Krumpyung adalah salah satu bentuk teater rakyat yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesenian yang berupa drama tari topeng ini bersifat humor yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat sekitar. Nama Krumpyung diambil dari suara iringannya yang terdiri dari angklung, terbang, keprak, kentongan dan kendang yang apabila digerakkan secara bersamaan akan menimbulkan efek bunyi “kemrumpyung”. Kesenian krumpyung lahir pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII. Konon, di masa itu antarseniman saling bersaing untuk menciptakan sebuah kesenian baru agar lebih digemari penonton. Dari persaingan itu lahirlah suatu kesenian yang disebut sebagai “krumpyung”. Waktu itu adalah salah seorang seniman (seorang dalang wayang kulit) berasal dari Desa Keyongan, Bantul yang bernama Ki Residana atau terkenal dengan nama Mbah Sompil. Beliau termasuk orang yang kreatif. Dengan kekreatifannya itulah kemudian menciptakan suatu pertunjukan topeng yang b...
Naskah asli Babad Nitik tersimpan di Perpustakaan (Widyabudaya) keraton Yogyakarta. Babad ini ditulis di atas kertas berukuran folio, dengan tinda hitam, berhuruf Jawa dengan bahasa Jawa Bercampur Kawi, digubah dalam bentuk tembang macapat. Penulisnya tidak diketahui, tetapi diterangkan bahwa ditulis atas perintah Sultan Hamengku Buwono VII. Waktu penulisannya disebutkan dengan Sengkalan “Resi nembah ngesthi tunggal” (1867 Jw/1936 M). Babad Nitik (Sultan Agung) yang seluruhnya terdiri dari tiga puluh lima pupuh tembang itu berisikan pengalaman Sultan Agung sejak masih menjadi putera mahkota, pelantikannya sebagai Sultan dan masa pemerintahannya yang berpusat di keraton Kerto. Diceritakan bahwa sewaktu masih menjadi putera mahkota, beliau mengadakan perjalanan ke seluruh Jawa, Asia Tenggara, Timur Tengah, bahkan ke dasar laut dan alam kedewataan. Semua perjalanan itu dilaksanakan secara gaib. Seperti kita ketahui pada zaman dahulu...
“Mencintai kuliner Indonesia, menginspirasi dunia!” Oleh: Yolanda Victoria Rajagukguk, Marcellus Arnold, Tri Oktaviani, Emely, dan Rio Lawandra Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Ilmu Hayati, Universitas Surya, Tangerang 15810 Jika Anda berkunjung ke Yogyakarta, ada salah satu kuliner yang menarik yang harus Anda coba, yaitu Sangga Buwana. Sangga Buwana ini menjadi salah satu makanan favorit Sri Sultan Hamengkubuwono VIII (HB VIII). Makanan yang biasanya disantap sebagai makanan pembuka ini terdiri dari kue sus, rogut daging, telur ayam rebus, selada, mayones, dan acar. Sangga Buwana terdiri dari kata “Sangga” yang artinya menyangga, dan “Buwana” yang artinya bumi/alam semesta. Secara harafiah makanan ini dapat diartikan sebagai simbol penyangga dunia beserta segala isinya. Bahan makanan yang menyusun makanan ini memiliki arti tersendiri, misalnya kue sus sebagai simbol bumi, selada sebagai simbol tanaman yang menyangga bumi, dan r...
Sekilas Sejarah Awal Mula Munculnya Aksara Jawa Aksara jawa merupakan aksara turunan dari aksara Kawi (aksara Jawa Kuno), dimana aksara Kawi adalah turunan dari aksara Pallawa. Meskipun aksara Jawa turunan dari aksara Kawi tetapi mempunyai ciri khas tersendiri yang berbeda dengan aksara sebelumnya, antara lain dalam hal bentuk dan urutan. Di jawa, khususnya di Jawa Tengah, ada dua aksara turunan Kawi, yaitu aksara Budha di wilayang sekitar gunung merapi-Merbabu yang mempunyai bentuk yang relatif hampir tak berubah banyak dari aksara Kawi, dan aksara Jawa di wilayah Demak-Pajang-Mataram-Kartosura-Surakarta-Yogyakarta yang mempunyai bentuk yang sudah berubah banyak dari aksara Kawi. Aksara Budha mempunyai urutan 'kaganga' seperti Kawi, sedangkan aksara jawa mempunyai urutan 'hanacaraka' sehingga sering disebut juga 'carakan'. Setelah pudarnya kejayaan majapahit maka pusat budaya juga bergeser ke kerajaan baru yaitu Demak yang dibidani oleh para Wa...
Aksara Jawa dalam Seni Kaligrafi Bertuliskan Bismillah Aksara Jawa yang direka menjadi tulisan indah ataupun bentuk tertentu yang indah merupakan salah satu kekayaan budaya nusantara dalam hal ini budaya Jawa berupa aksara Jawa. Karya-karya kaligrafi aksara Jawa kontemporer akan memperkaya aset budaya nusantara. Berikut ini adalah contoh kaligrafi aksara Jawa berbentuk sosok setengah badan kawula jawa yang memakai blangkon dengan tulisan "Kanthi Asma Allah" pada media papan tulis dengan kapur sebagai alat tulisnya. Selain pada media papan tulis kapur, juga bisa dilukiskan pada media kanvas. Bagi anda yang berminat kaligrafi aksara Jawa sebagai koleksi, maka bisa menghubungi kami . Isi tulisan dan gambar bisa sesuai yang diinginkan pemesan. Karya tersebut merupakan kreasi orisinal dari Sanggar Aksara Iqra Hanacaraka yang berkedudukan di Yogyakarta. ê¦ê¦ê¦¿ ê¦...
Buku IQRA HANACARAKA - cara cepat dan praktis belajar baca tulis aksara Jawa. Aksara Jawa merupakan warisan leluhur yang berupa budaya tulis menulis. Banyak naskah-naskah kuno dari jaman Demak-Pajang-Mataram-Kartosura-Surakarto-Yogyakarta yang menggunakan aksara ini. Untuk menggali pengetahuan ataupun isi dari naskah-naskah kuno tersebut diperlukan kemampuan untuk menguasai aksara Jawa. Selain untuk pelestarian, penguasaan aksara Jawa juga diperlukan untuk pengembangan aksara jawa ke depan. Nah, buku IQRA HANACARAKA ini hadir untuk mempermudah bagi generasi muda, baik pelajar SD,SMP, SMA maupun masyarakat umum untuk mempelajari secara cepat dan praktis baca tulis aksara Jawa. Buku terdiri dari 5 jilid. Disusun mengadopsi metode buku IQRO Arab/Hijaiyah. Tamat jilid 1 kita akan hapal aksara dasar yang berjumlah 20 Tamat jilid 2 kita akan hapal seluruh sandangan swara Tamat jilid 3 kita akan hapal seluruh sandangan wyanjana Tamat jilid 4...
Aksara Jawa dalam rancangan motif batik keris Aksara Jawa merupakan warisan leluhur berupa budaya tulis menulis. Sedangkan batik juga merupakan warisan leluhur. Kedua elemen ini bisa dikombinasikan menjadi karya yang lebih kental dengan nilai-nilai budaya. Motif gambar keris bertuliskan "Amukti Palapa" yang merupakan sumpah dari Mahapatih Gajahmada yang terkenal itu. Motif batik keris aksara Jawa on instagram
Aksara Jawa dalam rancangan motif batik sidomukti Aksara Jawa merupakan warisan leluhur berupa budaya tulis menulis. Sedangkan batik juga merupakan warisan leluhur dengan elemen ornamen. Kedua elemen ini bisa dikombinasikan menjadi karya yang lebih kental dengan nilai-nilai budaya dan penuh inovasi. Kaligrafi aksara Jawa bertuliskan : Mulat sarira hangrasa wani, melu hangrungkebi.. Motif batik sidomukti aksara Jawa on instagram
Kaos Kaligrafi Aksara Jawa berbentuk Kuda dengan tulisan Nglurug tanpa bala sugih tanpa bandha. Nglurug tanpa bala Ungkapan Jawa nglurug tanpa bala dapat di artikan secara harafiah ‘ menyerang tanpa pasukan ‘. Di sini memiliki arti bahwa kita haruslah menjadi orang yang berani bertanggung jawab, berani untuk beraksi walaupun terkadang tinggal kita sendiri. Sikap ini adalah mencontoh sikap kesatria, yang mana bukanlah orang yang mudah untuk terhasut, ikut-ikutan, tetapi lebih cenderung kepada orang yang berani maju, berani meghadapi masalah, berani untuk bertanggung jawab, walaupun yang lainnya mundur / lari dari masalah tersebut. ( Sumber:Wikiquote ) Sugih tanpa bandha. Sugih tanpa bandha, kaya tanpa harta. Kaya yang dimaksud sebenarnya adalah tidak berkekurangan, artinya bukan semata-mata harta yang menjadikan tolok ukur. Kaya yang dituju dalam hidup bukanlah pengumpulan harta benda dan uang selama hidup.Tidak berkekurangan karena...