Raja Simangolong memimpin sebuah kerajaan di daerah Teluk Dalam, Sumatera Utara . Sang raja memiliki seorang anak perempuan berparas cantik jelita bernama Sri Pandan. Disamping cantik jelita, Sri Pandan juga terkenal sangat baik hatinya lagi terampil bekerja. Ia terampil menganyam tikar juga menumbuk padi. Kecantikan Sri Pandan telah dikenal di seantero negeri. Banyak para pemuda berkeinginan meminang Sri Pandan. Namun demikian, Raja Simangolong berharap Sri Pandan kelak menikah dengan pangeran negeri lain agar bisa menjalin hubungan baik dengan negeri tersebut. Kecantikan putri Sri Pandan terdengar hingga di kerajaan Aceh. Pangeran Aceh sangat berkeinginan untuk melamar putri Sri Pandan. Raja Aceh kemudian mengirim utusan ke kerajaan Teluk Dalam untuk memberitahu perihal lamaran Pangeran Aceh terhadap Putri Sri Pandan. Raja Simagolong merasa gembira dengan kedatangan utusan dari kerajaan Aceh. Ia sangat setuju jika putri Sri Pandan menikah dengan Pange...
Latar belakang sosial budaya permainan Fakete Bulu Go'o adalah bahwa permainan dapat dilakukan oleh seluruh anak-anak. Ini memberi petunjuk bahwa seluruh anak-anak itu dipandang sama, dan bahwa mereka perlu dilatih agar mampu dengan unsur-unsur pendidikan yang tersembunyi di dalam permainan, seperti yang telah dikemukakan di atas. Jadi permainan ini dapatlah digolongkan ke dalam permainan edukatif. Di dalam masyarakat Nias ketahanan berlari kencang, dan ketrampilan menangkap binatang atau mendapatkan apa yang dikejar merupakan ketrampilan yang perlu dikuasai di dalam hidup. Pelaku permainan ini sekurang-kurangnya terdiri dari dua anak laki-laki, yang berumur sekitar 10 tahun sampai 15 tahun. akete Bulu Go'o dikalangan masyarakat Nias diartikan berpegang daun lalang. Fakete Bulu Go'o berasal dari fa + kete + bulu + go'o yang sama dengan ber + pegang + daun + lalang, atau bermain dengan memegang daun lalang. Disebut-sebut daun lalang dalam nama permainan ini adalah karena daun terseb...
Famaikara dapat digolongkan kepada permainan yang bersifat edukatif, karena itu harus dilatihkan kepada seluruh anak-anak sebagai alat sosialisasi untuk mengenal dan membiasakan diri dengan kehidupan masyarakat. Dikatakan demikian karena melalui permainan ini hendak ditumbuhkan kebiasaan-kebiasaan melempar secara tepat untuk mengenai sasaran, sebagai modal agar dapat membidik, menombak dan memarang dengan senjata secara tepat ke arah sasaran. Hal ini amat diperlukan di dalam pekerjaan-pekerjaan apapun sesudah dewasa nanti. Kata Famaika dapat diuraikan sebagai fa + mai + kara yang sama dengan ber + main + batu. Nama ini dapat dicocokkan dengan permainan itu sendiri, yang memang menggunakan batu di dalam melaksanakannya. Permainan ini dapat dimainkan oleh seluruh anak-anak di dalam masyarakat Nias karena di dalam masyarakat tidak dikenal kelas-kelas yang memisahkan yang satu dari yang lainnya Famaikara ini sudah cukup tua umurnya, terbukti dari sudah lamanya masyarakat mengenalnya....
Pada zaman dahulu, seorang raja yang adil dan bijaksana memelihara segala jenis binatang sebagai penghibur untuk anaknya. Semua binatang itu disayanginya terlebih-lebih kepada Kucing Siam yang memiliki seorang anak. Anak Kucing Siam itu sangat manja, lagi pula malas. Namun sang Raja tetap menyayangi kucing Siam dan anaknya itu, melebihi peliharaan lainnya. Peristiwa terbakarnya istana membuat habis seluruh isi istana. Kucing Siam dan anaknya berhasil menyelamatkan diri ke hutan. Kehidupan di hutan berbeda sekali dengan kehidupan di istana, karena makanan yang ingin dimakan haruslah berusahya dahulu. Tetapi sifat sang anak tidak dapat ditinggalkannya. Walaupun sudah diberitahukan oleh ibunya agar mau bekerja tetapi tetap saja tidak diindahkannya. Malah si anak merasa diusir oloeh ibunya. Tetapi sang ibu tetap memberitahukan dengan lemah-lembut dan sabar, tapi sang anak tidak mendengarkannya. Dengan merajuk segera dia pergi meninggalkan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan. Setelah l...
Batu Gantung adalah sebuah cerita rakyat yang berkembang pada masyarakat sekitar Danau Toba. Batu Gantung adalah sebuah batu yang letaknya menjorok ke Danau Toba. Batu gantung dapat dicapai dengan menggunakan speedboat kira -kira 10 menit dari Hotel Danau Toba. Apa yg menarik dari batu gantung ini? Bila kita memandang dengan seksama,maka akan terlihat bentuk batu itu seperti wanita yg sedang terjun ke danau dan diiringi oleh seekor anjing disampingnya. Tempat ini dianggap keramat oleh masyarakat setempat,tidak boleh berbicara kotor,atau menghina keberadaan batu gantung tersebut. Akan timbul kecelakaan bagi yang melakukannya,seperti tidak dapat kembali dan tenggelam kedalam danau. Pada jaman dahulu kala adalah seorang gadis cantik dijodohkan ke anak namborunya. Calon suaminya ini seorang yg kuran cerdas, tetapi orangtuanya tergolong yg kaya raya. Pada jaman itu ada ketentuan bahwa si gadis harus nikah dengan anak namborunya. Sepertinya peraturan ini harus dilaksanakan, tidak boleh d...
Danau Si Losung dan Danau Si Pinggan berada di Provinsi Sumatra Utara. Ada sebuah cerita rakyat mengenai asal mula danau Si Losung dan Si Pinggan yang konon diakibatkan oleh perkelahian dua kakak beradik, Datu Dalu dan adiknya Sangmaima. Begini ceritanya: Datu Dalu dan Sangmaima Adalah Datu Dalu dan Sangmaima, dua orang bersaudara yang gagah dan pandai mengobati berbagai macam penyakit. Kedua orang tua mereka bekerja mencari nafkah sebagai ahli pengobatan. Mereka pandai mencari tumbuhan obat di hutan dan meramunya menjadi obat-obatan. Meskipun hidup dalam kemiskinan, Sang Ayah sangat ingin kedua anaknya mewarisi keahlian yang dimilikinya yaitu bela diri silat dan meramu obat-obatan. Ia mengajari kedua anaknya sedari kecil cara meramu obat dan berlatih silat. Di suatu hari, seperti biasanya, kedua orang tua Datu Dalu dan Sangmaima pergi ke hutan untuk mencari tumbuhan obat-obatan. “Datu Dalu, Sangmaima! Ayah dan Ibu pergi ke hutan untuk mencari tumbuhan obat-obatan. Kalian bai...
Alkisah, Raja Jayadana memerintah Kerajaan Barus Raya yang berpusat di Kota Guguk dan Kota Beriang dekat Kadai Gadang, Sumatera Utara sekarang. Kerajaan Barus Raya saat itu telah memeluk agama Islam dan tengah berada pada puncak kejayaannya. Pada masa jayanya, Kerajaan Barus Raya kaya dengan seni dan budaya. Masyarakat pesisir telah memiliki kebudayaan seperti Serampang 12, Bersanggu Gadang, Bakonde, Berinai, Turun Air, Berkambabodi, Berkelambu Kain Kuning, Berpayung kuning, mengasah gigi dan lain-lain. Raja Jayadana beristrikan seorang permaisuri yang kecantikanya tersiar hingga ke negeri-negeri lain. Puteri Runduk adalah nama sang permaisuri. Banyak para raja dan para saudagar yang tertarik dengan kecantikan Puteri Runduk. Mereka ingin meminang Puteri Runduk walaupun ia telah bersuami. Sebut saja Raja dari daratan Cina yang terang-terangan datang untuk melamar Puteri Runduk, yang tentu saja lamaran itu ditolak. Kedua kerajaan ini akan mengirimkan pasukannya ke...
Jika kita pergi ke pulau Samosir di tengah Danau Toba, Sumatera Utara, maka kita akan mendapati Si Gale-Gale sebuah patung yang bisa bergerak. Si Gale-Gale adalah sebuah patung kematian yang dibuat apabila ada seseorang yang meninggal tanpa memiliki keturunan. Dimaksudkan agar orang yang meninggal tidak berduka di alam baka. Menurut kepercayaan orang Batak zaman dahulu, orang yang meninggal tanpa memiliki keturunan, roh-nya akan memasuki patung Si Gale-Gale. Patung tersebut kemudian akan dituntun oleh seorang dalang bersorban sementara para penonton akan menari mengelilingi patung sambil bersedekah pelipur lara kepada patung. Adapun bentuk Si Gale-Gale biasanya dibuat tanpa kepala. Kemudian di bagian kepala patung akan diletakkan tengkorak orang yang meninggal. Muka patung diwarnai dengan kuning telur, matanya dibuat dari oleh buah-buahan, rambutnya dari rambut kuda, dan tubuh patung diberi pakaian lengkap yang indah. Patung yang bisa bergerak Si Gale-Gale konon...
Gendang lima si dalinen terdiri dari lima perangkat alat musik tabuh (perkusi) yang dimainkan oleh lima orang pemusik. Kelima perangkat tersebut adalah satu penaruné, dua penggual, dan dua si malu gong. Gendang Lima sedalanen disebut karena ensambel musik tersebut terdiri dari lima instrumen musik, yaitu Sarune (aerofon), gendang indung (membranofon), gendang anak (mebranofon, gung, dan penganak. Namun biasa juga disebut dengan gendang lima sedalanen, ranggutna sepulu dua, yaitu angka dua belas untuk hitung-hitungan perangkat yang dipergunakan seluruhnya, termasuk stik atau alat memukul instrumen musik tersebut. Penggunaannya ensambel Gendang lima sendalanen lebih sering dipakai dalam upacara-upacara adat dan ritual. Salah satu penggunaan gendang lima sendalanen yang cukup menarik pada upacara-upacara tradisional Karo adalah nengget.