Alkisah, Raja Jayadana memerintah Kerajaan Barus Raya yang berpusat di Kota Guguk dan Kota Beriang dekat Kadai Gadang, Sumatera Utara sekarang.
Kerajaan Barus Raya saat itu telah memeluk agama Islam dan tengah berada pada puncak kejayaannya.
Pada masa jayanya, Kerajaan Barus Raya kaya dengan seni dan budaya. Masyarakat pesisir telah memiliki kebudayaan seperti Serampang 12, Bersanggu Gadang, Bakonde, Berinai, Turun Air, Berkambabodi, Berkelambu Kain Kuning, Berpayung kuning, mengasah gigi dan lain-lain.
Raja Jayadana beristrikan seorang permaisuri yang kecantikanya tersiar hingga ke negeri-negeri lain.
Puteri Runduk adalah nama sang permaisuri.
Banyak para raja dan para saudagar yang tertarik dengan kecantikan Puteri Runduk.
Mereka ingin meminang Puteri Runduk walaupun ia telah bersuami.
Sebut saja Raja dari daratan Cina yang terang-terangan datang untuk melamar Puteri Runduk, yang tentu saja lamaran itu ditolak.
Kedua kerajaan ini akan mengirimkan pasukannya ke Kerajaan Barus Raya hanya untuk merebut Puteri Runduk.
Peperangan dengan Kerajaan Mataram Jawa Menurut cerita rakyat Sumatra Utara, Raja Jayadana tentu saja tidak tinggal diam.
Ia segera menyiagakan pasukannya untuk menghadang pasukan dua kerajaan tadi.
Kerajaan pertama yang datang menyerang adalah Kerajaan Mataram dari tanah Jawa.
Pertempuran hebat terjadi antara Kerajaan Islam Barus Raya dan Kerajaan Hindu Mataram.
Setelah sekian lama terjadi peperangan, akhirnya Kerajaan Barus Raya mengalami kekalahan telak dari Kerajaan Mataram.
Pasukan Kerajaan Barus Raya kocar kacir berusaha menyelamatkan diri. Raja Jayadana sendiri tewas dalam peperangan tersebut.
Setelah Kerajaan Barus Raya takluk di tangan Kerajaan Mataram, Raja Sanjaya segera meminang Putri Runduk, janda Raja Jayadana.
Tetapi pinangan tersebut ditolak mentah-mentah karena Puteri Runduk beragama Islam sementara Raja Sanjaya beragama Hindu.
Karena penolakan tersebut, akhirnya Raja Sanjaya memutuskan untuk menawan Puteri Runduk.
Seperti yang disebutkan dalam sebuah pantun:
Kota Guguk Kota Bariang Ketiga Kota di Muara Ayam Berkokok Hari Siang Puteri Runduk Ditawan Jawa
Puteri Runduk Dikejar Raja Janggi Peperangan antara Kerajaan Barus Raya dengan Kerajaan Mataram telah berakhir.
Pasukan Kerajaan Mataram sangat kelelahan.
Hal ini dimanfaatkan oleh Raja Janggi dari Afrika untuk menyerang pasukan Kerajaan Mataram yang membuat pasukan Kerajaan Mataram kocar-kacir.
Kota Guguk dan istana Kerajaan Barus Raya porak-poranda oleh peperangan ini.
Pasukan Raja Janggi akhirnya berhasil mengalahkan Kerajaan Mataram dengan mudah.
Di tengah kekacauan, sekelompok pengawal setia Raja Jayadana bersama para dayang-dayang, mengambil kesempatan dengan membawa lari Puteri Runduk ke pulau Morsala.
Dalam pelarian yang menegangkan ini, banyak peralatan milik rombongan Puteri Runduk berjatuhan di sepanjang pulau-pulau.
Sehingga dinamailah pulau-pulau tersebut sesuai dengan nama barang yang tercecer, seperti Pulau Terika, Pulau Lipat Kain, Pulau Puteri, Pulau Situngkus dan lain-lain.
Mengetahui Putri Runduk melarikan diri ke Pulau Morsala, Raja Janggi pun segera melakukan pengejaran.
Dengan kekuatan pasukan dan peralatan lengkap, tentunya mudah saja bagi Raja Janggi mengejar Puteri Runduk.
Ketika sudah berhadap-hadapan Raja Janggi berusaha mendekap Putri Runduk, Puteri Runduk melawan dengan cara memukulkan tongkat bertuah akar bahar, sebuah tongkat warisan Raja Barus, ke kepala Raja Janggi.
Seperti disebutkan dalam pantun berikut:
Pulau Puteri Pulau Penginang Ketiga Pulau Anak Janggi Lapik Putih Bantal Bermiang Racun Bermain Dalam Hati Servisnya baik karena lapik putih tapi sayang bantalnya bermiang orang yang tidur jadi gatalan
Dalam pantun lain disebutkan:
lebatlah hujan di Morsala Kembanglah bunga para utan bintang di langit punya salah ombak di laut menanggungkan pulau Talam Pulau tarika ketiga pulau lipat kain sauh putus pendarat patah haluan berkesar ke jalan lain
Puteri Runduk Melompat Ke Laut Tapi bagaimanapun juga, Puteri Runduk hanyalah seorang wanita yang lemah jika dibandingkan dengan Raja Janggi.
Merasa lelah dalam pengejaran ini, Puteri Runduk akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat ke laut.
Putri Runduk hilang di tengah lautan tanpa bekas.
Ia tidak rela jika harus dikuasai oleh Raja Janggi.
Sikambang Bandahari, seorang pembantu Puteri Runduk di istana kerajaan Barus Raya, adalah saksi mata kejadian ini.
Ia menangis bersedih hati karena tidak mampu menyelamatkan Putri Barus.
Ia sangat marah dengan kekejaman para raja yang silau dengan kecantikan Putri Runduk.
Sikambang Bandahari terus meratap memanjang tak putus-putus, dari hari ke hari.
Sebuah ratapan legendaris yang menceritakan kecantikan putri-putri Barus Raya, kemasyuran dan kejayaan Kerajaan Barus Raya. Baca juga The Legend of Princess Runduk.
Sumber : https://caritasato.blogspot.com/2018/10/legenda-puteri-runduk.html
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.