Famaikara dapat digolongkan kepada permainan yang bersifat edukatif, karena itu harus dilatihkan kepada seluruh anak-anak sebagai alat sosialisasi untuk mengenal dan membiasakan diri dengan kehidupan masyarakat. Dikatakan demikian karena melalui permainan ini hendak ditumbuhkan kebiasaan-kebiasaan melempar secara tepat untuk mengenai sasaran, sebagai modal agar dapat membidik, menombak dan memarang dengan senjata secara tepat ke arah sasaran. Hal ini amat diperlukan di dalam pekerjaan-pekerjaan apapun sesudah dewasa nanti.
Kata Famaika dapat diuraikan sebagai fa + mai + kara yang sama dengan ber + main + batu. Nama ini dapat dicocokkan dengan permainan itu sendiri, yang memang menggunakan batu di dalam melaksanakannya. Permainan ini dapat dimainkan oleh seluruh anak-anak di dalam masyarakat Nias karena di dalam masyarakat tidak dikenal kelas-kelas yang memisahkan yang satu dari yang lainnya
Famaikara ini sudah cukup tua umurnya, terbukti dari sudah lamanya masyarakat mengenalnya. Pelaku atau peserta permainan Famaikara hanya terdiri dari dua orang saja, Jumlah yang lebih banyak dari itu pernah dilakukan. Jika ada anak lain yang hendak turut bermain, maka kepadanya dianjurkan untuk mencari pasangan lain dan membuat kelompok bermain sendiri pula. Umur anak-anak yang memainkan Famaikara ini berkisar antara 10 sampai 13 tahun. Yang lebih besar dari itu jarang memainkannya. demikian pula yang lebih kecil. Yang memainkan ini hanyalah anak laki-laki.
Tidak pernah dijumpai di Nias ada anak perempuan turut serta bermain dengan anak laki-laki dalam permainan ini. Sebagai latar belakang sosial dari para peserta permainan adalah bahwa mereka berasal dari anak-anak orang biasa, seperti kalangan petani, penggembala dan sebagainya. Sering dapat disaksikan di Nias, dua orang anak gembala sambil melihat-lihat ternaknya memakan rumput di padang lapang, mereka melakukan permainan ini. Dengan demikian tidak dirasakan waktu berlalu, hari sudah sore, dan ternaknya sudah kenyang.
Peralatan yang diperlukan dalam melaksanakan permainan ini, seperti sudah disebutkan di muka batu yang menjadi alat di dalam permainan ini, yaitu agak bulat mirip lingkaran, dan pipih. bukan tebal. Ukurannya tidak ditentukan benar, hanya perlu diperhatikan jangan sampai terlalu besar, sehingga berat untuk menjadi alat permainan. Iringan nyanyian, alat bunyi-bunyian atau iringan lainnya tidak diperlukan dalam memainkan permainan ini.
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.