Berikut ini secara singkat diuraikan berbagai jenis pakaian adat Yogyakarta, terutama yang dikenakan di dalam keraton, yang disarikan dari buku “Pakaian Adat Tradisional Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta”, yang disusun oleh Wibowo, H. J., dkk (1990), terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya:
1.Pakaian Abdi Dalem
Abdi dalem adalah seluruh pegawai atau karyawan keraton, yang umumnya tinggal di sekitar keraton. Pakaian mereka terdiri dari dua macam, yakni Sikep Alit danLangenarjan.
Perangkat pakaian Sikep Alit terdiri dari kain batik sawitan, baju hitam dari bahan laken (dengan kancing dari tembaga atau kuningan yang disepuh emas, berjumlah 7 hingga 9 buah), penutup kepala destar, keris model gayaman (diletakan di peinggang sebelah kanan belakang), selop hitam, topi pet hitam dengan pasmen emas. Pakaian model ini dikenakan untuk keperluan sehari-hari.
Sementara pakaian model Langeran merupakan seperangkat pakaian dengan perlengkapan kain batik, baju bukakan yang yang dibuat dari bahan laken warna hitam, kemeja putih dengan kerah model berdiri, destar sama dengan model pakaianSikepan Alit, keris model ladrangan atau gayman, dipakai di pinggang sebelah belakang kanan, dasi berwarna putih model kupu-kupu, serta selop berwarna hitam. Jenis pakaian ini pada umumnya dikenakan pada waktu malam untuk menghadiri suatu pertemuan dan jamuan makan malam dalam satu pesta khusus.
2.Pakaian Dinas
Pakaian Dianas terdiri dari tiga jenis, yakni Pakaian Ageng, Pakaian Pethok, danPakaian Tindakan. Berikut hanya akan dijelaskan jenis-jenis Pakaian Ageng, yang merupakan pakaian dinas harian para pejabat di lingkungan keraton.
Pakaian Ageng merupakan seperangkat pakaian adat yang berupa model jas laken berwarna biru tua dengan kerah model berdiri, serta dengan rangkapan sutera berwarna biru tua, yang panjangnya mencapai bokong, lengkap dengan ornamen kancing-kancing bersepuh emas. Celananya sendiri berwarna hitam. Topi yang dikenakan terbuat dari bahan laken berwarna biru tua, dengan model bulat-panjang, dengan tinggi 8 cm.
Pakaian Ageng yang dikenakan oleh masing-masing pejabat, memiliki sedikit perbedaan sebagai penanda strata dan fungsi mereka. Berikut adalah para pejabat di lingkungan keraton dan perbedaan atribut yang mereka sandang:
Prajurit Jagakarya mengenakan seperangkat pakaian celana lurik ogal-agil (di bawah lutut), baju dalam warna oranye, sepatu model pantofel dari kulit warna biru tua, bajusikepan bahan dari kain lurik, mengenakan sarung tangan warna biru tua, mengenakan ikat kepala hitam dan topi model “celeng mogok”, ditumpangi topi model songkok hitam bersyap, dan dengan keris model mataraman.
Prajurit Manggala Yudha mengenakan seperangkat pakaian yang terdiri atas celanaogal-agil berwarna hitam yang disebut celana panji-panji, kain model sapit urangmotif parang, sepatu pantofel hitam dari kulit, kaos kaki berwarna putih, boro motifcindhe yang ujungnya dihias dengan rumbai-rumbai benang emas, baju beskap hitam yang pada tepinya dihias dengan garis motif daun dari bahan benang emas, mengenakan tutup kepala iket balangkon gaya mataraman, yang ditutup dengan songkok hitam yang memakai tutup di belakang, mengenakan keris model beranggah gaya mataraman.
Prajurit Mantrijero mengenakan sperangkat pakaian yang terdiri atas baju lurik, celana tanggung bahan lurik, sepatu pantofel hitam dari kulit, kaos kaki putih pajang, boro motif cindhe, yang pada bagian bawahnya dihiasi dengan rumbai-rumbai warna emas. Mengenakan topi songkok hitam model minak jinggo, sarung tangan putih, dan membawa pedang panjang.
Prajurit Bugis mengenakan seperangkat pakaian yang terdiri dari baju kurung warna hitam, celana berwarna hitam, sepatu kulit pantofel berwarna hitam, sepatu pantofel kulit berwarna hitam, mengenakan sarung rangan putih, memakai lonthong cindhe, dengan kamus timang berwarna hitam bahan dari beludru berhias benang emas, mengenakan keris model gaya mataraman yang disematkan di depan.
Pakaian Ptangpuluh mengenakan seperangkat pakaian yang terdiri dari clana panjang berwarna putih dan celana pendek warna merah ditutupi sayak beludru hijau, dikencangkan dengan lonthong cindhe dan kamus beludru hitam yang bagian tepinya diberi hiasan benang emas. Baju dalamnya berwarna merah panjang dan bagian luar baju sikepan lurik patangpuluh. Mengenakan sepatu model bongkop kulit berwarna hitam dan kaos kaki panjang. Mengenakan selempang sedong beludru dihias kretep emas melintang di baju sikepan, topi songkok hitam, dan memegang pedang panjang.
Berbagai jenis pakaian di atas hanya mewakili sedikit saja dari kekayaan khasanah sandang Yogyakarta, khususnya di dalam keraton. Profil pakaian di atas, belum mencakup yang dikenakan Sultan dan keluarganya, juga belum mencakup ritual-ritual khsusus, yang pada umumnya memiliki tata-aturan berbusana yang tersendiri, seperti pernikahan, kematian, sunatan, dan lain sebagainya.
Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/979/pakaian-adat-d-i-yogyakarta
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...