johan Louwrens Ghijsels, arsitek terkenal yang juga perancang Rumah Sakit “Onder de Bogen” di Yogya (kini Panti Rapih) dan Stasiun Kota Jakarta. Awalnya Gedung Internatio, merupakan markas Pasukan Komandan Brigade ke-49 Inggris, yang mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Setelah itu bangsa Indonesia baru menempati gedung tersebut setelahnya. Konon Gedung dua lantai ini kini kabarnya dikelola oleh PT Tjipta Niaga atau PT Aneka Niaga, meski tak tampak ada aktivitas di dalamnya, sejak beberapa tahun lalu.
Cerita lain mengenai gedung ini adalah sebagai tempat pendorong masuknya investasi. Pembangunan Gedung ini bukan semata sebagai simbol kejayaan penjajahan Belanda, namun juga upaya mereka untuk menarik investor agar berinvestasi di Jawa. Sebuah pertunjukan kapitalisme telah ditunjukkan secara apik sejak dulu oleh Belanda melalui gedung ini. Gedung Internatio waktu itu termasuk yang paling megah di Surabaya.
Konon pada masa itu sebuah Koran sehari sebelum peresmiannya pada 1 Agustus 1931, melukiskan bagaimana rupa bangunan ini dalam kalimat yang memikat:
“Kesederhanaan facade depan gedung inilah yang memberikan gedung baru ini sebuah karakter. Gedung ini berdiri diatas landasan granit Padalarang begitu juga dinding-dindingnya. Nama dagang Internatio terpasang megah dari bahan timah; kedua menara di ujung kanan dan kiri terpasang tiang bendera yang dekoratif.”
Selain indah, Gedung ini menyimpan sejarah. Hal ini dapat dilihat dari lekat-lekat keseluruhan bangunan ini. Apabila berada didalamnya wisatawan dapat sedikit berimajinasi dengan berdiam dan membayangkan bagaimana suasana sekitar tahun 1945, ketika hiruk pikuk kemerdekaan baru dikumandangkan; atau mungkin jauh sebelumnya saat gedung ini baru berdiri ketika Belanda masih menjadi penguasa tempat ini.
Banyak peristiwa penting dari masa lampau hingga kini yang dilalui gedung ini, salah satunya adalah peristiwa 10 November 1945. Saat itu arek-arek Suroboyo yang hanya bersenjatakan seadanya—mengepung gedung ini. Hal ini serta merta ditanggapi oleh pasukan sekutu yang dengan senjata-senjata lebih modern melalui sela-sela sisi gedung siap menembak ke arah pejuang republik. Keadaan semakin tak terkendali ketika tiba-tiba sebuah granat meledak dan disusul berondongan tembakan pasukan Sekutu. Suasana yang sudah tegang kini beralih menjadi kacau, ketika para pejuang Indonesia membalas dan pertempuran sengit tak terelakkan. Hingga pada akhirnya disusul terjadinya ledakan dari mobil yang ditumpangi Brigjen Mallaby. Brigjen Mallaby pun tewas, hingga kini tak diketahui siap pelaku pelemparan granat yang menewaskan Brigjen Mallaby.
Saat ini gedung Internatio tentu kalah mentereng dengan bangunan-bangunan modern yang menjulang tinggi, serta tampak bersih. Namun disanalah, wisatawan akan mendapati “aroma” perjalanan perjuangan kemerdekaan bangsa ini.
sumber : http://surabaya.panduanwisata.id/wisata-sejarah-dan-budaya/gedung-internatio-surabaya-dari-masa-ke-masa/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja