|
|
|
|
![]() |
Gedung Internatio Tanggal 04 Jan 2019 oleh Roro . |
sumber : (http://panduanwisata.id/files/2013/02/gedung-internatio4.jpg)
Gedung Internatio atau Internationale Crediten Handelvereeniging, adalah salah satu bangunan peninggalan sejarah pada masa penjajahan Belanda yang ada di Surabaya.
Awalnya Gedung Internatio atau Internationale Crediten Handelvereeniging adalah sebuah perusahaan yang artinya kira-kira Asosiasi Komersial dan kredit Internasional “Rotterdam”. Ya, di gedung inilah dulu menjadi salah satu, tempat pengelolaan perdagangan di masa penjajahan Belanda. Sekedar tahu, perusahaan Internatio merupakan perusahaan yang berdiri sejak 1863 sampai 1970. Perusahaan tersebut dibentuk oleh produsen kapas di Twente dan bergerak di bidang pembiayaan perdagangan.
Gedung Internatio terletak di sudut jalan Heerenstraat dan Willemsplein, yang sekarang disebut jalan Jayengrono, Surabaya. Tepatnya berada di dekat Jembatan Merah Plaza dan Stasiun Jembatan Merah. Daerah ini dianggap sebagai daerah yang sibuk di Surabaya. Gedung Internatio berdekatan dengan Gedung Cerutu dan Gedung Polwiltabes Surabaya. Bangunan cokelat ini memiliki dua lantai, yang masih terlihat kokoh dan berdiri mantap di antara modernisasi.
Gedung Internatio sendiri didirikan pada 1927 dan rampung pada 1931, penggarapnya adalah biro arsitek AIA Aristech (Algemeen Ingenieurs en Architecten Bureau). Arsitek pada masa itu adalah Ir.Frans Johan Louwrens Ghijsels, arsitek terkenal yang juga perancang Rumah Sakit “Onder de Bogen” di Yogya (kini Panti Rapih) dan Stasiun Kota Jakarta. Awalnya Gedung Internatio, merupakan markas Pasukan Komandan Brigade ke-49 Inggris, yang mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Setelah itu bangsa Indonesia baru menempati gedung tersebut setelahnya. Konon Gedung dua lantai ini kini kabarnya dikelola oleh PT Tjipta Niaga atau PT Aneka Niaga, meski tak tampak ada aktivitas di dalamnya, sejak beberapa tahun lalu.
Cerita lain mengenai gedung ini adalah sebagai tempat pendorong masuknya investasi. Pembangunan Gedung ini bukan semata sebagai simbol kejayaan penjajahan Belanda, namun juga upaya mereka untuk menarik investor agar berinvestasi di Jawa. Sebuah pertunjukan kapitalisme telah ditunjukkan secara apik sejak dulu oleh Belanda melalui gedung ini. Gedung Internatio waktu itu termasuk yang paling megah di Surabaya.
Konon pada masa itu sebuah Koran sehari sebelum peresmiannya pada 1 Agustus 1931, melukiskan bagaimana rupa bangunan ini dalam kalimat yang memikat:
“Kesederhanaan facade depan gedung inilah yang memberikan gedung baru ini sebuah karakter. Gedung ini berdiri diatas landasan granit Padalarang begitu juga dinding-dindingnya. Nama dagang Internatio terpasang megah dari bahan timah; kedua menara di ujung kanan dan kiri terpasang tiang bendera yang dekoratif.”
Selain indah, Gedung ini menyimpan sejarah. Hal ini dapat dilihat dari lekat-lekat keseluruhan bangunan ini. Apabila berada didalamnya wisatawan dapat sedikit berimajinasi dengan berdiam dan membayangkan bagaimana suasana sekitar tahun 1945, ketika hiruk pikuk kemerdekaan baru dikumandangkan; atau mungkin jauh sebelumnya saat gedung ini baru berdiri ketika Belanda masih menjadi penguasa tempat ini.
Banyak peristiwa penting dari masa lampau hingga kini yang dilalui gedung ini, salah satunya adalah peristiwa 10 November 1945. Saat itu arek-arek Suroboyo yang hanya bersenjatakan seadanya—mengepung gedung ini. Hal ini serta merta ditanggapi oleh pasukan sekutu yang dengan senjata-senjata lebih modern melalui sela-sela sisi gedung siap menembak ke arah pejuang republik. Keadaan semakin tak terkendali ketika tiba-tiba sebuah granat meledak dan disusul berondongan tembakan pasukan Sekutu. Suasana yang sudah tegang kini beralih menjadi kacau, ketika para pejuang Indonesia membalas dan pertempuran sengit tak terelakkan. Hingga pada akhirnya disusul terjadinya ledakan dari mobil yang ditumpangi Brigjen Mallaby. Brigjen Mallaby pun tewas, hingga kini tak diketahui siap pelaku pelemparan granat yang menewaskan Brigjen Mallaby.
Saat ini gedung Internatio tentu kalah mentereng dengan bangunan-bangunan modern yang menjulang tinggi, serta tampak bersih. Namun disanalah, wisatawan akan mendapati “aroma” perjalanan perjuangan kemerdekaan bangsa ini.
sumber : http://surabaya.panduanwisata.id/wisata-sejarah-dan-budaya/gedung-internatio-surabaya-dari-masa-ke-masa/
![]() |
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
![]() |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
![]() |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
![]() |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |